44) Mas, kok ....

2.7K 840 334
                                    

Hari-hari Nara selanjutnya berjalan kaya biasa. Masih ke kantin bareng Tasya, Bayu, dan Narendra. Sepulang sekolah dia dianter Narendra ke tempat kerja, terus pulangnya dijemput. Narendra masih sama nyebelin kaya biasa, suka ribut sendiri kalo Nara dideketin Justin. Putri masih ada di Jakarta sebulan lagi karena masih libur kuliah.

Lomba makin dekat, mereka bertiga kadang mutusin buat belajar bareng di perpus sebentar sepulang sekolah. Walau suka ada drama adu mulut antara Justin dan Narendra, lama-lama Nara terbiasa. Malah bingung kalo liat Narendra sama Justin ketemu terus diem.

"Baby Girl, minggu ini minggu terakhir kamu kerja, Mami udah bilang sama Dimas kalau bulan depan kamu gak di sana lagi."

Nara yang tengah mengunyah makanan pagi ini, menatap mami yang bicara begitu.

"Mami kok bisa kenal Kak Dimas?"

"Kamu ngeraguin koneksi Mami, Sayang?" sahut mami sambil terkekeh dan mengibaskan rambut panjangnya. "Siapa sih di sini yang gak kenal keluarga Janitra? Terlebih Dimas sendiri juga lulusan dari sana?"

Oh iya, bener juga, batin Nara.

"Ada kok yang gak kenal keluarga kita," ucap Tama yang baru menelan kunyahannya.

"Siapa?" tanya mami, penasaran.

"Albert Einstein."

Mendengar jawaban Tama, mami tersenyum paksa. Papi dan Narendra menahan tawa mereka, gak mau disemprot mami kalo mereka ngetawain perempuan paling berkuasa di rumah Janitra.

"Mami akuin kamu selalu bisa bikin orang gak berkutik, Baby Boy. Good job!" kata mama akhirnya sambil mengacungkan ibu jarinya.

"Tumben gak ngadu sama suaminya," nyinyir Narendra yang bikin mami cemberut dan menatap laki-laki bernama Janitra yang punya sifat hampir mirip Narendra.

"Pap, Mami diledekin Narendra tuh, belain Mami dong, Papiloveee."

"Ren," tegur papinya, mau aja lagi nurutin mami, huh!

"Oh iya, Baby Boy Rendra and Baby Girl, attention please." Mami tiba-tiba inget sesuatu. "Kemarin guru pendamping lomba kalian, Bu Irma, bilang ke mami kalau lombanya di luar kota. Di SMK Candramawa."

"Wow, tumben di sana," respons Narendra yang kini menyuapkan makanan ke dalam mulut. SMK Candramawa itu sekolah paling elit kedua di Jabodetabek setelah Janitra.

"Iya, tahun ini emang diadakan di sana."

"Mau berangkat jam berapa dari sini?" tanya Narendra lagi. "Jalan deket sana tuh macet banget Mam kalau pagi. Sedangkan harus kumpul jam tujuh."

"Banyak anak dari sekolah lain yang mutusin buat nginep di hotel deket sana sama gurunya. Jessie bilang, nanti kalian nginep di hotel Chandrajaya aja. Mereka udah siapin kamar."

"Oh," respons Narendra saat mendengar kata Chandrajaya. Itu nama keluarga Justin.

"Kalian jam setengah tujuh harus udah rapi, abis itu jalan bertiga ke SMK Candramawa bareng, ya. Gak sampe lima menit kok dari sana. Nanti ketemuan sama Bu Irma di tempat langsung." Bu Irma gak ikut menginap karena dari rumahnya ke tempat itu gak makan banyak waktu. Dia juga naik motor, jadi bisa cepat sampai.

"Hm."

"Iya, Mam," imbuh Nara sambil mengangguk paham.

"Jagain Nara, Rendra! Jangan sampe baby girl-nya mami ilang."

***

Minggu malam, Nara dan Narendra pergi ke hotel diantar Pak Joko. Mobil itu sempat berhenti di rumah keluarga Chandrajaya karena mami bilang ke Jessie biar sekalian Justin ikut sama mereka. Justin duduk di depan bersebelahan sama Pak Joko, sementara di belakang ada Nara dan Narendra.

Mas Narendra✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang