7. Nyaman 🔞

15K 322 18
                                    

"Mel ini rumah siapa? " tanya Rakka lagi.

Dan lagi-lagi Melody tak membalas apapun. Raut wajah Melody berubah tak lagi sehangat biasanya. Rakka dapat mengetahui dengan jelas ada sorot kebencihan di sana. Ada kemarahan yang siap meluap.

Melihat itu semua ia semakin mengeratkan rangkulannya. Ia yakin sangat yakin sesuatu yang bisa di katakan tidak baik-baik saja sedang dialami perempuan ini.

Melody yang hendak mengetuk pintu kayu jati tersebut mengurungkan niatnya begitu pintu terbuka dari dalam. Menampilkan sosok pria yang sepertinya beberapa tahun lebih tua dari Rakka. Pria itu menyandarkan tubuhnya angkuh di tepian pintu.

Sedang Melody? Perempuan itu nafasnya nampak memburu tubuhnya menegang. Melihat wajah di hadapannya itu benar-benar membuatnya muak membuatnya murka.

"Wah... Wah... Wah... Adik kecilkuuuuu.... "

Sapaan pertama yang termat menjijikn Melody dapatkan. Ia membalas pandangan meremehkan itu dengan sorot mata membunuh. Ia benar-benar ingin membunuh pria tak tau diri di depannya. Tak mau lebih lama di tempat laknat ini ia segera memngekuarkan sebua amplop tebal dari tas yang dia bawa.

Rakka yng tak tau apa-apa hanya diam demgan ribuan tanda tanya di kepalanya. Tapi ia rupanya harus sedikit menahan kesabarannya untuk bertanya. Situasi sangat tidak mungkin ia tau itu.

"250 juta dan berhenti usik ibu! " ucap Melody melempar amplop tersebut ke dada pria itu.

Dengan senyum miring pria itu menangkap amplop tersebut dan membukanya. Ia tak menyangka sosok seperti Melody akan berhasil mendapatkan uang sebanyak ini.

Lalu Rakka? Tanya tanya di otaknya semakin bertambah besar. 250 juta? Untuk apa? Kenapa banyak sekali? Dan dia siapa? Dan ribuan tanya lainnya masih asik berterbangan di kepalanya.

"Haha ouuuhh jadi sekarang adik kecilku ini menjual tubuhnya untuk mendapatkan uang sebanyak ini? "

Mendengar itu semua Melody semakin geram. Ingin rasanya ia menebas langsung leher pria bajingan di hadapannya ini. Hatinya berdenyut sakit.. Bisa-bisanya pria itu sampai berkata seperti itu. Sekotor-kotornya dirinya. Ia tak akan menjual tubuhnya. Lain cerita dengan tragedi yang nampakmya mulai menjadi rutinitasnya dengan Tuannya itu. Ia tak menjual dirinya hanya memainkan peran. Ia bekerja dengan Rakka murni sebagai Maid. Dirinya digaji juga hasil kerja kerasnya menjadi maid.

Lalu Rakka laki-laki itu nampka tak kalah geram. Tangannya mengepal kuat dengan rahang yang mengeras. Sebrengsek-brengseknya dirinya. Ia tak akan sampai berkata seperti itu.

Tanpa banyak pertimbangan Rakka langsung melayangkan bogemannya pada pipi pria tak gau diri tersebut. Badan yang jauh kalah dari seorang Rakka tentungmya membuatnya terhuyung sampai terjerembab di lantai. Mampus!

"Jangan cari gara-gara sama gue! " Peringat Rakka menunjuk wajah pria itu.

Emosinya benar-benar memuncak. Satu tendangan ia berikan sebagai salam perpisahan. Sebelum dirinya membawa Melody yang telah berurai air mata mejauh dari neraka ini.

Untuk pertama kalinya dirinya mendapati Maidnya itu menjadi selemah ini. Sosok tangguh tegar itu seakan lenyap begitu saja. Setelah berhadapan dengan pria bajingan tadi. Siapa sebenarnya pria itu?

"Mel..." panggilnya pelan begitu keduanya telah sampai di jalan.

Melody tak menjawab akan tetapi dirinya berbalik. Memeluk tubuh tegap Tuannya. Menumpahkan segala tangisnya di dalam dada bidang berlapis kaos itu. Rakka membelas pelukn Melody. Mengecupi puncak kepla perempuan itu berharap. Bisa sedikit membuat tenang.

Taste Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang