13) Mas, itu sofa masih banyak lho.

3.6K 1K 394
                                    

"Lho ... Baby Boy, Nara mana?" tanya mami yang lagi dipakaikan kutek oleh salah satu ART di rumah keluarga Janitra. Bibi yang satu ini beda tugas dengan Bi Nuni. Dia bertugas untuk membereskan urusan rumah, sementara Bi Nuni khusus dengan urusan memasak.

"Gak tau!" jawab laki-laki yang baru pulang sekolah ini.

"Heh? Kok bisa-bisanya kamu ngomong gak tau? Jadi laki-laki yang bertanggungjawab dong Rendra ... Rendraaaaa kamu denger Mami gak?" Dari yang suara mami lemah lembut, sampai ART yang tengah mengecat kukunya ikut meringis mendengar suara cempreng mami yang membahana.

"YES, MAM!" sahut Narendra yang udah berjalan menjauhi mami.

Baru aja mami mau tanya soal Nara lagi, dia keburu dengar bunyi pintu yang tertutup kencang.

"Anak itu, mirip banget sama papinya. Huh, sampe pusing saya," keluh mami yang kini menatap ART-nya. Dulu mertuanya bilang, kelakuan suaminya sama kaya Narendra. Semenjak menikah dan hidup sama mami aja kebiasaan-kebiasaan buruknya mulai berubah.

"Tentu aja mirip, Nyonya. Seperti kata pepatah, buah jatuh gak jauh dari pohonnya. Kalau ternyata jauh, mungkin pohonnya beda."

Mami sempat diam sebentar untuk mencerna ucapan perempuan yang tengah mengecat kukunya, kemudian dia terbahak. "Bisa aja lho Mbakyu ini."

Setelah acara cat kuku tangan dan kaki selesai, baru mami liat Nara datang bersama Tama. Baru aja mau ditelpon anak itu. Takutnya Nara nyasar kalau dibiarin pulang sendiri. Belum ada seminggu dia di Jakarta.

"Baby girl, kamu pulang sama Tama? Kok gak bareng Narendra sih, Sayang? Tadi mami tanyain Nara ke mana katanya dia gak tau. Emang bener-bener deh anak itu."

"Iya, Mam," jawab Nara yang mendekat dan menyalami tangan mami. Tama juga melakukan hal sama. "Tumben lho tuh anak begitu, ada masalah ya sama kalian berdua?" Mami keliatan penasaran banget dan nyuruh Nara buat duduk dulu di sebelahnya. Nara lebih mudah buat ditanya daripada Narendra. Sementara Tama pamit ke kamar.

"Tadi pas istirahat Nara dikasih tiket gratis sama Justin, terus Mas Rendra nyuruh Nara buat gak dateng ke acara teaternya Justin."

"He'em, terus?" Mami menyimak dengan sedikit gelisah.

"Mas Rendra bilang, kalau Nara masih mau ke sana dan gak nurutin apa kata dia ... Nara disuruh pulang sekolah sama Pak Joko dan Tama."

"Dan kamu milih buat dateng ke teater?"

Nara mengangguk. "Nara gak masalah pulang sama Pak Joko dan Tama, kok. Jadi Nara terima aja."

Mami yang mendengar itu, mengangguk paham. Pantes Baby Boy uring-uringan. Dia merasa dinomorduakan Nara. Kata lainnya : cemburu.

"Emang kapan acaranya, Sayang?"

"Hari Minggu, Mami," jawab Nara sambil merapikan poninya. "Tapi Mas Rendra gak dikasih tiket. Justin bilang, Mas Rendra gak suka nonton teater."

"Nara pergi sama siapa?"

"Sama temen sekelas, Mam."

"Udah punya temen?"

"Udah kok. Mami tenang aja. Nara sama Mas Rendra suka makan bareng sama mereka berdua di kantin kalau istirahat."

"Iyakah?" Manik mata mami berbinar. Gak nyangka kalau Narendra mau bergaul dengan orang lain. "Narendra suka ikut kalian?"

Nara mengangguk.

"Syukurlah, ada perkembangan sama anak itu," ucapnya. "Mami titip Rendra sama kamu ya, Nar. Anak itu mengkhawatirkan kadang kalo dibiarin sendiri."

Mas Narendra✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang