9. Gelisah

5.7K 247 37
                                    

Hari sudah gelap Rakka dengan mobil hitamnya masih menyusuri setiap jalan ada. Sangat pelan matanya menyapu sekelilingnya.  Siapa tau dirinya menemukan sosok yang sukses membuatnya gelisah dari sore tadi.

Sebenarnya kemana perempuan itu.  Beberapa waktu lalu dirinya telah menghubungi Ibu dari Melody namun sayang tidak terhubung.

Aaarrrggghhh.... 

Menyebalkan sekali. Belum lagi kalimat "Mbak Melody sudah dari tadi pagi pergi. Beliau membawa tas besar. " yang diucapkan petugas kebersihan dibgedung apartemennya tadi masih jelas terngiang-ngiang di kepalanya.  

Memikirkan keberadaan Melody. Bahkan dering dari ponselnya yang tak kunjung diam pun tak ia perdulikan sama sekali.  Nama Mamanya terpampang di sana dan dirinya begitu enggan untuk mengangkat panggilan itu. Ia sudah tau apa yang akan Mamanya katakan.

Pagi tadi Alona sudah memberitahunya.  Bahwa malam ini akan ada acara makan malam bersama keluarganya.  Jadi dapat Rakka pastikan Mamanya pasti memintanya segera hadir. Ck jangan bermimpi ada yang lebih penting yang harus segera ia urusi.

Sampai panggilan entah ke berapa. Rakka memutuskan mengangkatnya.

"Halo ada apa Ma? Rakka masih ada lembur nih! "  ucap Rakka langsung tanpa ada niatan berbasa-basi terlebih dahulu.

"Ac__"

"Udah dulu ya  Ma. Tuuuut.... "  tutup Rakka memotong ucapan yang bahkan belum sempat tersampaikan.

Tersenyum miring Rakka meletakan ponselnya pada dasbor Mobil. Perduli apa dia soal acara sialan itu. Ck hanya membuang waktu saja berdebat dengan dua keluarga bodoh. Lebih baik dirinya kembali fokus akan tujuan utamanya. Ya mencari Melody.

Mengingat Melody dirinya kembali dirundung gelisah. Bersama dengan rintik tangisan langit malam yang kembali membuat bumi basa. Kegelisahan Rakka semakin menjadi-jadi.  Pikiran buruk yang sialan mulai tercipta satu per satu di dalam otaknya.

Jangan-jangan Melody melarikan diri?  Tidak... Tidak mungkin.

Lalu bagaimana jika terjadi apa-apa dengan perempuan itu.  Apalagi melihat kondisi malam ini hujan lebat bersama dengan angin yang tak kalah kuat. Ck lagi pula apa yang perempuan itu lakuan sampai malam seperti ini?

Rakka memukul strinya keras-keras meredam kegelisahan yang berbaur dengan amarahnya.  Dirinya sendiri tak mengerti mengapa ia setakut ini. Jika hanya urusan maid dia bisa mengambil yang baru. Lalu kenapa?

Pertanyaan kenapa kini kembali singgah di dalam kepalanya. Hamoir 2 jam Rakka berkeliling namun tak kunjung menemukan juga. Bahkan langit telah usia menumpahkan tangisnya tapi hasil pencariannya masih nol.

Hampir menyerah di jam 10 lebih tapi sepertinya Tuhan masih sangat baik padanya. Matanya menangkap bayangan sosok yang mungkin ia kenal. Semakin menyipitkan mata Rakka menepikan mobilnya. Merapat dengan seorang perempuan yang berjalan di trotoar.  Semakin dekat dan benar ia mengenali seragam itu. Apa ya dia lakukan larut malam seperti ini di jalalanan. 

"Ck larimu kurang jauh Mel! "

Rasa khawatir berbaur menjadi satu dengan amarahnya yang tiba-tiba saja memuncak. Giginya bergemertak menahan panas di dalam dadanya.  Ia marah sangat marah.  Entah marah pada perempuan itu atau pada dirinya sendiri.

Pada dirinya yang tidak bisa mengontrol rasa khawatir dan takutnya.

Melody sedikit terjingkat kaget saat suara klakson begitu nyaring menyakitkan telinga. Sudah siap mengumpat.  Namun hanya sampai pada niat.  Saat dirinya sadar betul siapa pemilik mobil yang membuatnya hampir saja terjungkal.

Taste Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang