28 • [Pembelaan Helda]

29 7 14
                                    

Sebelumnya ....

Seolah pemandangan hewan terluka itu belum cukup, tepat di samping rubah terdapat serigala bertaring tajam, tampak sangat buas dengan sisa-sisa darah menetes dari mulutnya.

________________________________

SRAK ... srak ....

Terdengar langkah kaki seseorang yang memasuki gerbang, menyingkirkan dedaunan kering yang menghalangi pijakan. Dalam redupnya cahaya, surai pirangnya masih terlihat, dibiarkan tergerai menutupi punggung. Telapak tangan berkulit putih pucat terkepal, mata birunya berkilat-kilat waswas memandang sekeliling. Napasnya kini menderu, saat sudah dipastikan aman, si gadis misterius berambut panjang itu telah sampai di hutan yang seluruhnya tertutupi oleh pepohonan dengan akar-akar menyembul dari tanah. Kelopak matanya tertutup rapat, bibir tipis itu saling menekan membentuk sebuah garis tipis yang kaku.

Suasana hutan hening, angin berhembus kencang secara tiba-tiba, seolah mendukung apa yang sedang terjadi saat ini. Tubuh si gadis misterius itu mendadak kabur dan berubah menjadi kepingan-kepingan cahaya berwarna putih, sinarnya menyebar sesaat, karena tak lama cahaya-cahaya kecil itu memadat dengan cepat-membuat keindahan tadi hanya bisa kaulihat dalam sekejap. Tak ada manusia biasa yang bisa memperkirakan bagaimana keajaiban itu terjadi, kini tubuh ramping seorang gadis bersurai pirang itu telah berubah menjadi seekor rubah merah.

Rubah merah adalah salah satu rubah paling umum yang ada di Pulchra. Namun tak berlaku bagi shapeshifter hewan satu ini, keberadaannya terbilang langka dan hanya terdapat beberapa yang hidup di setiap kerajaan. Nyaris tak ada yang bisa membedakan shapeshifter rubah merah dengan hewan murninya-kecuali saat ia sedang bertarung.

Hewan itu mengendus-endus tanah dan berjalan dengan tergesa-gesa. Beberapa kali telapak kakinya yang berbulu hitam itu tergores oleh ranting-ranting pohon, tapi sepertinya tidak memengaruhinya untuk berhenti. Si Rubah terus berjalan dan mencari celah dengan lihai seolah sudah hapal dengan seluruh isi hutan. Begitu sudah sampai di tempat yang dituju, ia mendongak, mata rubahnya yang tajam terfokuskan pada satu objek yang menjadi sasarannya. Tanpa berpikir panjang, ia segera melompat ke sebuah petak kecil dengan pedang berdarah kering yang tergeletak di tengah. Moncongnya yang panjang dan sempit mencoba untuk menyentuh pangkal pedang, tapi si rubah mundur beberapa langkah sebelum benar-benar mendekatinya.

Sihir yang diucapkan melalui pikiran, ternyata tidak berefek apa-apa. Si rubah hanya terdiam, namun beberapa detik kemudian, geraman tak sabar terlontar dan ia melompat dengan anggun menuju pedang itu.

"Aw!" lengkingan itu membelah kesunyian hutan dengan sangat keras.

Gigi-gigi tajam itu meringis kesakitan saat tubuhnya terpental jauh. Si rubah menggoyang-goyangkan tubuhnya, ia mendeteksi ada yang salah dengan sihir pelindung pedang. Manik kelamnya memandang bingung dan berniat untuk mencoba sekali lagi. Kali ini dengan lebih percaya diri.

Si rubah mulai melangkah lagi dengan anggun. Ia menegakkan tubuhnya-membuat bulu-bulu cokelat kemerahan menjadi lebih jelas dan mengkilap, lalu ia melompat lagi.

Buk!

Semua berlalu begitu cepat ketika jeritan lirih rubah kembali memecah kesunyian. Kali ini bukan karena ia kembali terpental oleh kekuatan sihir, bukan. Namun seekor serigala yang bertubuh lebih besar darinya menyerang dari atas, menindihnya dengan sangat keras. Seakan jeritan tadi belum cukup, si rubah membuat lolongan panjang yang keras saat dengan sengaja serigala berbulu abu-abu dan putih itu mencabik bagian perutnya. Siapa pun yang mendengar lolongan itu akan meringis ngeri.

Pikiran si rubah kacau. Terutama ketika ia berhasil melepaskan diri dari cengkeraman serigala. Kini tampak jelas, seekor serigala besar dan bertaring panjang nan tajam sedang menggeram galak-tanda pengusiran dan ketidaksukaan.

The Siver CrownTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang