Kenapa pindah tidurnya? "
Rakka sedikit mengangkat wajahnya membuat berhadapan langsung dengan wajah Melody. Hanya berjarak beberapa senti saja.
"Jika boleh jujur. Alona tak bisa memberiku kenyamanan seperti yang kamu beri untukku." ucap Rakka pelan namun tetap terdengar sempurna di telinga Melody.
Terdengar keras memekikan telinga. Menampar agar kembali sadar pada kenyataan. Ini adalah sebua permainan. Siapa yang kalah yang akan merasakan sakitnya. Tertawa terbahak-bahak dalam hati. Melakoni peran menjijikan ini.
"Jangan berbicara seperti itu." cicit Melody memiringkan kepalanya tak berani menatap mata elang yang mengoyak perasaannya itu.
"Kenapa? " tanya Rakka begitu lembut
Selembut sentuhan tangannya yang menangkup wajah perempuan yang ditindihnya ini.Perlahan Rakka kembali menghadapkan wajah cantik dengan mata yang berbinar itu hanya terfokus kepadanya.
"Kenapa? " tanya Rakka lagi saat Melody tak kunjung menjawab.
"Nanti kalau sampai aku terbawa perasaan bisa gawat Tuan. " lirih Melody.
"Jangan memanggilku seperti itu jika kita hanya berdua. Aku lebih suka panggilanmu yang kemarin itu Mel. " ucap Rakka meminta.
Dirinya dari dahulu memang sebenarnya risih mendengar panggilan seperti itu. Rasanya dirinya belum setua itu hingga mendapat gelar Tuan. Menikah pun belum jadi sangat terasa aneh dan tak nyaman. Hanya saja akan sedikit membuat kerusuhan jika sampai terdengar orang luar. Lebih-lebih mamanya sendiri. Bisa habis perempuan ini.
"Kau dengar aku Mel? " tanya Rakka lembut.
Ia menggesek-nggesekan pucuk hidungnya pada permukaan lembut pipi Melody. Sedang Melody tetap diam saja tak bergeming. Otaknya bekerja keras memainkan peran sialan ini. Pandangannya kosong menatap langit-langit kamar.
"Bagaimana jika kelak nanti aku sampai terbawa perasaan? " tanya Melody mengulangi kalimat tanya yang belum terjawab itu.
Melody menolehkan pandangannya ke arah laki-laki yang masih asik bermain dengan pipinya itu. Alis tebal dan rahang yang keras membuatnya berkali-kali hampir terjatuh ke dalam pesonanya. Beruntung alarm di otakknya selalu bekerja tanggap memberikan peringatan.
"Tidak apa. Aku akan bertanggung jawab. " balas Rakka mengangkat sedikit wajahnya memandang lekat-lekat wajah cantik maidnya ini.
"Lalu Alona? " tanya Melody sedikit mendorong wajah Rakka agar tak terlalu dekat dengan wajahnya.
Rakka bahkan sampai terkikik. Ia merasa perempuan di bawahnya ini lumayan lucu. Cukup untuk menjadi moodbooster dirinya.
"Alona? " tanya Rakka semakin aktiv dalam perannya.
Melody mengangguk.
"Perduli apa soal dia cih. "
Jawaban yang keluar dari mulut Rakka sukses membuat Melody menghadiahinya sebuah toyoran tepat di dahi laki-laki itu.
"Sembarangan! "
Bukannya marah Rakka laki-laki berwajah tampan itu malah terkekeh. Selama hampir dua tahun bekerja dengannya. Ia baru kali pertama ini mengetahui salah satu sifat yang dimiliki Melody. Ia tak pernah menyangkah kalau maidnya ini bisa se-wellcome ini. Yang ia tau hanya sifat patuh dan kaku saja.
Ck rasanya menyesal baru mengetahui pada tahun kedua. Kenapa tidak dulu-dulu. Yang memungkinkan dirinya tidak akan bertunangan terlebih dahulu dengan Alona. Ah tapi tidak. Alona adalah bagian penting dari hidupnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Taste
Romantizm📢 ... PERINGATAN KAWASAN DEWASA❗️ AUTHOR TIDAK BERTANGGUNG JAWAB ATAS SEGALA EFEK SAMPING YANG DIDAPAT❗️ BERBIJAKLAH DALAM MEMBACA❗️ *** "Aahhhh.... Tuan tolong hentikaaannn! " Jeritan seorang maid menggema di dalam sebua kamar. "Tidak akan sayan...