29 • [Tanda Tanya Baru]

34 5 17
                                        


Sebelumnya ....

"Itu sangat ringan. Hampir tak bisa disebut sebagai hukuman." Lory, yang terbaring di ranjangnya tanpa disangka-sangka ikut berkomentar.

Semua menoleh ke arahnya.

"Sejatinya semua penyusup yang tertangkap akan mati."

________________________________

KIRA-KIRA apa yang mereka lakukan di dalam Navdä?

Aku tidak menyangka mereka bertiga tertarik dengan hutan misterius itu.

Benar, apa sih yang dicari?

Blaire dan Canna menghela napas. Mereka sudah kenyang akan bisikan-bisikan murid lain yang masih saja membicarakan topik tentang kegaduhan semalam. Bahkan saat ini pun, saat sarapan masih berlangsung, semua siswa tak henti-hentinya melirik ke arah mereka berdua dengan tatapan penasaran-beberapa tampak seperti mengangumi tapi tak sedikit yang mencela.

"Hei, Cann. Coba tebak, kapan topik ini akan usai diperbincangkan?" Blaire bertanya di sela-sela gigitan makanan penutupnya yang hampir kandas.

Canna mengedikkan bahu tak acuh. "Entahlah, jujur saja aku agak kesal. Tapi karena memang itulah fakta yang terjadi, aku jadi tak bisa berbuat apa pun"-Canna menerawang lalu mendadak wajahnya berubah khawatir-"aku sangat ingin membungkam karena yang terlibat adalah kita bertiga Blaire. Kau tau kan bagaimana selama ini-"

"Tidak perlu." Blaire tersenyum kecil dan menyandarkan kepala pada bahu Canna yang berada di sebelahnya. "Aku akan membiasakan diri untuk menutup telinga setiap ada celaan yang terdengar. Lagipula, saat ini juga kita bisa menghentikan penyelidikan barangkali untuk beberapa waktu sampai Lucy kembali normal dan bisa berubah wujud lagi."

Tring!

Suara deringan yang muncul dari tongkat sihir Marryane memotong percakapan di sana. Membuat seluruh murid langsung bangkit, meninggalkan mooshle mereka dan mulai mengemasi tas sekali lagi sebelum menjalani kelas pertama di pagi hari.

Canna mengepalkan tangannya, berusaha menyemangati diri sendiri untuk memulai pelajaran. Ia melewati halaman dan melanjutkan perjalanan. Hari ini ada Astronomi, Mantra, dan pengulangan Sejarah. Nilai-nilainya stabil walau terkadang saat praktik mantra dirinya kerap kali ditegur lantaran kurang berkonsentrasi-tentu karena sesuatu hal yang belakangan menghantui pikiran.

Ah, aku memang terbiasa selalu memikirkan hal-hal berat ....

Canna sengaja mengembuskan napas keras lewat mulut ketika melihat guru Astronomi telah menunggu di ruang kelas lantai dasar pada bangunan paling belakang-yang merupakan kastil bercat cokelat kusam dengan struktur dindingnya yang sudah retak.

"Pastikan kalian sudah meletakkan buku catatan, pena, dan buku materi di atas meja. Jangan lewatkan materi kali ini, anak-anak!"

Perintah itu menutup lamunan Canna. Ia segera mengikuti pelajaran dengan tenang walau sesekali pikirannya kembali teringat pada Lucy yang masih belum bisa berubah wujud karena kondisinya lemah.

****

"Victor! Jangan lupa, okay? Kau sudah janji akan membawakanku satu peri pixie kecil yang manis!" Seorang pemuda kurus berkulit hitam dengan rambut ikal melambaikan tangan dan mulai berbalik menjauhi Victor yang kini tengah berdiri kaku, seperti biasa dengan wajah datarnya.

Iris hijau itu mendadak berkilat-kilat, kelopaknya terbelalak seolah baru saja tersadar akan sesuatu. Lalu ia menarik lengan si cowok berkulit hitam tadi. "Tapi jangan salahkan aku jika-"

The Siver CrownTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang