Sebelumnya....
"Kau mencari Canna?"
Suara Ares sontak membuat Victor mengernyit lantas memandang cowok itu dengan tatapan menelisik. Batinnya menangkap satu hal yang konkret tentang Ares dari masa lalu.
___________________________
Victor bergeming. Hanya membeku di tempat beberapa saat, tidak membalas pertanyaan Ares. Sedangkan Canna merasakan situasi aneh, terutama setelah memandang raut wajah Victor yang terlihat bingung saat menatap Ares. Dipikirnya itu adalah respon aneh. Mungkin saja ada permasalahan di antara dua lelaki itu, tapi bahkan ia pun sangsi jika mereka saling mengenal.
"Mengapa tiba-tiba kau ada di sini?" Canna akhirnya membuka mulut untuk bertanya. Sejatinya kata-kata yang akan muncul adalah tuduhan jika Victor mengikutinya, namun gadis itu tahu kapan saatnya harus tutup mulut. Jelas karena saat ini Ares masih berada di antara mereka, tengah mengernyit melihat interaksi yang tak disangka-sangka.
"Kau mencari Canna?"
Pertanyaan itu membuat Victor menghela napas. Ia melirik Canna dan Ares bergantian, lantas kepalanya menggeleng lemah. "Lanjutkan obrolan kalian," katanya seraya melenggang pergi.
"Well, yah, kurasa kalian harus bicara," cetus Ares saat punggung lelaki bersurai perak itu telah sirna dari pandangan. Ia melirik Canna sejenak, lalu menaikkan alisnya.
"Aku tak ingin bicara dengannya. Jadi bagaimana dengan latihan ini?"
"Kurasa tujuanku mengajakmu ke sini telah terlaksana," ucap pemuda itu dengan senyuman kecil. "Tidak ada latihan yang dilakukan di perpustakaan setelah kau bahkan bisa mengendalikan air dan bebagai benda, bukan?"
Lalu pada akhirnya Canna mengangguk lemah. Ia mengeluh dalam hati mengapa tak tanggap dengan maksud Ares sejak awal, toh harusnya dirinya sudah curiga mengapa mendadak pemuda itu mengajak bertemu di waktu yang tidak seperti biasanya.
Sembari terus memandangi buku, Canna mendongak, menatap Ares sejenak. Ia sudah siap untuk pergi dari sana sebelum lelaki itu menawarkan diri. "Mau kutemani?"
Canna mengangguk. Ia justru sedikit lega jika akhirnya sikap Ares tak semenyebalkan pada awal mereka berjanji untuk saling membantu dalam hal melatih kekuatan, tapi seperti yang sudah gadis itu pikirkan sebelumnya, sejatinya yang terjadi hanyalah Ares yang membantu Canna, Ares yang meminta Canna untuk lebih menonjolkan kekuatannya, meskipun di beberapa pertemuan mereka cenderung membahas hal-hal lain atau malah berdebat.
"Boleh aku bertanya?" Canna menoleh, ia sengaja membuat perjalanan mereka terasa lebih berguna dengan tidak hanya berdiam diri saja.
"Ya, asal jangan tanyakan pertanyaan retoris. Aku benci mendengarnya, terlihat begitu bodoh."
Canna dengan dengusan kesal. Ia kembali berpikir apakah selama ini dirinya terlihat bodoh dan kikuk saat bersama pemuda itu? Tapi Canna tahu tingkahnya tak separah itu sampai-sampai Ares menilai dirinya sebagai gadis berotak kosong.
"Umm, kenapa kau meminta maaf padaku waktu itu?"
Ares berpikir sejenak. Lalu tak butuh waktu lama ia segera berujar, "saat di loker?"
Gadis itu mengangguk.
"Oh, itu karena aku baru ingat jika kau ...."
Hening sejenak, dengan kalimat yang masih belum usai terucap. Canna sebal, baru saja ingin memrotes, pemuda itu melanjutkan diikuti dehaman.
"Tentu saja kalau perkataanku salah. Kau kelas istimewa, se-tidak menariknya dirimu, atau sebodoh apapun kelihatannya, kau tetap pantas di kelas itu karena tak mungkin sistem seleksi salah menempatkan anak," lanjutnya dengan cepat. "Jadi aku baru menyadari kesalahanku."

KAMU SEDANG MEMBACA
The Siver Crown
FantasyMenjadi remaja terpilih tak membuat Canna berbangga diri dan menjalani kehidupan sekolah di Rygel dengan tenang. Dia yang tak punya kekuatan istimewa disulitkan menghadapi berbagai situasi aneh yang terjadi. Namun, setelah rangkaian kejadian yang...