29. Nyonya Rakka

2.4K 113 13
                                    

"Cantik juga maid lo. Buat gue ya Kka? "

***

Hujan masih terus mengguyur ibu kota maklum saja sudah memasuki akhir tahun. Meski tak begitu deras tapi tangisan air langit ini memaksa manusia untuk tetap diam di dalam rumah. Tak menjadi masalah sebenarnya.  Apalagi berdiam di rumah dengan suasana adem seperti ini pasti membuat siapa saja betah.  Mungkin ditemani secangkir kopi atau teh hangat pastinya akan semakin membuat nyaman. Tapi tidak untuk Melody kali ini.

Dirinya benar-benar ingin hujan segera reda dan mengusir lelaki satu ini. Baru bertemu kurang dari delapan jam saja darahnya dibuat mendidih terus.

"Bisa kau usir dia Mas? " tanya Melody pada Rakka dengan sedikit memaksa.

Sedang Rakka sendiri lelaki itu hanya terkekeh.  Memangnya kenapa jika sepuounya itu tinggak sedikit lebih lama di apartemennya.  Lagi pula menurutnya Galang cukup aman untuk Melody. Lelaki itu pencinta wanita seksi layaknya pramugari-pramugari yang menemaninya terbang. Bukan modelan seperti Melody.  Ah tapi belum tau saja sih kalau Melody sebenarnya lebih dari apa yang dibayangkan hahaha...

"Nggak papa aku jamin Mas Galang nggak bakalan macam-macam.  Dia orangnya memang sedikit jail. " balas Rakka sembari mengusap lembut bahu Melody yang terbungkus piyama tidur. Tentunya ia melakukannya tanpa sepengetahuan Galang. Lelaki itu sudah enyah menguasai kasur empuk milik Rakka.  Bahkan dengkurannya terdengar sampai sini.

"Jadi benar dia akan menginap? " tanya Melody mulai putus asa. Berdoa saja nyawanya keesokan hari masih ada.  Sebelum darahnya yang terus mendidih dan naik membunuhnya tanpa permisi. Dirinya bahkan sampai terduduk di sofa.  Firasatnya benar-benar buruk akan sosok Galang.  Bagaimana pula jika laki-laki itu mengetahui hubungan gelapnya?

"Ya, kunci saja kamarmu dari dalam atau mau kutemani sekalian?"

Mendengar tawaran seperti itu sontak saja Melody menatapnya garang.  Tawaran macam apa itu.  Ck yang ada ia tak akan bisa tidur jika lelaki itu yang menemani.

"Tidak!  Aku tidur sendiri," tolaknya bahkan tanpa permisi ia lekas beranjak meninggalkan Rakka yang masih menahan tawa. Ia tau jelas lelaki itu pasti menertawainya.

"Jangan lupa kunci pintunya...!" teriakan Rakka masih terdengar bahkan setelah dirinya benar-benar telah berada di dalam kamarnya. Tak membalas apapun ia menuruti saja. Lagi pula ia juga mencari aman dari terkaman buaya-buaya ini.  Lebih-lebih sekarang ia tinggal bersama dua buaya yang sama spesiesnya.  Aih membayangkannya begitu ngeri ternyata.  Lagi pula mengapa juga dirinya membayangkan ck dasar.

Berbeda dengan Melody yang masih sibuk dengan khayalan-khayalan buruknya.  Rakka lelaki dengan alis tebal ini lebih memilih untuk lekas beristirahat.  Tubuhnya benar-benar lelah mengurus pekerjaan kantor yang tiada habisnya. Asshhh orang pikir dengan menjadi bos maka ia bisa berleha-leha begitu saja. Nyatanya tidak seperti itu.  Semua beban dan tanggung jawab ada di tangannya. Menjamin nasib ratusan karyawan yang menghidupi keluarganya.

Menghelah nafas berat sembari merebahkan tubuhnya pada sofa di ruang tamu.  Setelah melihat keadaan kamar yang nampaknya telah dikuasai sepupunya itu. Malas berdebat yang akan berujung sia-sia ia lebih memilih beristirahat di tempat ini saja. Padahal sewaktu di kantor tadi ia telah membayangkan pulang kerja akan langsung istirahat saja.  Tapi semua bayangannya kacau begitu mendapati sepupunya itu tiba-tiba berkunjung.  Belum lagi perihal Melody yang nampak jelas tak baik-baik saja saat sejak kehadiran sepupunya itu ck. 

Ngomong-ngomong soal Melody.  Mendadak ia teringat kalimat yang diucapkan sepupunya itu beberapa jam lalu. Rasa takut tiba-tiba saja bersarang dalam benaknya.  Bagaimana jika Galang serius mengucapkannya?  Ah tapi rasanya sungguh tidak mungkin. Tapi bagaimana memang benar begitu?

Taste Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang