45) Mas, boleh minta tolong?

2.6K 817 420
                                    

Jam setengah lima pagi, alarm yang disetel di ponsel Nara bunyi. Perempuan berambut sebahu yang memejamkan mata, kini mulai membuka kedua kelopaknya.

Ternyata Narendra masih tidur dengan posisi yang sama kaya kemarin. Pantas aja Nara ngerasa paha dan punggungnya pegel banget. Dia ketiduran dalam posisi duduk, gak enak kalau ngebangunin Narendra walau cowok itu cuma bilang dia numpang rebahan lima menit.

"Mas, bangun, Mas!" Nara menggerakkan bahu lelaki yang masih tertidur dengan mulut sedikit terbuka. "Mas Rendra, udah pagi."

"Mm, jam berapa?" gumamnya dengan suara serak khas bangun tidur juga kelopak mata yang masih menutup.

"Setengah lima."

Narendra langsung membuka matanya, hal yang dia liat pertama kali adalah manik mata milik perempuan berambut sebahu ini.

"Perasaan gue baru tidur, kok udah pagi aja?" ucap Rendra sambil mengubah posisi menjadi duduk. Dia menyandarkan punggung ke sofa di samping Nara, menaruh kepalanya ke belakang dan menatap langit-langit kamar hotel. "Lo gak tidur, Nar?"

"Tidur, Mas. Sama Mas Rendra."

"MAKSUD?" Dia sekarang menoleh ke arah Nara. Narendra gak ngapa-ngapain, sumpah!

"Iya, di sini. Saya tidur duduk."

"Kenapa gak bangunin gue kemarin?"

"Gak enak, takut ganggu Mas," lirih Nara.

Narendra sempat memejamkan matanya beberapa detik sebelum memutuskan untuk berdiri dan balik ke kamar sebelah.

Saat Narendra balik, dia liat Justin udah bangun. Cowok itu lagi bermalas-malasan dengan berbaring di ranjang sambil nonton film kartun yang tayang di televisi.

"Abis dari mana lo pagi-pagi gini?" tanya Justin langsung saat Narendra berjalan mendekat dan memutuskan duduk di pinggir ranjang.

"Bukan urusan lo," sahut Narendra yang sibuk dengan ponsel.

"Lo pasti gangguin Nara, kan, di sebelah?"

Narendra berdecak sebal, kemudian melirik sinis ke arah Justin. "Apa pun yang gue lakuin ke Nara pagi ini, lo gak perlu tau."

Mendengar apa yang dikatakan Narendra, Justin langsung ngubah posisi jadi duduk dan natap Rendra horor.

"L-lo sama Nara abis ngapain? Dah gila lo, Ren?" Dia ngegas. "Nara masih polos banget, anying."

"Segila-gilanya gue, lebih gak waras lo yang mikir sampe ke sana," ucap Narendra kalem sambil mengetikkan pesan balasan buat mami. Justin bernapas lega.

Pukul setengah tujuh, mereka bertiga jalan menuju SMK Candramawa yang letaknya gak terlalu jauh dari hotel. Mereka udah sarapan sebelum pergi setelah disiapkan pihak hotel. Nasi goreng dengan telur, sosis, dan paha ayam menunya. Ditambah dengan secangkir teh hangat.

Sampai di sana, suasana ramai oleh para peserta lomba yang berlalu-lalang. Justin, Narendra, dan Nara menemui Bu Irma yang udah menunggu di sana. Bu Irma menyerahkan name tag yang masing-masing dipakai oleh mereka sebagai tanda peserta lomba cerdas cermat, kemudian menyemangati ketiganya yang merupakan perwakilan sekolah Janitra.

"Udah pada sarapan kalian?" tanya Bu Irma sambil merapikan penampilan ketiganya. Membetulkan letak name tag yang dipakai Justin, mengencangkan sedikit dasi Narendra, dan membetulkan kerah dasi Nara yang sedikit terlipat.

"Sudah, Bu," jawab ketiganya dengan sopan.

"Alhamdulillah kalau gitu. Nanti kerjainnya jangan gugup. Anggap aja kaya lagi latihan biasa. Kalo ada kendala sama komputernya bisa langsung lapor ke panitia biar diatasi," jelas Bu Irma.

Mas Narendra✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang