10 • [Teman Sekamar]

94 23 20
                                    


Point of view || Author

Canna termangu di tempat tidurnya. Berkali-kali dia membaca syair itu. Hari sudah malam, Blaire tak banyak bercerita--gadis itu memilih tidur--mungkin karena terlalu lelah. Dia meninggalkan Canna sendirian, padahal sejak awal Canna ingin menanyakan buku itu kepada Blaire. Mungkin saja, anak itu bisa menjawabnya. Canna beranggapan, Blaire berwawasan lebih luas dibanding dirinya soal kerajaan-kerajaan Pulchra.

Ah! Buku milik Blaire!

Sebuah ide melintas dipikirannya. Canna tersenyum senang, dikeluarkannya buku pemberian dari Blaire. Dia percaya, gadis itu pasti menyimpan beberapa informasi.

Canna membuka buku itu antusias. Sebuah kata mengawali halaman pertama. Rupanya pembukanya tentang Pulchra, batin Canna.

[]-[]-[]

Pulchra.

Kata ibu, Pulchra diibaratkan seperti semesta. Banyak planet besar yang berada di dalamnya. Dan planet-planet itu adalah kerajaan-kerajaan yang berdiri saat ini. Dan saat aku menulis ini sekarang aku menjadi tahu apa itu semesta yang sering ibu ceritakan.

Wilayah leluhur dengan segala makhluk dan pengendali semua elemen-elemen alam. Terdiri dari lima kerajaan besar. Dengan semua ciri khas dan elemen berbeda.

Siver, si Air yang mustahil kau kekang dalam genggam tangan seorang hebat sekali pun.

Bótheir, si Api yang tak pernah kehabisan pujian dari setiap makhluk akan tekad kuatnya.

Rasnevrô, si Tanah yang selalu mengagungkan kerendahan hati.

Gatarás, Udara yang selalu menyeimbangkan seluruh kekuatan.

Yang terakhir ...

Naighav.

[]-[]-[]

Apa ini?!

Canna mendengkus kesal. Blaire tidak menulis lebih lanjut tentang Naighav. Apa mungkin Blaire tidak mengetahui apa itu Naighav? Atau ada hal yang mencegahnya memperjelas di buku itu? Apakah Naighav ini keadaannya tak bisa ditemukan?

Argh!

Canna putus asa. Ia membolak-balikkan lembaran buku itu. Berharap salah satu halaman memberinya sedikit informasi.

"Jangan pernah ke sana."

Canna terkejut. Bahunya tersentak pelan. Bisikan itu ... Victor, lelaki itu memperingatkan dirinya. Jujur saja, ada sedikit niat di hati Canna untuk mencari tahu sendiri tentang hutan misterius. Namun lagi-lagi peringatan itu menyadarkan dirinya. Apakah dengan menyelidiki hutan ini akan memberinya jawaban? Atau malah membawanya ke marabahaya?

Canna tidak tahu. Dia tak ingin bertindak gegabah.

Ah ya, bagaimana bisa bisikan itu muncul saat malam hari di kamar asramanya? Canna bergidik ngeri. Tak bisa membayangkan kalau-kalau lelaki itu memang sedang di kamarnya.

"Ck, hentikan pikiranmu itu."

<<▪>>

Pelajaran melelahkan kembali mengisi hari-hari semua murid Rygel. Tak terkecuali Canna, Lucy, dan Blaire yang kini tengah berkutat dengan segala macam tugas bahkan saat sedang jeda pelajaran.

The Siver CrownTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang