Sebelumnya ....Canna yang termangu seketika kembali menatap Damian. Kemudian ia refleks mengecek pakaian ketika merasakan sesuatu yang lengket dan basah menempel secara tidak wajar di bagian lengan serta roknya. Sekonyong-konyong matanya membulat, disusul wajahnya yang memerah.
"KAU GILA, DAMIAN?!" Canna memandang sengit ke arah pemuda itu—yang saat ini sedang terbahak. "KENAPA BAJUKU HARUS KAUBERI LUMPUR, HA?!"
_______________________________
Aku meringis melihat Blaire yang saat ini sedang ternganga melihat noda tipis di bajuku. Tak perlu kuulang siapakah yang menyebabkan ini semua, tapi yang jelas sekarang aku harus ganti baju dan membersihkan badan. Damian hanya membantuku mencari sumber air lalu membiarkanku sedikit membilas noda beberapa saat meski tentu saja itu tak membantu banyak. Aku tidak tahu apa yang Mark dan kawan-kawannya—termasuk Damian—lakukan sampai mereka bisa membuat tanah menjadi lengket dan berair seperti itu. Sepertinya mereka butuh sesuatu untuk dikerjakan, tapi tak ada lagi yang bisa dilakukan selain hal-hal nggak berguna.
"Canna? Kau habis ngobrol sama rombongan cowok-penyihir-berandal itu? Kulihat mereka bermain lumpur di belakang sana." Blaire bercerocos panjang. Ia berkacak pinggang melihatku, kubiarkan dia sebentar sementara sibuk mengeluarkan baju ganti. Aku semakin ingin memaki Damian, sekali saja kalau itu boleh dilakukan, karena dia mengingatkanku pada seseorang.
Kujawab Blaire sebelum pergi. "Ya, Blaire. Damian pelakunya," kataku dengan malas dan tak ingin memperpanjang topik pembicaraan. Tidak ada yang menarik dari fakta bahwa Damian iseng dan membuatku kesal.
Hari ini cukup membuat lelah dan banyak berpikir. Namun, setidaknya tak ada yang sia-sia dengan kegiatan mengobrolku bersama Damian. Aku jadi tahu kalau Ares sedang menghilang—jika cowok itu tidak berbohong. Entah mengapa kabar ini sedikit aneh. Atau hanya perasaanku saja karena pertemuan terakhir kami kurang baik? Aku tidak bisa menerka sebelum memastikannya langsung. Dia terkadang sulit ditebak.
Sambil menghela napas lelah, aku keluar, mendorong pintu kamar mandi dan bergabung bersama Blaire di meja belajar. Tumpukan buku—yang saking tebalnya bisa digunakan untuk bantal tidur—tersusun di hadapan Blaire.
Suatu hal penting—telah lama tak kupikirkan benar-benar—melintas di dalam kepala. Membuatku meringis kecil. Kutanyakan padanya daripada kami tidak melakukan apa-apa. "Kapan ujian dimulai?"
"Dua Minggu dari sekarang. Percayalah, para guru mulai besok sudah menyiapkan segala tes materi dan latihan praktik yang menguras tenaga. Kupikir sebaiknya kita mengejar materi hingga selesai, Canna."
Aku mengangguk. Benar juga, betapa lalainya aku, berani menyepelekan ujian yang sebentar lagi akan dimulai. Ragu-ragu kupilin sweter-ku dan menatap ragu Blaire yang fokus belajar, berniat memberitahunya soal Ares.
"Kau ingin mengatakan sesuatu?" Dia menungguku berbicara. Seperti biasa, sifat sensitifnya memang tidak boleh kulupakan. Blaire adalah tipe teman yang sangat sulit kauhindari kalau sedang menyimpan rahasia. Dia akan merasa kau menyembunyikan sesuatu, dan akan terus menghantuimu dengan tatapan penasaran serta berbagai desakan dari mulutnya. Apalagi aku payah menjaga rahasia. Sepertinya kami adalah teman yang ditakdirkan saling melengkapi—dan itu tak selamanya menyenangkan.
Aku mengetukkan satu-persatu jemari pada meja belajar. Melirik buku catatan bersampul cokelat buram berlogo Rygel, lalu memberanikan diri menatap netra sahabatku. "Damian berkata kalau Ares menghilang seharian. Dan lebih parahnya, selama ini Ares selalu pergi dari asrama menjelang malam hari."
Blaire mengernyit, melepaskan genggaman pada buku catatannya. Aku berani jamin jika dia juga tertarik. Semua orang tahu murid Rygel tak bisa seenaknya diberi izin keluar kamar apalagi saat malam tiba. Fakta ini akan membuatnya sedikit terganggu karena Blaire selalu menganggap serius peraturan itu—walau dia tetap pernah melanggarnya demi aku dan Lucy.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Siver Crown
FantasyMenjadi remaja terpilih tak membuat Canna berbangga diri dan menjalani kehidupan sekolah di Rygel dengan tenang. Dia yang tak punya kekuatan istimewa disulitkan menghadapi berbagai situasi aneh yang terjadi. Namun, setelah rangkaian kejadian yang...