10) Mas, semoga cepet sembuh ya.

3.8K 1K 523
                                    

"Nar, pulang sekolah nanti lo mau gak dateng ke rumah gue?" ucap laki-laki bertubuh tambun yang duduk di sebelahnya. Sejak Nara datang dan duduk sebangku, dia senang karena punya teman. Biasanya, dia selalu sendiri karena merasa rendah diri selalu dihina soal fisik.

"Ada acara apa?" tanya perempuan berambut sebahu yang tengah menulis catatan di papan. Setelah menulis di papan tulis dan menerangkan, guru menyuruh anak kelas mencatat karena dia ada urusan sebentar.

"Mm, mama gue bikin usaha kecil-kecilan. Terus buat hari ini dia ngadain promo buat grand opening kedainya."

"Wahhhh keren!" puji Nara yang sekarang menatap Bayu. "Mauuu, tapi nanti Bayu anterin pulang ke rumah aku, ya? Aku belum terlalu paham daerah sini."

"Cuma kedai biasa, jangan berlebihan," sahutnya. "Emang rumah lo di mana?"

Nara menunjuk ke arah punggung laki-laki yang duduk di depannya. "Sama kaya Mas Narendra," bisik perempuan itu yang buat Bayu melebarkan mata.

"Lo serumah sama dia?" bisiknya balik, Nara mengangguk-angguk.

"Oke siap, gue bawa motor, kok. Nanti gue anterin lagi pulangnya."

Nara mengeluarkan notes kecil dari dalam tempat pensil, menulis sesuatu di sana kemudian merobek dan melipat kertas itu. Dia menepuk lengan Narendra, membuat lelaki galak itu menoleh. Perempuan ini langsung menyodorkan kertasnya dan diambil oleh Narendra.

Mas, nanti pulang sekolah saya ijin pergi sama Bayu.

Itu isi pesan yang Nara tujukan. Padahal tanpa dikasih surat pun, Rendra udah dengar. Dia selalu pasang kuping lebar-lebar kalau Nara udah berinteraksi sama teman sebangkunya.

Ke mana? Mau apa? Berapa lama?

Narendra menulis balasan dan menyerahkannya ke belakang.

Mamanya Bayu ngadain promo karena buka kedai, saya disuruh ke sana. Gak tau berapa lama, tapi janji gak sampai malam. Nanti Bayu antar saya pulang.

Setelah membaca pesan itu, Narendra memilih menaruh surat di kolong meja karena guru kembali datang dan berkata akan memberikan soal latihan.

"Gue gak bisa biarin lo pergi sendiri, mami bisa ngomelin gue kalau sampe biarin lo jalan tanpa diawasin."

"Emangnya Mas Narendra mau ke kedainya Bayu?"

Narendra sekarang melirik ke arah laki-laki yang duduk di samping Nara, kemudian kembali menatap perempuan yang duduk berhadapan dengannya. "Sebenernya gak berminat sama sekali, tapi berhubung lo ke sana, mau gak mau gue ikut," balas Narendra sambil mengedikkan bahu.

Mereka bertiga makan satu meja di kantin. Ini bukan hal yang Narendra banget, karena biasanya dia ke mana-mana sendiri tanpa teman. Bahkan dia baru berinteraksi dengan Bayu---walau sedikit---setelah ada Nara. Biasanya dia gak pernah bicara dan cuma kenal selewat aja sama Bayu.

"Eh, eh, Tasya!" Nara yang awalnya berjalan di tengah-tengah Bayu dan Narendra, sedikit berlari dan menyuruh perempuan yang duduk sebangku dengan Narendra untuk membelakangi tembok dulu.

"Kenapa, Nar?" Dia keliatan terkejut karena dipanggil tiba-tiba.

Nara sedikit berjinjit, kemudian berbisik, "Kamu nembus, ya?"

Perempuan bertubuh jangkung yang tomboi ini menarik sedikit rok bagian belakangnya, terlihat ada bercak darah di belakang rok abu yang dia pakai. "Astaga, pantesan agak gak enak dari tadi."

"Ada pembalut, gak?"

"Gak bawa, karena biasanya jadwal gue halangan tiga atau empat hari lagi. Gue minta di UKS aja nanti."

Mas Narendra✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang