20) Mas, sengaja banget ngenyek saya, ya?

3.5K 1K 689
                                    

"Baby boys, baby girl, udah pada selesai belum? Yuk jalan yukkkk. Keburu hujan lho," kata mami yang udah siap duluan. "Mendung banget di luar, kaya perasaan mami kalo gak ada papi di sisi diri yang lemah ini," lanjutnya, puitis.

"Kan kita naik mobil, Mam. Gak kehujanan," sahut Tama polos yang bikin mami menepuk keningnya, lupa dia. Anak bungsunya datang sambil membenarkan kerah baju yang dipakainya.

"Oh iya lupa. Bentar, Mami mau ngabarin papi dulu." Wanita bertubuh tinggi dan pernah jadi finalis gadis sampul hits pada masanya, menelpon sang suami dan pamit pergi ke rumah keluarga Justin. Dia dekat sama Mamanya Justin, dulu seangkatan saat SMA walau gak pernah sekelas. Tapi sayang, Rendra sama Justin malah gak deket.

Nara datang sama Rendra, di Sabtu siang yang mendung ini ... Nara pakai dress biru muda dengan tinggi selutut dan bawa tas kecil dengan warna senada.

"Cantiknya baby girl mami," puji mami sambil mengelus double chin yang Nara punya. Perempuan bermata bulat besar dan berpipi tembam ini tersenyum ... gak lupa buat ngucapin makasih. "Yuk berangkat." Dia menggandeng tangan Nara dan setelahnya bicara agak sedikit teriak, "BI NUNI, MBAKYU LASMI, TITIP RUMAH. SAYA SAMA ANAK-ANAK MAU KELUAR."

"Iya, Nyonya. Hati-hati."

Mami duduk di depan sama Pak Joko, sementara anak-anak bertiga di belakang. Narendra nyuruh Tama masuk duluan, dia di tengah, dan kemudian Nara.

"Nanti mampir sebentar ke supermarket ya, Pak. Mau beli makanan dulu buat mereka. Gak enak kalau gak bawa apa-apa," ucap mami sambil pakai sabuk pengaman.

"Siap, Nyonya."

Mami melirik ke arah anak-anak yang saling diam satu sama lain di bangku tengah. Dia tersenyum, sebelum akhirnya bersuara, "Anteng banget anak-anak mami, padahal sebelum pergi udah dikasih makan, lho."

Narendra melipat kedua tangan di dada dan menyandarkan punggung ke kursi, Tama meresponsnya cuma dengan senyum. Nara sempat menatap ke arah dua anak keluarga Janitra yang duduk di sampingnya, kemudian bersuara, "Mungkin Mas Rendra sama Tama juga masih kekenyangan abis makan, jadi gak mau banyak ngomong dulu."

"Kamu keliatannya seneng banget mau ke rumah Justin, Sayang?" tanya mami, sengaja mancing cowok yang duduk di tengah antara Nara dan Tama.

"Iya, Mam. Soalnya mau tau kondisi Justin. Nara niatnya mau jenguk besok sama temen-temen, cuma mami ngajakin sekarang," jawab Nara.

"Besok kamu mau jenguk lagi?"

"NGAPAIN? KAYA SPESIAL AJA DIJENGUKIN TERUS," sewot Narendra yang bikin mami nahan senyum.

"Kok yang nyaut suaranya beda, ya?" sindir mami yang bikin Nara terkekeh.

"Niatnya sih gitu, Mam. Soalnya temen-temen gak tau rumah Justin di mana. Nara kan sekarang mau ke sana, jadi buat penunjuk jalan besok." Akhirnya, Nara bersuara.

"Apa susahnya lo tinggal kasih tau alamat ke mereka? Kurang kerjaan!" Narendra sekarang menoleh ke arah perempuan berambut sebahu yang duduk di samping kirinya.

"Ya gak apa-apa dong, kok jadi kamu yang repot, Baby Boy?" Mama menengahi.

"Dia mana mau biarin Kak Nara sama laki-laki lain? Kaya gak tau anaknya aja!" sahut Tama yang buat Narendra menatap sang adik tajam. Sementara mami menahan tawa.

"Besok Nara pergi sama siapa?"

"Mm, mungkin dibonceng Bayu, Mam," jawab Nara. "Atau Tasya."

"Gak sama Rendra?"

Nara sempat melirik ke arah laki-laki yang keliatan kesal, kemudian menggeleng. "Takut ngerepotin. Gak apa-apa Nara sama ...."

"KENAPA LO GAK TANYA DULU? KENAPA LANGSUNG NYIMPULIN KAYA GITU? HAH?" serobot Rendra tanpa mau dengar lanjutan ucapan Nara.

Mas Narendra✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang