Mengusap lembut bekas-bekas air mata yang menganak sungai di pipi chubby itu. "Jangan menangis lagi. " ucapnya tepat di depan bibir Melody sebelum keduanya saling bertaut.
Bibir lembut nan manis meski agak sedikit dingin itu ia sesap selembut mungkin. Memberikan kenyamanan tanpa perempuan itu sadari. Perlahan lidah panas itu menelusup masuk mengabsen setiap inci rongga mulut Melody.
Melody memejamkan mata menikmati setiap alur yang lawan mainnya buat. Otaknya terus mengingatkan pada dirinya agar jangan sampai terbawa perasaan. Sedang hatinya berkata lain.
"SA__yang...."
PLAKK....
"DASAR PEREMPUAN TIDAK TAU DIRI!!"
Melody hanya mampu memejamkan mata saat tangan itu menamparnya keras ya keras tak lebih keras dari kalimat yang pemilik tangan itu ucapkan. Menunduk dalam-dalam tak berani menatap. Air kesakitannya kembali meluap diam-diam. Kaki bergetarnya membawanya mundur beberapa langka menjaga jarak dengan dua orang besar di hadapannya ini.
Makian, umpatan tiada henti ia terima masih dari pelaku yang sama. Lebih menyakitkan dirinya mengakui apa yang terucap adalah benar. Ya dirinya perempuan tak tahu diri. Lebih kasar lagi dirinya hampir mirip dengan seorang PE-LA-KOR. Dan ia sadar betul apa yang ia lakukan salah.
"SEKARANG KAU SUDAH BERANI MENGGODA ANAKKU! JANGAN-JANGAN KAU JUGA MENJAJAHKAN TUBUHMU PADA PRIA-PRIA LAIN DI LUARAN SANA!
"MAMA CUKUP! "
Tidak tahan dengan kelakuan mamanya yang semakin keterlaluan Rakka pada akhirnya angkat suara juga. Dirinya tidak bisa membiarkan mamanya bertingkah semena-mena pada Melody. Selain karena memang semua bukan salah perempuan itu sepenuhnya dirinya juga sangat membenci keributan.
Mama Rakka mendelik tak percaya anaknya jadi seberani itu padanya. Lebih parah putra semata wayangnya itu tidak berpihak padanya. Pelet macam apa yang telah perempuan itu berikan pada anaknya.
"Kamu bela pelacur ini? " tanya sang mama tak percaya dan tak terima.
Blesss...
Satu pedang kesakitan kembali menghujam jantungnya tanpa permisi. Menyisakan bulir bening berteman isak menyesakan. Mundur secara perlahan semakin memperlebar jarak. Berharap dengan seperti ini suara yang ia dengar hanya samar-samar.
"Mama cukup ma! "
"Melody bukan pelacur. " sangkal Rakka tak terima.
Rahangnya mengeras mamanya benar-benar tak punya hati. Ia tak bisa membayangkan jika dirinya yang menjadi Melody. Mungkin ia tak akan diam saja seperti gadis itu. Mungkin pula satu tamparan atau cekikan telah ia sematkan. Sayang sekali wanita yang mengatakan ini adalah mamanya sendiri.
"Lalu apa sebutannya untuk perempuan penggoda seperti dia? Pelakor?" wajahnya memerah menahan amarah sedang jemarinya menunjuk merendahkan Melody yang telah tersudutkan. Dirinya benar-benar tak terima anaknya dibuat seperti ini. Jika sampai publik tau hancur sudah citra keluarganya dan itu semua karena pembantu satu itu. Ia tak boleh tinggal diam.
"Rakka bilang cukup ya cukup ma, asal mama tau bukan melody yang menggoda Rakka tapi Rakkalah yang memulai semuanya." untuk pertama kalinya Rakka semarah ini dengan mamanya sendiri. Jangan salahkan dirinya, wanita yang telah melahirkannya itu sudah sangat keterlaluan.
"Kamu sudah berani membentak Mama hah! "
Rakka sama sekali tak mengindahkan ucapan yang keluar dari mulut mamanya. Ia memilih berbalik merangkul perempuan yang masih terisak-isak itu. "Ayo Mel kita pergi." ajaknya tak tahan jika harus berdebat terus dengan sang Mama. Lebih baik keluar mencari udara segar. Tidak perduli dengan teriakan sang mama yang memintanya tetap diam di tempat. Ia terus saja berjalan keluar apartemen dengan Melody dalam dekapnya. Biarlah mamanya itu mengoceh sesuka hatinya toh dirinya tidak akan mendengar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Taste
Любовные романы📢 ... PERINGATAN KAWASAN DEWASA❗️ AUTHOR TIDAK BERTANGGUNG JAWAB ATAS SEGALA EFEK SAMPING YANG DIDAPAT❗️ BERBIJAKLAH DALAM MEMBACA❗️ *** "Aahhhh.... Tuan tolong hentikaaannn! " Jeritan seorang maid menggema di dalam sebua kamar. "Tidak akan sayan...