3. Malam Panas 🔞

36.1K 486 32
                                    


"Mau kemana? " tanyanya reflek saat Melody hendak beranjak seusainya memberikan satu gelas penuh air putih untuknya.

"Tuan membutuhkan sesuatu? " tanya Melody mencoba menahan amarahnya.

Ia harus merelakan waktu istirahannya dengan kekesalan yang memuncak.

"Saya membutuhkanmu! "

"APA!!! " kaget Melody setelah dirinya mendengar ucapan Tuannya.

Ia harap ia hanya salah dengar atau berhalusinasi. Ia sudah malas berdekatan dengan iblis tampan ini. Namun sayangnya harapan tinggal harapan. Saat Rakka menarik paksa lengannya membuatnya terduduk di sampingnya.

"Temani saya makan." pinta laki-laki itu singkat sangat singkat bahkan lebih terkesan dingin.

Melody memutar bola matanya malas. Namun mau tak mau ia harus menuruti saja apa yang Tuannya itu minta. Sumpah serapah sebenarnya sudah tak tahan ingin ia lontarkan. Tapi lagi-lagi nyalinya menciut seketika saat mata elang itu menghunusnya tajam.

Satu-satunya cara adalah mengumpulkan semua kekesalan di dalam dadanya menyimpannya rapat-rapat dan tak tau kapan akan meledak layaknya bom waktu yang tinggal menunggu saja.

"Besok Mama akan datang."

Melody langsung menegakan badannya yang semula sudah ia sandarkan pasrah pada permukaan meja. Kata "Mama" terngiang-ngiang di kepalanya. Tubuhnya langsung meremang dengan bulir-bulir keringat dingin wajah mengantuknya.

"Besok? " ulang Melody.

"Iya besok pagi. Jadi bersiap-siaplah." balas Rakka sedikit tak yakin.

Ia tau hubungan Mama ya dan Melody jauh dari kata baik. Lebih tepatnya sang Mama yang selalu berbuat ulah pada Maidnya itu. Ia tidak berbohong ia tau itu semua. Mamanya benar-benar tak menyukai perempuan itu.

Entah apa yang membuat Mamanya begitu membenci Melody. Bahkan setaunya Melody tidak punya riwayat berkelakuan buruk. Perempuan itu penurut sangat penurut. Itulah yang ia lihat selama ini. Belum pernah sekalipun terdengar kalimat membangkang darinya.

Dan besok Mamanya akan kemari. Sudah dapat ia pastikan akan kembali terjadi kakacauan. Ia sangat sadar kalau Mamanya memanglah sangat keterlaluan ck.

"Pagi ya Tuan? " tanya Melody mulai kehilangan harapan.

Dirinya sudah harus menyiapkan metal. Menyiapkan tameng agar apa yang ibu dari Tuannya itu katakan untuk menghujat mencaci-maki dirinya tak sampai masuk ke dalam hati.

"Ya besok pagi. " ringis Rakka pelan.

"Ya Tuhaaaaaan..... " seru Melody pasrah.

Gadis itu membenamkan wajahnya pada lipatan lengannnya yang bertumpu di atas meja. Apa dirinya sanggup berhadapan dengan wanita itu lagi. Ibu dan anak memang tak jauh beda.

Sedang Rakka laki-laki itu sama sekali tak perduli ah entah benar-benar tak perduli atau hanya berpura-pura tak perduli. Ekor matanya tak henti melirik pergerakan Melody. Hingga dirinya dibuat gelagapan saat perempuan ini bangkit. Satu-satunya pilihan adalah kembali berpura-pura sibuk dengan nasi gorengnya.

Dari ekor matanya Rakka melihat Melody beranjak membuka kulkas dan wajahnya semakin suram di sana. Sebenarnya kenapa?

"Bagaimana ini tidak ada apapun yang bisa kumasak untuk besok pagi." gumamnya pada dirinya sendiri.

Nasibnya benar-benar di ujung tanduk. Bisa habis dirinya besok. Memikirkannya saja sudah membuat tubuhnya panas dingin. Lagi pula wanita itu ada perlu apa ke sini merepotkan saja.

Taste Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang