"Aku tak menyangka." Perkataan itu keluar dari mulut Lucy. Semangkuk sereal di tangannya nyaris habis tak tersisa. Ingatkan Lucy jika suatu hari nanti dia mengeluh berat badannya naik. Karena setiap ada kesempatan mengobrol bersama kedua temannya, makanan selalu tak lepas dari jangkauan.
"Aku juga tak menyangka ... karena ternyata dugaanku tempo hari benar." Blaire berkata santai. Sontak Lucy memelotot ke arahnya.
"Heh, kalian. Aku sedang serius sejak tadi. Mengapa responnya selalu main-main, sih?!" Canna mendengkus kesal. Ia merajuk dengan meninggalkan Lucy dan Blaire berdua saja, sedangkan Canna berlagak naik ke tempat tidur mengangkat selimut tinggi-tinggi dan menjatuhkan tubuhnya di sana.
"Ck. Aku benar-benar sudah menduga. Kau kira aku tak bisa melihat perilaku anehmu ketika membahas orang-orang itu?" Blaire menghampiri Canna malas. "Kau selalu memperlihatkan reaksi tiba-tiba, Cann. Percayalah aku melihatmu."
Pasca Canna menceritakan semua kejadian anehnya, Blaire dan Lucy tak menunjukkan reaksi yang berarti. Seolah itu hanyalah kejadian lumrah seperti kebanyakan orang dan tak perlu dipusingkan. Canna kesal. Tentu saja kejadian itu terlalu merumitkan baginya. Victor yang bisa kapan saja membisikinya saja sudah membuat Canna merasa terganggu. Belum lagi sesuatu yang mengganjal di benaknya, mempertanyakan apakah selama ini ayah dan ibunya tidak benar-benar orang tua kandungnya? Atau apakah dahulu Canna terbuang setelah kejadian culik-menculik bayi di Bótheir itu? Oh, dan jangan lupakan Ares. Pemuda misterius itu mendadak jadi muncul di benaknya karena kilasan kejadian yang dilihatnya sendiri di masa lalu.
"Hei, aku punya solusi, Cann ...," bujuk Blaire yang tak digubris oleh Canna. Blaire menautkan alisnya resah. Dia melirik Lucy sejenak, berpikir bahwa gadis itulah yang menyebabkan suasana mendadak kacau.
"Aku memutuskan." Lucy berdeham. Lalu menatap Blaire dan Canna yang berbalik ke arahnya. "Akan mengajak kalian menyelidiki ini semua."
"Apa?" Tanya Canna dengan raut wajah meremehkan.
"Tunggu. Aku ingin memastikan dulu," ucap Lucy. "Hei Blaire. Kira-kira penjaga kamar cerewet itu akan kembali dalam berapa hari? Ak-"
"Apa yang mau kau lakukan?" potong Blaire tak sabaran. "Tak usah mencari masalah. Kita ini hanya ingin menyelidiki kan?"
Canna menghela napas melihat perdebatan kedua temannya itu. "Menurutku, penjaga itu masih dalam waktu pemindahannya di bagian lain. Kudengar tadi saat di kelas beberapa kakak tingkat bandel tertangkap memburu para peri-peri muda," ucap Canna santai. Dirinya berangsur-angsur menghilangkan rasa kesalnya. Kini ia justru setuju dengan Lucy yang jelas-jelas menawarkan opsi penyelidikan secara langsung dan tentu saja--meningkatkan adrenalin.
"Ck, baiklah-baiklah. Aku akan ikut!" Seru Blaire tak ikhlas. Dia terbiasa menyelidiki segala sesuatu dengan perlahan dan tidak mengambil risiko kini harus menuruti kemauan Canna dan Lucy--teman dekatnya yang tak terbantahkan.
"Nah, mari kita-"
"Dengan satu syarat." Blaire memotong perkataan Lucy--yang sudah terlebih dahulu memanyunkan bibirnya tak terima. "Jangan tergesa-gesa."
<<▪>>
"Apa?"
Canna terdiam cukup lama setelah pertanyaan itu terlontar dari seorang pemuda pemilik kulit pucat kering itu menanti jawaban Canna. Tidak, tentu saja Canna bukan malu terhadap pemuda itu. Ia hanya masih ragu akan apa yang sudah dilakukannya.
"Mengapa kau menemuiku?" Pemuda itu menaik-turunkan alisnya jenaka. Menggoda Canna. "Ck, sudahlah. Aku mau pergi," putus pemuda itu dengan malas. Ekspresi yang tadinya main-main guna memancing perkataan Canna kini berubah dingin lagi seperti sedia kala.
Pemuda itu melangkah gontai meninggalkan Canna tanpa basa-basi. Ia berpikir Canna mungkin hanya iseng menyegatnya tadi. Pemuda itu hanya tersenyum miris ketika tak ada tanda-tanda gadis itu memanggilnya balik.
"Apakah aku boleh meminta bantuanmu?" Canna bertanya pelan. Telapak tangannya mengepal. Ia bersumpah dalam hati jika keputusan ini sudah diambil maka temannya harus ikut menanggung segala resikonya. Maka Canna pun berusaha menangkis segala keraguannya. Netra pekatnya menatap Ares. Mencari keyakinan lain dari manik pemuda di hadapannya itu.
Ares tersenyum samar. Ini sebuah hal baru baginya. "Kau bisa mencari bantuan ke siapa saja. Kenapa harus aku, Nona Bel?"
Canna mengernyit. Ia lantas menaikkan sebelah alisnya bimbang. "Nona Bel?" Tanyanya heran.
"Belgrav. Nama belakangmu. Benar kan? Jadi kau mau aku membantumu apa?"
"Aku hanya ingin dipanggil Canna." Canna mendengkus. Sedikit menjauhi Ares. Mereka awalnya berhadapan dengan jarak yang tak terlalu jauh. Namun, Canna justru mengambil jarak yang lebih besar. Dirinya tak nyaman orang seperti Ares yang belum mengenalnya dekat tiba-tiba memanggil dengan sebutan seenak jidat.
Dia kira aku benar-benar temannya, hah?
"Aku ingin kau membantuku ... untuk sementara, melatih kekuatanku." Canna menghembuskan napasnya lega. Akhirnya ia bisa mengatakannya. Fyi, ini adalah rencana yang sudah disusun oleh Lucy dan Blaire. Canna tahu dirinya juga ikut andil. Namun tetap saja rencana ini merugikan bagi dirinya.
Ares terdiam. Keningnya berkerut halus, menampakkan wajah sok polos ketika mendengar perkataan Canna baru saja diucapkan. Dengan iseng Ares maju beberapa langkah hingga tepat berada di hadapan Canna. Ia mencengkeram lengan gadis itu. Membuatnya mendongak.
Ares berdeham pelan. "Serius?" Tanyanya dengan kata-kata selembut sutra. Ia tidak enak karena gadis itu justru semakin terlihat tidak nyaman dengannya.
"Hei, Nona Bel. Dengar," bisik Ares, "kau belum mengenalku benar-benar. Lalu mengapa dengan mudah meminta tolong? Aku tidak mau suatu saat nanti kau akan menanggung semua akibat karena berdekatan denganku. Ingat it-"
"Aku memaksa!"
"Wah, wah, wah. Kau ini kenapa? Bukan kah sebelumnya tampak tak suka denganku?" Ares bertanya sinis. "Kekuatan? Ah, yang benar saja. Apa selama ini kau benar-benar tidak melatihnya?"
Canna merengut. Dia tak suka diingatkan akan hal yang memalukan seperti ini. Apalagi ini Ares. Bukan apa-apa, dia hanya lebih malu saja jika Ares lebih tahu fakta itu dari pada yang lain.
"Aku, sebelumnya tak pernah mengetahui tentang kekuatan itu."
<<▪>>Bersambung
____________
Hai,
part ini agak pendek dari biasanya. Emang sengaja, soalnya kalo disatukan sama part depan nanti malah nggak dapat feel-nya hihi.Jangan lupa buat vote, komen, kritik sarannya. Dan kalau kalian suka cerita ini boleh banget share ke teman-teman.
Terima kasih ya. See you di part 12 💙
(08/08/2020)
KAMU SEDANG MEMBACA
The Siver Crown
FantasyMenjadi remaja terpilih tak membuat Canna berbangga diri dan menjalani kehidupan sekolah di Rygel dengan tenang. Dia yang tak punya kekuatan istimewa disulitkan menghadapi berbagai situasi aneh yang terjadi. Namun, setelah rangkaian kejadian yang...