"Maaf. " lirihnya sembari menyingkirkan anak rambut yang menutupi wajah cantik itu.
"Aku tau kau merencanakan sesuatu dan aku senang menantikan itu! " batin Rakka menusia terpeka namun tak punya Rasa.
***
Pagi ini Rakka terbangun dengan gelagapan. Nafasnya tak beraturan, tersenggal-senggal. Keringat dingin di mana-mana. Seingatnya dirinya semalam tidur bersama Melody. Lalu di mana perempuan itu sekarang? Apa sudah menjadi santapan hangat Mamanya dengan mulut jahanam itu.
Ia lekas turun menyambar handuk ingin segara mencari keberadaan sosok itu. Namun belum sempat tangannya menggapai kenop pintu. Sebua suara terlebih dulu menyapa telinganya.
"Buatkan saya teh. Jangan terlalu pekat tehnya!"
Suara sang Mama menyapa paginya. Membuat mood yang seharusnya telah terkumpul baik dari semalam langsung menguap bersama udara pagi.
"Baik nyonya mohon tunggu sebentar, akan saya buatkan. "
Rakka terdiam dari balik pintu. Ia tak mengerti mengapa Melody masih bisa bersikap baik dan setenang itu. Ia tau perempuan itu merencanakan sesuatu. Namun ia tidak pernah tau apa yang menjadi rencana dari seorang Melody.
Ia berjalan menuju kamar mandinya dengan tak bersemangat. Beban tanda tanya besar di kepalanya seolah tak mau enyah barang sedetik saja. Tanda tanya besar itu hadir dari semalam seusainya dirinya mencumbu habis tubuh indah Maidnya itu. Mengapa dengan tanda tanya di bagian akhir berlalu-lalang membuat seluruh pergerakannya menjadi lamban.
"Mengapa? "
"Mengapa? "
"Mengapa? "
Bahkan hingga dirinya telah berpakaian rapi pun tanda tanya itu tak kunjung enyah. Rakka membuka kenop pintu kamarnya. Berjalan menuju di mama Mamanya kini berada. Dilihatnya wanita paruh baya dengan kaca mata berwarma keemasan itu tersenyum padanya.
"Baru bangun sayang? " Sapa sang Mama melambai meminta anaknya untuk segera mendekat.
Rakka menurut saja ketimbang menjadi perdebatan panjang. Tak ingin membuat moodnya semakin bernantakan.
"Iya Ma lembur semalam sampe jam 3. Mama gimana kabar baik? Papa juga?" jawab dan tanya Rakka berbasa-basi hanya sekedar moralitas saja.
Sedang Melody di dapur yang mendengar dengan jelas percakapan anak dan ibu itu hanya bisa mencibir saja. Sembari membuat teh yang Nyonya besarnya itu minta. Ingin sekali rasanya dirinya mencampurkan racun tikus atau jenis obat-obatan beracun lainnya ke dalam cangkir itu.
"Kau lembur menggarap tubuhku cih!"
"Lhoh ini kan akhir pekan. Kok masih kerja?" tanya sang Mama lagi bersamaan dengan datangnya Melody yang membawa secangkir teh lengkap dengan racun tikus di dalamnya.
Namun sayangnya itu semua hanya sampai pada batas khayal seorang Melody. Ia tak sungguh-sungguh mencampurkan racun tikus ke dalam teh tersebut.
"Ini tehnya Nyonya." ucapnya sambil menaruh secangkir teh tersebut dengan hati-hati.
Dirinya tak ingin kejadian lama kembali terulang. Meski ia sangat yakin bukan salahnya namun tetap. Saja dirinya yang disalahkan dan harus meminta maaf dengan bonus dipermalukan pula. Katakan siapa yang tak sakit hati mendapat perlakuan seperti itu.
"Tuan mau kopi? Atau apa? " tanya Melody pada Rakka sesopan mungkin.
Dilihatnya laki-laki itu nampak asik berbincang dengan Mama ya. Ah tidak...tidak lebih tepatnya menjawab segala pertanyaan yang keluar dari mulut perempuan itu. Melody juga sesekali mendapati Rakka menghela nafas berat. Pertanda laki-laki itu dalam keadaan mood tidak baik. Sedang sang Mama terus saja mencekokinya dengan pertanyaan-pertanyaan tak berfaedah.

KAMU SEDANG MEMBACA
Taste
Romance📢 ... PERINGATAN KAWASAN DEWASA❗️ AUTHOR TIDAK BERTANGGUNG JAWAB ATAS SEGALA EFEK SAMPING YANG DIDAPAT❗️ BERBIJAKLAH DALAM MEMBACA❗️ *** "Aahhhh.... Tuan tolong hentikaaannn! " Jeritan seorang maid menggema di dalam sebua kamar. "Tidak akan sayan...