16 • [Satu Tanya]

60 13 27
                                    


Sebelumnya ....

Belum sempat aku bertanya-tanya, sihir itu sudah meluncur. Tanpa disangka-sangka tubuh Blaire dan Lucy terlempar jauh. Tidak hanya efek terdorong yang mereka rasakan seperti tadi saat berhadapan dengan Victor. Kali ini lebih serius. Menimbulkan getaran di tanah oleh sebab benturan tubuh yang terdorong keras.

Tapi aku terdiam bertanya-tanya. Mengapa aku masih tetap berdiri tanpa mengalami apapun?

***

Situasi semakin tegang. Canna masih tak mengerti mengapa semua terpental cukup jauh kecuali tubuhnya yang masih berdiri di tempat yang sama.

Ia memutuskan untuk membantu Blaire dan Lucy yang mengaduh kesakitan. Bergegas menuju pada mereka. Tangannya meraih kayu bakar Lucy yang tergeletak di sebelah tangannya.

"Tidak, k-kau Cann, hanya kau yang bisa memastikan pedang itu," ucap Blaire sambil berusaha duduk. "Kami akan menunggu di sini, yakinlah padaku. Hanya kau yang bis- ah, tanganku seperti mati rasa. Sial." Blaire yang berusaha membantu Canna yang sedang menyeret sebuah kayu memekik tertahan, kalimatnya tak terselesaikan karena nyeri di tangannya itu berdenyut lebih keras.

"Tak apa. Biar aku yang bantu dulu," Lucy menawarkan diri meskipun belum sanggup bangkit. "Aku kesal. Kenapa sihir yang kita lakukan tak pernah berjalan mulus?"

"Kurasa ada faktor lain yang menyebabkan beberapa sihir gagal." Canna menarik tangan Lucy yang terjulur ke arahnya, meminta bantuan.

Blaire mematung di tempatnya. Mengamati pedang berkilauan yang masih tergeletak di tempat yang sama. Dirinya cepat-cepat menoleh ke arah Canna. "Cobalah sekali lagi untuk mendekat atau mengambilnya, aku yakin ... itu ada hubungannya denganmu."

Sedangkan Canna, gadis itu cepat menangkap maksud Blaire yang menyuruhnya mengecek benda itu sendirian. Lantas berjalan gesit menuju tempat tadi, memelankan langkahnya ketika sampai di sekitar pedang.

Canna bergidik ngeri saat menyadari bahwa terdapat darah kering yang sudah menghitam, melekat cukup lama menutupi kilau perak mata pedang. Lengannya terjulur gemetaran, mencoba menyingkirkannya semak-semak di sekelilingnya, pelan tapi pasti telunjuknya menelusuri sisi pegangan. Ia merasakan ukiran lambang asing yang cukup tebal. Ragu-ragu, Canna meneguk ludahnya kasar. Kembali berpikir apakah yang dilakukannya sudah benar atau justru menambah masalah.

"Angkat, Cann!" Lucy berteriak, gadis berkulit pucat itu bahkan sudah bangkit sejak tadi. Menunggu dengan tak sabar karena malam semakin larut.

Karena tak ingin dipusingkan dengan pikirannya sendiri yang ragu-ragu, Canna langsung mengangkat pedang itu, cukup kaget karena ternyata beratnya tak seperti yang ia bayangkan.

Ugh! Sangat berat.

Beberapa detik hening. Masih dengan posisi gadis itu menyeret pedang itu sedikit demi sedikit, saat tangannya berusaha memindahkan ke tempat yang lebih lapang tiba-tiba seekor burung rajawali mematuk pelan tangannya, membuat Canna tanpa sadar melepas pegangan pada pedang aneh itu.

"Apa?" gumamnya bersamaan dengan kekagetan Lucy dan Blaire di belakang sana.

Burung itu hinggap di atas pedang yang dijatuhkannya. Seolah mengerti keterkejutan Canna, mata tajam rajawali itu menatap Canna dengan pandangan galak.

Canna terkaget dalam diam. Ia tak siap dengan segala sesuatu yang masih sulit dimengerti ini. Dan rajawali itu ... Canna yakin bukan burung sembarangan. Anehnya, setelah memandang tatapan burung itu ia seolah mengerti jika mereka bertiga harus kembali, dilarang untuk menyentuh pedang itu lagi.

🌐🌐🌐🌐

Pagi sudah menyambut para murid Rygel ketika Canna, Lucy dan Blaire duduk berderet di aula ruang makan. Mereka bertiga terlihat baik-baik saja meskipun sedikit letih dan mengantuk. Petualangan semalam yang dinilai tak begitu memunculkan titik terang masih berbekas diingatan. Canna bahkan sejak tadi termenung menatap lalu lalang peri yang menyiapkan hidangan. Dia menoleh menatap Lucy yang sedang menyisiri rambut pirangnya yang kusut dengan jemari kecilnya lalu beralih kepada Blaire yang sibuk mencatat sesuatu. Canna tertarik dengan apa yang dilakukan Blaire.

The Siver CrownTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang