16) Mas, tapi itu ....

3.5K 997 387
                                    

Besok-besok Nara gak mau minta tolong fotoin sama Narendra lagi, cowok usil!

Malam ini, keluarga Janitra kumpul lengkap saat makan malam. Ada papi, mami, Tama, Rendra, dan juga Nara. Kaya biasa, Mami nyiapin makan suaminya dulu, baby boys dan baby girl, baru buat dia sendiri.

"Papi love, baby boys, baby girl, attention please," ucap mami yang membuat perhatian mereka beralih pada wanita yang merupakan nyonya besar di rumah. Mami yang malam ini tampil cantik dan modis kaya biasa, sempat menyelipkan rambut panjang terurainya ke belakang telinga. Baru aja hendak bersuara, Nara keburu bertanya sesuatu.

"Maaf, Mami, itu yang Mami omongin tadi artinya apa, ya?"

Narendra mendengus sebal, sementara Tama dan papi menahan senyum.

"Bahasa, Mam, please," kata papi yang buat mami cengengesan.

"Maaf-maaf, kebiasaan Piiii," jawabnya. "Sambil makan malam ini, mami mau ngomong sesuatu. Jadi you, you, you, you, perhatiin Mami. Oke?" Dia menunjuk anggota keluarganya satu-satu menggunakan sendok dan buat mereka mengangguk. "Ekhm, ekhm, tes satu, dua, tiga, empat ...."

"Two thousand years later," celetuk Rendra sambil memutar bola mata. "Mami opening terlalu banyak dan gak penting! Bisa langsung intinya, gak?"

Mendengar ucapan anak sulungnya, mami cemberut.

"Lanjut, Mam," ucap papi, biar istrinya gak sedih lagi.

"Mami tuh khawatir, akhir-akhir ini banyak kasus begal di jalan. Sejauh ini kalian aman-aman aja, kan?" tanya mami, menatap keempat orang di meja makan dengan cemas.

"Ya, kaya yang Mami liat." Narendra mengedikkan bahu.

"Kemarin tuh anaknya Rossa aja dibegal lho. Kamu tau kan Ndra? Yang satu TK sama kamu dulu? Dia abis pulang dari party temennya, terus di jalan motornya dipepet sama dua motor lain."

"Wah, terus, Mam?" Nara tampak antusias dengar cerita mami.

"Dia diancam dibunuh kalau gak mau nyerahin motornya. Alhasil anaknya Rossa milih relain motornya dibanding harus berurusan sama mereka. Langsung lari cepet dia, ditinggalin gitu aja motornya. Sekarang dia agak trauma dan kalau ke mana-mana diantar supir keluarga Dharmawangsa."

"Begalnya udah ketangkep?" tanya papi.

"He'em, udah. Tapi Rossa gak mau anaknya bawa motor sendirian lagi," ucap mami dengan ekspresi cemas. "Mami tuh khawatir lho, takut kalian dibegal juga. Apalagi Narendra sama Nara, pulang dan pergi naik motor."

"Kita bakalan baik-baik aja, Mam. Jangan khawatir berlebihan," sahut Rendra yang dibalas anggukan Nara.

"Insyaallah kita bisa jaga diri, Mami, doain aja," imbuh perempuan berambut sebahu yang berhadapan dengan Narendra.

Dia menatap suaminya dan pasang wajah memelas. "Papiiii, Mami gak tenang lho ini," ucapnya. "Gimana kalau kita sewa bodyguard aja? Masing-masing satu buat mereka? Oh, jangan satu, takut kurang. Gimana kalau masing-masing dua? Terus kalau Narendra sama Nara pergi atau pulang sekolah ... mereka kawal anak-anak kita, Pi. Walau pun Tama naik mobil sama Pak Joko tapi tetep harus dikawal. Kalo perlu minta bantuan temen Papi yang polisi itu lho, bi---"

"Mam, udah ngomongnya?" potong Narendra, dia gak terlalu suka dengan sikap maminya yang satu ini. Terlalu berlebihan dalam menanggapi sesuatu.

"Sayang, Mami khawatir."

"Iya, Mam. Tapi itu kejadiannya tengah malam kan? Kalau gak salah Narendra tau jam dua belas malam."

"Lho? Kamu tau soal ini juga?"

Mas Narendra✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang