28) Mas, tapi saya gak nanya.

2.9K 926 573
                                    

Hari ini, anak kelas 11-1 olahraga bareng sama anak kelas 12-1. Itu semua dikarenakan guru olahraga di kelas mereka tengah diliburkan karena mengalami kecelakaan.

Anak-anak kelas 11 antusias, karena ini adalah kejadian langka di mana mereka bisa gabung sama para kakak kelas. Ada banyak cowok ganteng buat cuci mata, terutama Justin.

Bahkan tadi pas mereka lagi ganti baju---setelah mengusir semua anak cowok keluar kelas dan menutup rapat pintu juga gorden jendela---Disya bilang dia ada rencana mau pura-pura pingsan di depan Justin biar digendong ke UKS kaya di film-film remaja. Nara dan yang lainnya ketawa geli, ada-ada aja dia tuh.

Suasana lapangan luas di sekolah Janitra ramai karena gabungan dua kelas. Nara berdiri di barisan depan karena tubuhnya pendek, Ipeh yang nyuruh dia diam di sana karena gak mau ada di posisi paling depan.

Mereka disuruh berbaris dulu buat diabsen satu persatu. Setelahnya, untuk pemanasan ... guru olahraga memberi instruksi untuk lari mengitari lapangan ini tiga kali.

Nara berlari bersama Tasya dan teman-teman yang dikenalnya dekat di kelas. Tapi, Justin menyusul dan ikut nimbrung ... bikin cewek-cewek heboh. Apalagi teman-teman yang ada di dekat Nara.

Kapan lagi seorang Justin menghampiri duluan?

"Hai, Nar," sapa laki-laki itu yang memamerkan senyum manisnya ke Nara.

"Hai, kamu ngapain nimbrung di sini?" tanya Nara yang berlari kecil, Justin menyejajarkan langkah perempuan itu.

"Mau lari bareng lo. Kapan lagi, kan?"

Nara mendengar Tasya, Ipeh dan Disya yang berlari di sampingnya meledek dia dengan kata cie berulang-ulang dan cukup menjadikan mereka pusat perhatian.

Rendra yang awalnya tengah berlari kecil gak jauh di belakang Nara dan memerhatikannya dari jauh ... kini berlari dengan cepat menghampiri sumber kegaduhan.

"AWAS!" kata Narendra yang mendorong sedikit tubuh Justin supaya minggir ke samping. Sekarang, dia ada di tengah-tengah Nara dan Justin.

"Lho, ini lagi Mas ikut-ikutan aja lari sama anak cewek. Samaan kaya Justin," keluh Nara. "Jalanan masih lega."

"Ini sekolah punya keluarga gue, jadi lo gak berhak ngatur!" ketus Rendra yang buat Justin terkekeh.

"Sultan," ucapnya meremehkan sambil kasih tepuk tangan.

"Drama dimulai," bisik Tasya ke Ipeh dan Disya. Dia udah biasa disuguhi drama cinta segitiga antara Nara, Rendra dan Justin.

"Lo ngapain sih ada di sini? Spam tau gak!" sewot Rendra sambil natap laki-laki yang berlari santai di samping kanannya.

"Mau lari bareng Nara, lah! Seharusnya gue yang tanya ... lo mau ngapain ada di sini? Hobi banget ngerusuhin gue sama Nara."

"She is mine!" lirih Narendra, hampir tanpa suara. Nara dan teman-teman perempuannya udah berlari lebih dulu ke depan ketika dengar bunyi peluit dari guru. Udah hampir selesai tiga putaran.

"WOWOWOW." Justin bereaksi berlebihan. "Serakah banget lo. Lo masih cinta sama Kak Putri, tapi lo udah anggap dia milik lo? Kasian cewek itu, cuma jadi pelampiasan."

"Gak usah banyak omong!"

"Lebih baik Nara sama gue. Gue gak mungkin perlakuin dia seburuk kaya apa yang lo lakuin," ucap Justin. "Tadinya gue emang mau bertaruh sama lo, tapi lama-lama ... kayanya gue suka beneran sama dia."

"SAMPAI KAPAN PUN GUE GAK AKAN BIARIN LO JADIAN SAMA DIA!" Rendra ngegas. "Dulu, gue emang kalah dari lo karena Kak Putri ternyata suka sama lo. Tapi untuk Nara, gue gak bisa buat ngalah lagi."

Justin membiarkan Rendra lari lebih dulu meninggalkan dia yang mencerna ucapan Rendra, Kak Putri suka sama dia?

***

Narendra menatap dirinya di pantulan cermin yang ada di kamar. Dia memerhatikan wajahnya sendiri sambil mengingat ucapan Nara setelah anak kelas 11 main basket lawan kelas 12. Dia bilang, tadi Justin keliatan ganteng dan keren pas main di lapangan.

"Gantengan juga gue," gumam anak laki-laki yang mengelus-elus rahangnya. "Nara buta kali, ya?"

Dia sempat diam beberapa saat, sebelum akhirnya dia memilih keluar kamar dan mengetuk pintu kamar sang adik.

"Aduh, lo ngapain sih, Mas? Gue lagi nge-game nih," kata Tama saat dia buka pintu dan mendapati Rendra berdiri di depan sana. Anak itu kembali fokus ke ponsel dan memencet-mencet layar.

"Gue mau tanya."

"Soal?"

"Gue ganteng gak?"

Mendengar itu, Tama melongo. Natap Rendra seolah gak percaya kalau kakaknya nanyain hal serandom ini.

"Lo kerasukan apaan sih?"

"TINGGAL JAWAB AJA, SUSAH AMAT!"

"Tanya aja sama mami, gue merasa gak punya harga diri kalau gue jawab pertanyaan lo barusan, bye, Mas." Tama kembali menutup pintu kamar setelah ngomong asal dan membuat Rendra kesal.

Rendra berbalik arah, melihat pintu kamar yang ada di sebelahnya. Narendra berjalan mendekat dan mengetuk pintu kamar Nara.

Gak butuh waktu lama, Nara membuka pintunya dan dia tersenyum melihat anak sulung Janitra ada di depan kamar sekarang.

"Kenapa, Mas? Mau ngajakin makan es krim di rooftop lagi?" ucap perempuan yang sore ini pakai dress rumahan warna biru.

"Gue cuma mau bilang kalau gue lebih ganteng dari Justin!" ucapnya tiba-tiba yang bikin Nara menautkan alis. "Gue juga lebih keren dari dia."

Setelah mengatakan itu, Rendra memilih pergi meninggalkan Nara yang berusaha menangkap maksud ucapan Rendra. Dia kenapa?

"Mas, tapi saya gak nanya," ucap Nara dengan suara meninggi ketika Rendra mau berjalan menjauh dan balik ke kamar. Alhasil, dia mengurungkan niat. Kembali berdiri di hadapan Nara.

"GUE CUMA MAU KASIH TAU, BIAR LO GAK FOKUS SAMA JUSTIN AJA!" Dia ngegas buat menutupi rasa gugupnya. "Gimana pun lo bodyguard gue, jadi jangan muji cowok lain sembarangan. Gue gak suka."

"Hah?" Nara menggaruk kepalanya yang gak gatal pakai jari telunjuk. "Sejak kapan kalau jadi bodyguard gak boleh muji cowok lain?"

"Sejak lo jadi bodyguard gue."

Mendengar itu, Nara mencebikkan bibir dan menatap Rendra sebal. "Saya itu cuma bodyguard, bukan pacarnya Mas."

"Kalau gitu lo jadi pacar gue," kata Rendra yang bikin Nara kaget. Tapi buru-buru dia menguasai diri. Dia berdeham kemudian bersuara,

"Duh, Mas ... bercandanya gak lucu, kaya Yanto aja." Perempuan berambut sebahu ini terkekeh dan menepuk pelan lengan Narendra. "Saya ke kamar dulu, Mas. Mau lanjut ngerjain tugas."

Nara berbalik arah dan menutup pintu kamar. Gadis bertubuh mungil ini menyandarkan punggung ke badan pintu kemudian menghela napas.

Mana mungkin Rendra suka sama dia? Justin bilang Rendra sukanya sama Kak Putri!

***

A/n : Sorry malem apdetnya, kek biasa ponsel eror susah buat ngetik:(
4/2/21, 22.21

Mas Narendra✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang