Point of view || AUTHOR
G
ADIS itu menunduk lesu. Lidahnya kelu untuk menyapa anak-anak baru. Ia hanya bisa terduduk di salah satu bangku taman usang di pojok sekolah. Dedaunan menari-nari, menyapanya di siang hari yang terik. Bangku cokelat yang ia duduki nampak tak terurus dengan rumput liar tinggi, tak menampik bahwa taman di pojok sekolah megah terlihat menyeramkan. Tapi setidaknya, ia masih bisa bernapas lega, karena taman di sekolah ini tak hanya satu-dan berharap agar yang lain lebih indah untuk dijadikan tempat pelepas penat.
Namun diam-diam, sebenarnya ia tak sendirian. Gadis bernetra hitam pekat itu tak menyadari ada sepasang mata menatapnya lekat-lekat di balik semak. Kelihaiannya bersembunyi membuat dirinya bebas mengamati gadis berkulit pucat itu-yang sedang teralihkan dengan keberadaan seorang gadis lain yang datang melambaikan tangan padanya.
"Hei!"
Ia mendongak, menatap ke sumber suara. Gadis berambut pirang menghampirinya dengan senyuman dan lambaian tangan ceria. Hatinya senang, itu anak pertama yang menyapanya.
"Tidakkah kau dengar pengumuman tadi? Mengapa kau masih berdiam di sini?" tanya seseorang yang menghampirinya. Karena tak kunjung mendapat balasan, seseorang itu menepuk pundaknya pelan dan mencondongkan kepala. "Oh, kau siapa? Aku Lucy."
"Aku Canna," balas gadis itu mendongak menatap Lucy. "Cannielyn Belgrav. Namun, aku terbiasa dipanggil Canna. Senang berkenalan denganmu." Lucy tercengang di tempatnya, ia tak mengira lawan bicaranya yang sebelum itu pendiam, kini tersenyum dan mengulurkan tangan kepadanya. Tentu saja Lucy akan menyambut dengan gembira.
"Namamu cantik, Cann." Lucy tersenyum, Canna hanya menanggapi dengan anggukan pelan. Baru kali ini seorang teman yang menganggap namanya cantik.
Keduanya menuju keramaian di lapangan sekolah itu. Lucy-gadis itu dengan semangat menunjuk beberapa benda di sekitarnya dan ber-wow ria bersama Canna. Mereka bak remaja yang baru kali ini masuk ke sekolah. Sedangkan Canna-gadis bersurai cokelat terang itu hanya tertawa setiap kali teman barunya itu memerlihatkan wajah penuh kekaguman dan berbagai ekspresi lain ketika melihat lingkungan baru mereka yang seterusnya akan jadi rumah sekaligus tempat bersekolah.
"Heiiii, Cann, lihatlah." Canna menoleh pada sebuah tanaman aneh yang ditunjuk oleh Lucy. Tanaman yang tumbuh subur di area taman lain di sisi belakang lapangan sekolah megah itu membuat mereka melongo sejenak. Baunya yang menyengat juga membuat rasa penasaran kedua remaja ajaib itu mendekat.
"Aneh." Canna mendekat perlahan-lahan untuk melihat lebih jauh meninggalkan Lucy yang masih berusaha menahan napas agar tidak lagi menghirup aroma bunga itu. Rasa penasaran yang tinggi memaksanya mencari tau lebih.
"Ewh!" pekik Canna kaget dan spontan memundurkan langkahnya. Tanaman berwarna jingga dengan satu bunga yang mirip sekali dengan topi pantai yang besar dan lebar, sisi dalam bagian mahkota bunga itu terlihat buruk dengan warna hitam pekat dan lendir lengket di tengahnya-membuat Canna bergidik ngeri sekarang.
"Yah, yah," ejek Lucy dengan senyum menyeringai. Entah bagaimana tiba-tiba ia tak lagi terheran-heran. "Selamat datang di Rygel." Lucy merangkul Canna, menariknya lebih dekat agar bisa membisikkan sebuah kalimat.
"Pssst. Ini baru permulaan, Canna. Kita semua terpilih, dengan misi yang masih misteri. Tentu saja semua tak mudah dipahami."
Seketika Canna membeku.
Benar, ia tak mengerti alasannya. Mengapa dirinya berada di Rygel?
<<▪>>
KAMU SEDANG MEMBACA
The Siver Crown
FantasyMenjadi remaja terpilih tak membuat Canna berbangga diri dan menjalani kehidupan sekolah di Rygel dengan tenang. Dia yang tak punya kekuatan istimewa disulitkan menghadapi berbagai situasi aneh yang terjadi. Namun, setelah rangkaian kejadian yang...