Sebelumnya ....
"Beberapa anak berkata ia tak ditemukan setelah masuk di gudang perpustakaan." Blaire menambahkan.
Canna tercekat. "Kelas istimewa?"
Kini ia menahan napasnya. Jika anak yang hilang itu berasal dari kelasnya maka ia tak perlu lagi penasaran siapa sosok Claris yang saat ini menjadi perbincangan. Tunggu sampai kelasnya dimulai esok setelah akhir minggu yang penuh dengan kepelikan ini. Maka Canna akan tahu siapa yang anak yang hilang itu.
______________
SEORANG lelaki kekar berkulit kecokelatan yang duduk di singgasananya menatap seorang gadis kecil dengan sorot mata bosan.
"Jangan bicara berbelit-belit padaku. Atau kau tak akan kembali."
Lalu gadis itu menyatukan kedua telapak tangannya dan berusaha mendongak. Bibir mungilnya yang nyaris pucat bergetar lantas menyuarakan kalimat panjang. Kalimat yang ia sudah susun dari hasil pengamatannya selama ini.
****
"Aku benar-benar mengantuk." Blaire melepas kaus kakinya dengan kasar lalu melirik Mooshle dengan sengit. "Aku tau kita tak boleh terlambat. Tapi, ayolah, ini masih jam enam pagi. Dasar makhluk menyebalkan!"
Canna sudah terbangun di tempat tidurnya saat mendengar Blaire protes dengan berteriak. Pagi yang sangat cerah ini disambut oleh Mooshle, hewan unik berkekuatan magis itu diperintah oleh penjaga asrama membangunkan dan memeriksa murid-murid mulai saat ini lantaran kejadian Lory yang hilang.
Dua gadis yang baru bangun tidur itu saling berpandangan sejenak. Menatapi diri masing-masing yang masih kusut khas orang baru bangun. Mata yang berair, kulit pucat, rambut acak-acakan dan piama yang beberapa kancingnya terlepas.
Setelah itu Blaire memandang dua Mooshle yang masih beterbangan di antara ranjang mereka berdua. Alisnya bertaut tidak suka. Sedangkan Mooshle itu hanya menampilkan wajah kebingungan, badannya yang kecil, bulat dan berbulu warna cerah bergoyang ke sana kemari mengikuti arah terbang sayapnya yang kecil nan tipis.
Tapi Canna terkekeh geli. Telapak tangannya meraih Mooshle berwarna pink miliknya yang memandangnya sambil bolak-balik mengamati Blaire. "Ngomong-ngomong, sepertinya kita tak pernah saling interaksi. Selama ini kukira kau tak pernah kembali lagi, karena terakhir kali selalu bersembunyi di laci nakas."
Mooshle itu memandang Canna dengan raut sedih. Kemudian tanpa diduga-duga ia menjatuhkan diri tepat di atas pangkuan Canna. Fisik bulatnya yang sekecil telapak tangan menggelinding pada paha Canna yang tertutup oleh celana panjang khas baju tidur.
"Aku hewan yang pandai. Kepala sekolah memerintahkanku mulai hari ini untuk membantu dan mengawasimu. Jangan sungkan," kata Mooshle dengan suara imut yang alami.
Canna terbelalak kagum. "Ah, lucunya ...."
"Ck, kenapa aku dapat yang menyebalkan seperti dia, sih?!" protes Blaire kala sahabatnya itu masih fokus mengamati perilaku Mooshle. Telunjuknya mengarah pada Mooshle biru miliknya yang saat ini sedang terbang berputar-putar tepat di depan wajahnya.
"Mungkin dia mencari perhatianmu," jawab Canna dengan terkikik geli. Blaire membalas dengan cemberut.
****
Bukan hal istimewa saat semua murid sudah berkumpul di aula makan utama, namun yang terlihat berbeda adalah kehadiran makhluk kecil berwarna-warni yang menggantikan peri-peri pembawa makanan. Mereka sibuk mengingatkan pemiliknya tentang jadwal pelajaran masing-masing sesaat sebelum sarapan dimulai.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Siver Crown
FantasíaMenjadi remaja terpilih tak membuat Canna berbangga diri dan menjalani kehidupan sekolah di Rygel dengan tenang. Dia yang tak punya kekuatan istimewa disulitkan menghadapi berbagai situasi aneh yang terjadi. Namun, setelah rangkaian kejadian yang...