49) Mas, kenapa sih hobinya ngelarang-larang?

3K 869 472
                                    

Narendra gak bisa tidur. Dia mengecek layar ponselnya berkali-kali, tapi gak menemukan pesan baru dari Nara lagi. Walau pun gak balas, Narendra selalu buka pesan dari Nara. Dia sengaja gak mengaktifkan centang biru biar pesannya gak keliatan udah dibaca atau belum.

Lelaki yang malam ini berbaring di atas ranjang, menaruh ponsel itu di sebelahnya dan menatap langit-langit kamar hotel.

Dia kesal liat Nara datang sama Justin, dia juga masih marah sama mami. Tapi sialnya, dia malah melampiaskan itu ke Nara dan bikin kesalahan lagi. Narendra yakin kali ini Nara marah banget ke dia.

"Bego banget sih lo, Ren!" Dia menjambak rambutnya sendiri, frustrasi. "Tolol! Kenapa sih lo mendadak gini terus kalo berhadapan sama Nara?"

Narendra bingung mau ke mana dia beberapa hari lalu. Gak tau kenapa, terlintas di otaknya nama Putri. Narendra memilih mendatangi perempuan itu karena Putri lebih tua darinya dan mereka adalah teman.

Dia datang ke rumah keluarga Dharmawangsa dan menemui Putri. Dia gak cerita detail kenapa dia pergi dari rumah. Dia cuma bilang dia ada masalah sama mami dan mau nenangin diri sendirian. Tadinya Putri nawarin Rendra buat nginep di rumah Dharmawangsa, tapi Narendra gak mau ngerepotin orang. Jadilah dia pilih nginep di hotel dan bilang ke Putri supaya jangan sampai bocor ke siapa pun.

Narendra sendiri gak tau kenapa sejak dia di hotel, Putri jadi sering datang. Padahal dia gak minta ditemenin juga. Biasanya dia datang sambil bawa makanan, ngajak Narendra ngobrol banyak walau cuma ditanggapi sedikit-sedikit, dan pernah numpang tidur siang sampe bikin Narendra bingung karena ngerasa keganggu tapi kalo dia usir juga gak enak.

Alhasil, sambil nunggu Putri bangun ... Narendra diam di sofa, menghabiskan waktu buat baca dua e-book nonfiksi yang ada di ponselnya.

Dengan cepat, Narendra kembali mengambil ponsel yang ada di sampingnya saat mendengar suara deringan telpon.

Dia pikir Nara, ternyata dari mami.

Narendra menghela napas, lalu memilih menaruh ponsel ke tempat semula. Dia masih merasa sakit atas perlakuan mami selama ini. Dari kecil mami gak mengharapkan keberadaan dia, jadi harusnya mami gak perlu cari Narendra lagi.

Mami pikir cuma mami yang punya luka? Narendra juga. Dia gak berharap dilahirkan di keluarga Janitra, gak berharap juga terlahir sebagai anak laki-laki ... tapi kenapa dia yang gak tau apa-apa malah mau ditukar sama anak lain?

Mami
Sayang, pulang
Mami
Maafin mami
Mami
Kamu mau minta apa pun mami kasih, tapi pulang ya
Mami
Bahkan kalo kamu mau minta mami mati biar kamu gak liat mami lagi, gapapa sayang
Mami
Asal kamu pulang
Mami
Kamu di mana sayang?

"Jadi ... lo sama Narendra udah kenal sejak kecil?" tanya Justin setelah tangis Nara mereda dan perempuan berambut sebahu ini mau cerita.

Nara mengangguk. "Cuma kenal nama dan beberapa cerita dari ibu soal Mas Rendra. Saya baru tau wajahnya pas SMP kelas dua."

Justin gak langsung antar Nara pulang dengan kondisi begitu. Dia ajak Nara duduk buat nenangin diri di sebuah taman yang gak jauh dari sana. Malam begini masih banyak yang berjalan-jalan di sekitar, suasana pun ramai.

"Lo masih suka sama Narendra, ya?" tanya Justin sambil melirik ke arah Nara yang duduk di sampingnya.

Nara menelan ludah, dia menunduk dan menatap botol minuman ion yang dari tadi dipegangnya.

"Nar?" panggil Justin lagi.

"Iya," lirihnya. "Sampai sekarang belum ada orang yang bisa gantiin Mas Rendra."

Mas Narendra✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang