2. Melody/Alona

23.1K 485 38
                                    

"Percuma kau tutupi. Aku sudah melihatnya semua semalam dan satu yang perlu kau tau."

"Kau sangat nikmat sayang cups... "

Satu kecupan Melody dapatkan sebagai penutup kalimat yang Tuannya itu katakan.

"RAKKAAAAA.... SAYANG.... KAMU DI MANAAA... ANTERIN AKU KE SALON DOOONG.... "

Teriakan dari luar kamar membuat Melody gelagapan. Bisa mati dirinya kalau sampai tunangan Tuannya itu memergoki ia bermain dengan kepunyaanya. Ah tidak...tidak bukan bermain lebih tepatnya ia diperkosa ya diperkosa. Tidak ada dasar cinta atau hanya sekedar saling menginginkan. Semuanya berlangsung atas dasar paksaan berbumbu ancaman.

Mengingatnya air mata Melody kembali terjatuh. Hilang sudah satu-satunya harta berharga yang ia juga selama hampir 23 tahun ini. Dalam hati ia memaki marah kepada Tuhan mengapa takdirnya harus sepait ini.

Matanya menatap punggung Tuannya yang kini sudah beranjak dari kamarnya. Tak ada guratan ketakutan di sana berbeda dengan dirinya. Salah melangkah sejengkal saja tamat sudah riwayatnya.

Sama-sama dirinya mendengarkan percakapan menjijikan dari dua insan di ruang tamu tersebut. Kebetulan sekali kamarnya memang berada bersebelahan dengan ruang tamu. Dari sini apapun yang dibicarakan di sana ia dapat  mendengarnya walau hanya samar-samar. Namun cukup mengganggu baginya.

"Rakka kok lama sih? Dari mana? " tanya suara manja milik Alona itu.

"Maaf sayang aku tadi masih tidur." jawaban yang keluar dari mulut Rakka atau tuannya itu membuat Melody mencibir dari balik tembok kamarnya.

"Ck tidur! Yang benar meniduri!" cibir Melody.

Gadis itu ah tidak...tidak. Apa dirinya masih bisa disebut sebagai seorang gadis setelah keperawannya hilang? dengan dongkol ia mencibir setiap kalimat penuh tipu daya yang ia dengar. Sedikit tertatih menahan nyeri luar biasa pada pusat tubuhnya ia berjalan menuju kamar mandi dengan berbelit selimut yang menutupi tubuh polosnya.

"Katanya nikmat? Nikmat apaan? Yang ada bikin sekarat!" gerutunya mengingat apa yang dirasakan semalam.

Dan yahh lagi-lagi hatinya kembali mencelos panas sakit dan nyeri melebihi nyeri pada pusat tubuhnya. Tanpa diminta pun air mata kesakitannya kembali berjatuhan tanpa antrian. Ia menangis entah untuk keberapa kalinya. Bayang-bayang wajah tua ibunya membuatnya semakin tenggelam dalam tangisnya. Rasa bersalah seakan mendekapnya erat. Apa yang harus ia katakan pada ibunya. Apalagi jika sampai dirinya hamil.

Hamil? Astaga kenapa ia baru memikirkan itu sekarang? Meminta pertanggung jawaban iblis itu? Sangat tidak mungkin. Terlebih lagi iblis yang beruntung di beri wajah rupawan itu akan segera menikah. Shit...terima nasib saja takdir buruk siap menyambutmu Melody.

Melody tersenyum sinis meremehkan dirinya dengan takdir sialannya. Membiarkan aliran air dari sower menyamarkan bukti kehancurannya.

Butuh beberpa menit untuknya membersihkan diri yang nyatanya lebel kotor telah melekat pada dirinya. Di depan cermin ini ia yang berbalut pakaian seragam Maidnya tersenyum sangat manis menatap pantulan dirinya di cermin.

"Ayo Melody tunjukan pada Iblis itu, kau tak selemah yang ia pikir!" tersenyum miring ia berucap seperti itu.

"Tak akan ada lagi air mata dan jangan biarkan Iblis itu semena-mena! " lanjutnya mengusap satu tetes air matanya yang ia pastikan akan jadi yang terakhir.

***

Beralih dari Melody kini lihatlah bagaimana jenuhnya Rakka. Laki-laki dengan kemeja dan celana jeans itu nampak bosan menunggu Alona yang tak kunjung keluar. Sebenarnya apa yang gadis itu lalukan di dalam sana?

Taste Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang