Point of view || Author
Canna masih setia memerhatikan setiap teori pelajaran hari ini. Kebetulan gurunya ramah dan mudah diajak bicara. Ini hari pertama semua pelajaran berjalan normal. Namun, Akademi Rygel memang berbeda. Sekarang saja, Prof. Elysius, menjadikan hari pertama sebagai ulangan mata pelajaran Makhluk Hidup.
Jika menelisik lebih menyeluruh seisi kelas. Banyak anak yang sudah mengantuk di pelajaran pertama. Tadi, saat ulangan saja, banyak siswa yang protes. Ingin menolak, tapi hukuman menanti mereka. Canna duduk tenang, bangkunya tepat di dekat jendela yang menghadap ke gedung lain. Suasana yang mendukung baginya untuk fokus pada apa yang disampaikan di depan sana.
"Heh kau!" Seseorang dengan tak sabaran menggoyangkan lengannya. Canna membiarkannya, dia terlalu fokus untuk sekedar meladeni orang tak penting. Tapi seseorang itu terus memanggil.
"Sombong."
Seketika itu Canna berbalik. Pemuda berkantung mata jelas menatapnya dengan seringaian. Ia membuka lembar catatan yang ada di meja. Menyodorkannya kepada Canna.
"Ck. Tidak penting," simpul Canna. Ia kembali fokus ke depan.
"Kau, kelas istimewa kan. Tapi kau nampak seperti murid biasa saja. Tak ada murid dengan tingkatan spesial berperilaku sepertimu." Pemuda itu berkomentar. Bangkunya yang tepat berada di belakang Canna membuat dia semakin mengusir ketenangan Canna.
Canna mencoba mengatur napas. Ia gusar lalu dengan tenang mengingatkan diri sendiri agar tak lepas kendali. Dirinya tak ingin dicap jelek di hari pertama oleh guru. Siswa di belakangnya tak ayal membuat Canna kesal sekaligus terheran-heran. Kesal karena ia harus berada tepat di depan bangku pemuda itu, heran mengapa ada murid semacam itu di Rygel.
"Catatkan aku semua materi guru tak berguna itu. Baru aku berhenti mengganggumu," lanjut pemuda itu. "Ah ya, namaku Damian. Aku kelas penyihir."
Canna menahan napas. Berusaha mengumpulkan keberanian untuk menolak pemuda itu. Enak saja dia menyuruh seenaknya. Dia harus berani menolak.
"Damian. Kau tak diizinkan mengikuti kelas menyihirmu hari ini." Prof. Elysius mengatakan itu dengan tegas. Tangan kurusnya masih 'menulis' menggunakan tongkat sihir sementara matanya awas menatap seluruh kelas di tempat duduk favoritnya.
Canna bergidik ngeri. "Sudah kubilang, ini Rygel. Kau tak bisa macam-macam Damian aneh," gumamnya pelan.
<<▪>>
Jeda pelajaran. Canna memilih untuk bangkit dari bangku, dan menuju kelas berikutnya. Ia tahu Lucy dan Blaire kini tak punya banyak waktu untuk berkumpul bersama. Maka, Canna memilih sendirian. Ia mengambil roti isi yang sudah disiapkan tadi pagi sebelum kelas dimulai. Digigitnya sambil berjalan di koridor atas, tanpa menyadari sekelompok pemuda memerhatikannya.
Langkah sepatu Canna mengetuk pelan ketika menuruni tangga. Gadis itu tiba-tiba berhenti begitu melihat seseorang menghadangnya di anak tangga paling bawah. Canna mendongak, menatap mata hazel itu dengan lekat. Dirinya seperti familiar, berusaha mengingat pemuda itu. Namun tentu saja yang harus ia pikirkan sekarang adalah menghindar. Bergeser dan memilih jalan lain tanpa menatapnya. Sungguh, Canna merasa orang-orang membuatnya tak tenang. Sebenarnya ada apa?
"Apa kekuatanmu?" tanya pemuda tadi. Yang masih ada di belakangnya.
"Te-tentu saja itu tak untuk dipamerkan." Canna mencoba berkilah. Bagaimana ia mau mengaku, kekuatan saja ia tak yakin punya salah satu dari ketiga kelas itu. Dan kelas tingkatan yang dia ikuti belum dimulai, jadi Canna tak bisa menebaknya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Siver Crown
FantastikMenjadi remaja terpilih tak membuat Canna berbangga diri dan menjalani kehidupan sekolah di Rygel dengan tenang. Dia yang tak punya kekuatan istimewa disulitkan menghadapi berbagai situasi aneh yang terjadi. Namun, setelah rangkaian kejadian yang...