15. Kalah

4K 199 24
                                    


"Kamu tidak berhak cemburu Mas, kita berbeda kita tidak mungkin bersama. " mulai menyerah tak bisa lagi berdiri kuat seperti sebelumnya. Kali ini Melody sedikit mengesampingkan keras kepalanya dan lebih memilih mengikuti alur yang hatinya buat. Ia berkata jujur seperti itu. Memang kenyatanya mereka tak akan bisa bersama. Sekalipun tidak ada kata permainan di antara keduanya. Mereka jauh berbeda. Ibarat langit dan bumi. Dia bertahta dan dirinya hanya rakyat jelata jelas saja tak akan bisa bersama.

"Kenapa tidak bisa? Aku mencintaimu dan kamu mencintaiku kan? " lirih Rakka tanpa berbalik menghadap Melody yang menangis di belakangnya. Denyut sakit semakin intens mendera dadanya. Setiap isak tangis yang ia dengar seperti mematahkan satu persatu tulang rusuknya.

"Percuma Mas... Percuma jika kukatakan aku mencintaimu, kita bisa apa? Kamu bahkan punya Alona. " ucap Melody sedikit berteriak dengan wajah berlinangnya. Harusnya ia bahagia rasanya bukan lagi sebua rasa sendirian. Rasanya terbalas. Rasanya sama tapi mau bagimana lagi semua terasa sangat tidak mungkin. Bahkan dari awal dirinya sudah memperingati jangan sampai kalah yang berakibat merasakan sakitnya sendirian. Pada akhirnya semua yang ditakutkan benar-benar terjadi. Hanya tertinggal kehancuran yang semakin berantakan. Rasanya lebih menyakitkan dari semua yang telah ia bayangkan.

"Aku mengaku kalah, kalah atas permainan rasa ini Mas, " lanjutnya melirih bersamaan dengan meluruhnya tubunnya pada hamparan pasir yang dipijaknya. Tertunduk dalam-dalam hanya bisa melihat bayang-bayang sosok tinggi tegap di depannya ini. Yah sepertinya setelah ini dirinya hanya bisa menatap bayang-bayang itu saja tanpa lagi merasakan dekapnya.

"Maaf aku lancang mencintaimu, " lirihnya lagi dengan suara bergetarnya. Memejamkan mata erat-erat tak siap melihat bayang-bayang itu perlahan bergerak meninggalkannya. Jika boleh berharap setelah membuka mata nanti dirinya meminta. Biarlah semua kembali seperti semula. Sebelum ada cinta dan rasa di antara keduanya.

Masih tertunduk dengan tubuh bergetarnya Melody menangis terisak-isak. Bahunya bergetar naik turun seiring dengan tangisnya yang tak mau turun. Hingga ia memakasa mendongak saat tangan besar menangkup kedua pipinya lembut satu getaran kesakitan ia rasakan kembali. Sepasang mata elang yang menatapnya penuh permohonan.

"Tidak, tidak salah. Aku yang sengaja membuat permainan ini. Dan ternyata aku termakan permainanku sendiri." ucap Rakka pelan namun penuh penekanan. Sembari menatap penuh harap pada sosok perempuan yang ditangkupnya ini.

"Percayalah aku akan memperjuangkan rasa ini Mel, " lanjutnya menarik Melody masuk ke dalam dekap hangatnya. Namun Melody mengelak dari tawaran dekapan itu.

"Tidak Mas, tidak. Mas punya Alona dan aku tidak mau menjadi perusak. " sangkal Melody saat otak warasnya bekerja dengan baik. Mencoba menyingkirkan ego di dalam hatinya. Ego ingin memliki sosok tampan rupawan di depannya ini.

"Asal kamu tau perusak sesungguhnya adalah Alona, keluarganya dan keluargaku. Sedari awal aku memang tidak pernah mencintai si bodoh itu. Kamu bahkan tau jelas alasannya. Percayalah aku akan memperjuangkan ini Mel. Mungkin tidak bisa dalam tempo dekat tapi perlahan aku akan menyingkirkan Alona. Bersabarlah sebentar saja. " tutur Rakka kali ini dirinya mendapatkan tubuh itu untuk masuk ke dalam dekapnya. Tanpa ada penolakan seperti sebelumnya. Meski masih bergetar hebat tapi tubuh dalam dekapnya sudah mulai melemas dengan hembusan nafas yang mulai teratur. Mengusap punggung berlapis kemeja seragam Maidnya itu dengan teratur. Berharap sedikit membantu membawa lebih tenang.

Tak ada balasan apapun yang keluar dari mulut Melody. Hanya isak demi isak saja yang semakin membuat sesak. Dulu dirinya takut akan merasakan sakitnya sendirian. Takut rasanya hanya rasa sendirian. Nyatanya rasanya terbalas namun lebih menakutkan dari semua yang ia bayangkan.

"Berhentilah menangis aku berjanji untuk kita." bujuk Rakka mengecupi puncak kepala Melody berkali-kali.

Kalimat terakhir yang Melody dengar sebelum kegelapan merengutnya. Merengutnya membawanya menjeda sebentar tangis dan deritanya.

Taste Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang