"Dengarkan aku Tuan.. Bahkan kau tidak pernah tau apa-apa tentang diriku. Kau tidak pernah tau betapa aku menderita setiap harinya atas perasaan yang tak seharusnya ada. Betapa aku marah pada keadaan. Keadaan yang tak mungkin berubah. Kau bahkan tidak pernah tau betapa aku selalu ketakutan dengan harapan yang sangat tipis pada setiap janjimu. Untuk hal sepeleh macam ini saja kau tak bisa membawa pulang bukti. Lalu bagaimana dengan hubungan yang bahkan kau saja tidak pernah mau berjanji."
"Jika boleh aku izin menyerah sampai di sini, " tutur Melody penuh permohonan. Ya dirinya sangat berharap. Semua diselesaikan sampai di sini saja. Jika dirinya diminta untuk mengaku kalah maka ia pun tak akan menolak. Setidaknya kedepannya akan lebih baik. Lebih baik pasti. Tanpa kehadiran sosok iblis berwajah malaikat itu. Dan jika dirinya diberi izin untuk menjauh ia bersumpah tak akan menyia-nyiakan kesempatan itu. Berlari sejauh mungkin sampai tak lagi ditemukan.
Tak bisa ditahan tetes demi tetes air kesakitan dari bola mata indah itu berjatuhan. Membuat anak sungai pada pipi berisi itu. Sayang anak sungai tak seindah pada bayangan. Sesekali isakan juga menyusul. Seiring dengan derasanya aliran sungai itu.
Melihatnya tak bisa dipungkiri sesak perlahan ah tidak...tidak. Tapi begitu cepat merambat pada organ perasa Rakka. Ia sadar kalimatnya memang sangat keterlaluan. Tapi bagaimana ia sudah terlanjur marah. Bisa-bisanya wanitanya bermain dengan laki-laki lain. Ia tak akan bisa diam saja. Melody hanya miliknya seutuhnya. Tak ada laki-laki lain selain dirinya yang boleh menyentuhnya. Apapun caranya dan apapun yang terjadi perempuan berambut panjang ini harus menjadi miliknya.
"Izinkan aku pergi dan aku berjanji tak akan menemuimu lagi. "
Bagai disambar petir begitulah yang Rakka rasakan. Setelah indra pendengarnya menangkap apa yang Melody katakan. Amarahnya kembali memuncak. Tangannya mengepal keras menampilkan otot-ototnya.
"MASUK KAMAR! " bentaknya tak sanggup menahan amarahnya lebih lama. Ia rasa memgusir perempuan itu lebih baik ketimbang nantinya menjadi sasaran amarahnya yang lebih meledak-ledak. Lagi pula dirinya juga butuh waktu sendiri mungkin mendinginkan kepalanya yang begitu membara. Ia bahkan pergi berlalu terlebih dahulu meninggalkan Melody yang masih terdiam.
Menenggelamkan pada lipatan guling ia mengutuk perbuatannya sendiri. Ia harus apa sekarang? Api cemburu membuatnya menjadi manusia tanpa perasaan seperti ini. Ia benci, benci dan sangat benci mengapa kisahnya serumit ini. Mengapa ia harus terlibat pada pertunangan bodoh dan kehadiran dokter yang membuat kisahnya semakin berantakan. Mengapa tidak segampang ftv saja yang begitu cepat berakhir bahagia. Mengapa kisahnya bagai sinetron beribu episode tanpa ujung kejelasan.
***
Denting sendok garpu yang beradu dengan piring membuat suasana semakin hening pagi ini. Berbeda demgan pagi-pagi sebelumnya. Pagi ini nampak begitu suram. Tidak ada obrolan hangat sama seperti cuaca di luar tak ada matahari yang tersenyum menyapa dengan hangat. Melainkan suara gemblegar guntur yang sesekali terdengar dari langit abu-abu di atas sana. Membuat keadaan semakin dingin. Bahkan kepulan asap dari cangkir-cangkir kopi pun tak membuatkan hasil apapun.
Tidak tahan Rakka pada akhirnya membuka suara. "Bisa jelaskan semuanya? " tanyanya dengan nada yang ia usahan seperti biasa tanpa emosi atau apapun. Ia tak suka situasi seperti ini.
"Apa yang harus kujelaskan? " Melody membalikan tanya. Ia menatap malas wajah brengsek itu.
"Semalam, "
"Anggap saja seperti yang kau lihat." Melody menjawab tanpa rasa takut sedikitpun. Menatap mata elang yang menatapmya tajam itu.
Mendengarnya Rakka terdiam kaku. Satu tamparan keras terasa menamparnya. Menyadarkan dirinya telah benar-benar keterlaluan. Tapi apa salah dirinya meminta untuk mendengar semuanya dari versi asli. Bukan dari presepsi-presepsi sialan yang dibuatnya sendiri.

KAMU SEDANG MEMBACA
Taste
Romantizm📢 ... PERINGATAN KAWASAN DEWASA❗️ AUTHOR TIDAK BERTANGGUNG JAWAB ATAS SEGALA EFEK SAMPING YANG DIDAPAT❗️ BERBIJAKLAH DALAM MEMBACA❗️ *** "Aahhhh.... Tuan tolong hentikaaannn! " Jeritan seorang maid menggema di dalam sebua kamar. "Tidak akan sayan...