"Tak apa, " balas Melody membalas pelukan Rakka yang begitu nyaman. Tidak bohong, tidak mau munafik pelukan seorang Rakka Calvian Ranjendra telah menjadi candu untuknya. Menumpuhkan dagunya pada pundak kekar laki-laki itu. Membiarkan saja Rakka berulah sesukanya. Ia percaya laki-laki itu tak akan berbuat aneh-aneh di tempat umum seperti ini.
Namun siapa sangka sampai lift telah berhenti dan terbuka pun keduanya enggan melepas pelukan. Hingga sebua suara serasa membuat keduanya jatuh terlempar dari atas gedung.
"Apa yang kalian lakukan!"
Baik Melody maupun Rakka keduanya hanya bisa memejam terpatung. Otaknya mendadak tidak bisa berfungsi. Bahkan untuk bernafas saja rasanya keduanya lupa bagaimana caranya. Masih tidak bergerak dari posisi yang sama hingga suara berikutnya kembali terdengar. Jantungnya semakin berdebar-debar. Apalagi keduanya cukup hafal dengan suara itu.
"Apa yang kalian lakukan! " tanya sosok itu lagi terdiam mematung di ambang pintu lift yang masih terbuka. Menyaksikan pemandangan tak mengenakan. Tangannya terkepal kuat detak jantungnya memburu. Wajahnya memerah menahan amarah.
"Maaf pak Bima kami terburu-buru. " serobot Rakka begitu otaknya mulai bisa kembali bekerja. Ia dengan langkah lebar terburu-buru menarik lengan Melody agar berjalan cepat mengikutinya. Meninggalkan sosok Bima yang masih terpatung di sana.
Jantungnya berdebar hebat. Nafasnya tersenggal-senggal begitu dirinya sampai di dalam kamar apartemennya. Menghempaskan tubuhnya di atas sofa dengan nafas yang tak beraturan. Mungkin seperti ini rasanya pencuri ketahuan mencuri. Hingga atensinya menangkap sosok Melody yang terduduk gelisah.
"Mel, " panggilnya.
Tak ada sahutan apapun. Melody masih bergerak resah tak bisa diam. Bahkan saat ini dirinya telah berdiri dan berjalan tak karuan entah kemana. Panggilan kedua pun hasilnya masih sama. Lebih buruk raut wajah kacau nampak terpapar jelas di sana.
Tak tahan melihat Melody yang tidak bisa diam. Ditariknya tangan itu membuat reflek tubuh yang tak seimbang perempuan dengan mata indah itu terjatuh di atas pangkuannya.
"Astaga Mas! " kaget Melody begitu dirinya mendarat dengan -nyaman- di atas pangkuan Tuannya itu. Niat ingim segera bangkit sebelum membangkitkan sesuatu di bawah sana. Sial saja niat hanya sebatas niat. Usahanya terhalang tangan keker Rakka yang kini melingkar di perutnya.
"Tenanglah, semua akan baik-baik saja percayalah. " ucapan Rakka membuat Melody menatapnya sebal.
"Bagaimana aku bisa percaya saat aku saja sadar aku yang melakukan salah." balas Melody dengan nada yang sedikit meninggi. Ia melepas paksa tangan kekar yang melingar di perutnya itu. Setelah itu memilih duduk di samping lelaki itu.
"Mel__"
"Bagaimana jika Pak Bima curiga? Bagaimana jika sampai publik tau kebusukan ini? Bagiamana jika Nyonya tau? Bagaimana jika Alona tau? Bagaimana ji__mmpp."
***
Bima masih terdiam memikirkan kejadian yang baru saja matanya tangkap. Otanya bekerja keras mencari pikiran positif tapi sial saja tak satupun yang ia dapatkan. Lagipula apa yang dilakukan Majikan dan Pembantu hingga berpelukan di dalam lift seperti itu. Okeh saja jika hanya sekedar berpelukan untuk memberikan kasih sayang kepada pembantu rasanya tak masalah. Tapi dengan matanya sendiri dirinya melihat tangan itu menyusup masuk ke dalam kemeja longgar itu. Aaarghhh tidak... Tidak!
Bima menggelengkan kepalanya saat pemikiran negatif semakin menjadi dominan di dalam kepalanya.
"Lagi pula bukannya Pak Rakka sudah memiliki tunangan." gumamnya bersamaan dengan berhentinya kotak lift mengantarkannya ke lantai dasar.
Bersiap keluar dirinya kembali tertegun. Sedikit menggeser jalannya memberi ruang jalan untuk sosok perempuan itu agar lekas masuk masuk. Bahkan sampai kotak itu tertutup ia masih terdiam di depan pintu sana.
"Alona. " gumamnya. Jantungnya tiba-tiba memacu luar biasa kencang. Lagi-lagi kalimat "tidak mungkin" kembali ia serukan berkali-kali di kepalanya. Kejutan hari ini sungguh membuatnya tak bisa berkutik. Terlalu menyakitkan.
Apa dirinya siap menghadapi kesakitan itu lagi. Apa siap?
***
"Bagaimana jika Pak Bima curiga? Bagaimana jika sampai publik tau kebusukan ini? Bagiamana jika Nyonya tau? Bagaimana jika Alona tau? Bagaimana ji__mmpp."
"Bagaimana jika kamu diam dan melupakan semuanya. " ucap Rakka srusainya melepaskan tautan bibirnya yang membukam mulut ceriwis Melody.
"Aku nggak bisa diam Mas semuanya sangat menakutkan. " balas Melody tak terima. Dirinya benar-benar ketakutan. Rasanya semua presepsi buruk yang terbentuk di dalam kepalanya akan menjadi sebua kenyataan yang dalam sekali kejap akan membunuhnya.
Aish seharusnya dari awal dirimu tak usah bermain-main dengan cinta Mel. Dan lihat sekarang kau hanya bisa menyesal karena tak berakhir sesuai dengan apa yang kau harapkan. Bahkan sebelum kisah dimulai saja bagian akhir yang teramat menyakitkan telah terpampang nyata. Dan betapa bodohnya kau masih saja melangkah.
Sekali tarikan Rakka membawa perempuan yang telah berkaca-kaca itu ke dalam dekapannya. Mengusap perlahan punggung berlapis kemeja itu. Berharap sedikit membantu menghilangkan keresahan yang dialami.
"Jangan takut ada aku yang selalu bersamamu. " ucapnya mengecup puncak kepala Melody.
Sebenarnya bukan hanya Melody saja yang merasakan ketakutan itu. Dirinya bahkan jauh lebih takut. Bukan takut akan semua hal yang terjadi hari ini. Ia lebih takut jika semua kejadian hari ini membuat perempuan dalam dekapannya ini memilih meninggalkannya. Ia tak akan sanggup. Bahkan membayangkan saja sudah sangat menyeramkan.
"Bahkan kamu lebih menakutkan dari semua ini. "
Melody hanya terdiam membatin. Membiarkan saja Rakka memelukanya. Setidaknya membuatnya cukup nyaman dan tak ingin dilepaskan. Dada bidang yang telah menjadi candu untuknya. Padahal dirinya sadar betul dada itu telah ada pemiliknya. Semua ini salah. Tak seharusnya dirinya berada di dalam dekapan ini. Tak seharusnya ia menikmati setiap perlakuan manis ini. Ia harus segera kembali menjadi siapa dirinya. Hanya seorang Maid dari Tuan Rakka Calvian Ranjendra dan jangalah berharap terlalu tinggi. Semua hanya akan ada luka pada hati. Karena mau tak mau dirinya harus pergi atau ditinggal pergi.
"Kamu menangis, " tanya Rakka begitu dirinya merasakan basah pada dadanya. Tiba-tiba menyesak di bagian sana. Mengapa membuat sosok Melody tersenyum atau tertawa karenanya saja sangat susah. Kenapa dirinya hanya bisa membuat tangis pada mata indah itu. Seharusnya memang tak seperti ini. Seharusnya dirinya tak memulai permainan sialan ini. Seharusnya dirinya tak membawa-bawa nama Alona dalam kisah yang seharusnya indah ini.
"Kita nggak seharusnya gini Mas, " lirih Melody masih di dalam dekapan Tuannya.
"Apa yang membuatmu berpikiran seperti itu? " tanya Rakka mulai tak nyaman. Nadanya naik beberapa oktav seiring dengan emosi yang mulai menguasainya.
"Sampai kapanpun kita tidak akan bisa bersama. Kita berbeda sangat jauh berbeda. " balas Melody masih dengan suara lirihnya.
"Kamu masih bisa berbicara seperti itu. Bahkan di saat rasa kita saja sama. "
"Mel kumohon percayalah aku akan memperjuangkan kita. " lanjut Rakka kali nadanya kembali turun. Bahkan sedikit memelan memohon dengan sangat. Ditangkupnya wajah berlinang air kesakitan itu. Menatapanya dalam-dalam berusaha meyakinkan.
"Mas__ PLAAKKK!!"
###
BERSAMBUNG...GIMANA?
MAAF YA BANYAK TYPONYA DAN INI RIKIT BANGET CUMA 1000 KATA SOALNYA UDAH NGGAK SABAR PUBLISH. INI PUN IDE MENDADAK WKWKW....TINGGALKAN JEJAK YAAAA JAN NGEGHOSTING MULU 😂😂😂
AH IYA YANG PUNYA IG BOLEH NIH DI FOLL IGNYA AKU @Alyssa_Kaegan banyak spouler uwwu-uwwu yang aku post di sana se yuuuuuuu.... Salam dari Mas Bima *eh

KAMU SEDANG MEMBACA
Taste
Romansa📢 ... PERINGATAN KAWASAN DEWASA❗️ AUTHOR TIDAK BERTANGGUNG JAWAB ATAS SEGALA EFEK SAMPING YANG DIDAPAT❗️ BERBIJAKLAH DALAM MEMBACA❗️ *** "Aahhhh.... Tuan tolong hentikaaannn! " Jeritan seorang maid menggema di dalam sebua kamar. "Tidak akan sayan...