"Kenapa malah tertawa? " tanya Melody tak mengerti.
"Aku suka panggilan baru itu. " jujurnya.
"Hah! "
Brukkk....
Belum hilang kagetnya. Melody kembali dibuat hampir saja kehilangan detak jantungnya. Saat tangan kekar itu menariknya duduk di atas pangkuannya.
"Mas lepassss.... " pinta Melody bisa gawat kalau ibunya sampai tau apa yang mereka lakukan.
"Tidak, aku merindukan ini. Biarkan aku merasakan nikmatnya sekali lagi. " ucap Rakka dengan pandangan yang telah berkabut gairah.
Jujur saja sedari siang dirinya sudah menahan ini semua. Sejak dirinya mendapati Melody dengan pakaian setengah basanya yang tentunya cukup memeperlihatkan bagaimana lekuk indah di dalamnya. Aih tubuh Maidnya ini benar-benar membuatnya gila.
Mata Melody membulat melotot pada Rakka yang masih menatapnya sayu. Gila saja laki-laki ini. Memang dasarnya brengsek urat malunya trlah putus. Apa laki-laki ini tak berfikir Ibu Melody bisa saja mendengar dan memergokinya seperti ini? Ah tapi lagi-lagi uang berkuasa atas segalanya.
"Mas lepas nanti ibuku lihat. " pinta Melody lagi.
Dirinya berusaha untuk tidak tersulut emosi meskipun sebenarnya rasa kesalnya sudah sampai pada puncaknya siap meledak membuat laki-laki yang memangkunya ini hancur berkeping-keping tidak tersisa.
"Kumohon... " dengan wajah memelasnya Rakka memohon pada perempuan di atas pangkuannya ini.
Tangannya bergerak menyentuh pipi chubby itu. Mengusapnya secara perlahan berharap akan luluh.
"Tidak Mas ada ibu aku tidak bisa. " tolak Melody ia berusaha untuk tidak luluh dengan wajah memelas itu.
Ia percaya wajah memelas itu hanya lembaran topeng yang menyembunyikan kebiadabannya.
"Mel... "
"Tidak Mas. Mas bisa aja perlakuin aku seenak Mas tapi satu yang aku minta. Jangan lakuin itu semua di depan ibuku. " ucap Melody biarkan kali ini dirinya bersikap tegas.
Bangkit dari pangkuan Tuannya ia berjalan menuju kamar ibunya. Meninggalkan Rakka dengan kekesalannya. Terlihat dari kedua tangannya yang mengepal kuat.
"Mungkin sekarang kau bisa menolakku! Tapi kupastikan suatu saat nanti kau yang akan memohon padaku! "
***
Dlam sebua kamar yang hanya beralas kasur tipis tanpa ranjang dan tanpa pendingin ruangan. Tidur seorang Rakka terusik akibat sinar-sinar matahari yang menerobos melewati cela-cela atap dan dinding kayu. Ia menutup wajahnya menggunakan selimut yang telah di siapkan Melody dari semalam.
Kelebat-kelebat tirai menampilkan pemandangan di luar sana. Sudah siang nampaknya. Bukan lagi sinar kemerahan dari sang Matahari yang nampak malu-malu seperti pagi-pagi sebelumnya yang ia dapati.
Sebenarnya ini jam berapa mengapa Melody tak membangunkannya seperti biasa? Tunggu... Tunggu... Sepertinya dirinya melupakan sesuatu. Reflek menegakan tubuh terduduk menatap sekelilingnya. Ia ingat dirinya saat ini tidak sedang di apartement miliknya melainkan di dalam kediaman ibu Melody. Pantas saja terasa janggal dari tadi.
Rakka melirik jam yang melingkar di tangannya. Setengah tujuh pantas sudah terang di luar. Dirinya memutusakan keluar kamar tanpa daun pintu tersebut hanya tertutup tirai berwarna biru saja. Jika melihat kondisi rumah ini memang sangat miris sekali. Ia berjalan melihat-lihat sekelilingnya lebih parah di bagian belakang hampir roboh karena kayu-kayu penyangganya telah rapuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Taste
Romance📢 ... PERINGATAN KAWASAN DEWASA❗️ AUTHOR TIDAK BERTANGGUNG JAWAB ATAS SEGALA EFEK SAMPING YANG DIDAPAT❗️ BERBIJAKLAH DALAM MEMBACA❗️ *** "Aahhhh.... Tuan tolong hentikaaannn! " Jeritan seorang maid menggema di dalam sebua kamar. "Tidak akan sayan...