DAY 3

4.3K 550 65
                                    



"Jimin mau dinter siapa? Papa atau supir?" Papanya bertanya sembari menyuap roti bakar untuk meu sarapan.

"Ji sama supir aja, nanti Papa telat kaya waktu itu." Jawab Jimin.

Papanya terkekeh, "nggak papa telat. Mau sama Papa?"

Jimin pun tersenyum dan mengangguk, "mau."

••••

"Yoongi, sayang,"

Yoongi menepis tangan Ibunya yang menggerayangi dadanya.

"Maafin Mami, kan udah bilang mau nginep di hotel."

Yoongi mendelik, hotel mana lagi? Bersama siapa lagi? "Iya." Jawabnya.

"Kamu hari ini pulang jam berapa? Mami ada di rumah seharian. Mami kangen sama kamu." Perempuan berusia kurang dari 40 itu kembali mendekatkan diri pada Yoongi.

Yoongi mundur dan menggeleng, "gue nggak akan pulang malem ini." Ia pun dengan segera mengambil kunci motor dan beranjak pergi tanpa mau pamit lagi.

••••

"Ah sialan! Telat banget inimah!" Jimin keluar dari mobil Papanya dan berlari menuju gerbang yang sudah tertutup rapat.

Yoongi ada di depan gerbang dengan motor verspa orange mengkilat menyakitkan mata. Terlambat juga?

"Ayolah Pak!" Yoongi terdengar masih mengiba.

"Nah ada si bebek nih. Ji tambahin seratus biar kita bisa masuk, ni satpam mata duitannga edan banget." Yoongi berbisik panik pada Jimin.

Jimin mengerjap sebelum mengangguk dan tanpa pikir panjang meraih dompet lalu menyerahkan selembar uang seratus ribu.

"Tuh udah dua ratus, buka cepet!" Yoongi mengguncang gerbang itu tak sabaran.

"Iya-iya dah, makanya lu pada jangan pada terlambat, sayang kan duit."

Jimin menggedikan bahu, "nggak juga. Duit gue banyak." Jawabnya kemudian.

Yoongi memutar bola mata lalu melajukan motornya menuju parkiran dengan segera sebelum guru BK menangkap basah kelakuannya.

••••

Gue yakin, setiap soal yang gak bisa dikerjain tuh isinya B, B artinya Benar.

Yoongi mengangguk-ngangguk mengiyakan suara dalam pikirannya. Lalu mengisi hampir seluruh kertas ulangan harian Bahasa Inggrisnya dengan pilihan B.

Merasa paling jenius sebumi karna dengan hebatnya bisa mengerjakan soal-soal berbahasa asing itu dengan cepa sekali.

Pasti Jimin belum selesai.

Tentu saja, Jimin mengerjakan soalnya dengan otak, Yoongi mengerjakannya dengan dengkul.

"Baik. Dua puluh menit lagi, ya!" Gurunya memberi intruksi peringatan untuk segera menyelesaikan soal-soal itu. Dan Jimin sudah bisa duduk menyandar santai pada kursinya sembari melipat tangan dan tinggal menunggu nilai 100 tercetak jelas pada kertas ulangannya nanti. 

"Lo udah, Gi?" Bisik Taehyung. 

Yoongi mengangguk bangga dengan senyum sombong andalannya. Taehyung menggeleng, menyontek pada Yoongi bukanlah suatu jalan keluar ynag terang, yang ada remedial ia. 

"Ji, nomor tiga sama enam<" Bisik Seokjin pelan, Jimin menoleh ke arah gurunya yang sedang sibuk dengan buku sastra Bahasa Inggris dan mungkin saja tak akan menangkap aksi curang mereka.

Jimin berbisik, "tiga B, enam juga B."

Seokjin mengangguk paham lalu mulai menuliskan pada kertas jawabannya.


----


"Weh sumpah gue 85 anjir! Cucuk Einstein gue fix banget ini, mah!" Yoongi  mengacung-acungkan kertas ulangannya ke udara, ini merupakan rekor terbaiknya selama sekolah dan mempelajari Bahasa Inggris.

"Pasti nyontek dari kolong bangku." Ujar Jimin yang menatap cuek.

Yoongi mendengus dan memutar bola mata, "Lo nggak boleh sirik sama pencapaian orang lain, lo sellau dapet seratus bukan berarti orang lain nggak bisa nyaingin lo." Balsa Yoongi.

Jimin menatap Yoongi sinis, "siapa juga yang takut kesaingan? Gue tau gue udah lakuin yang terbaik, jangan so superior." Jimin lalu tersenyum licik.

Yoongi mengangkat alis dan menggedik, "terserah." ujarnya kemudian.

"Tae, jadi kan nanti pulang sekolah?" Yoongi memilih berbalik kearah temannya yang kin sedang tersenyum-senyum hampir tak waras menatap ponsel. "Woy!" Gertak Yoongi.

"Apaan anjir," 

"Lah si Juned, dari tadi gue ngomong kaga di denger kali, ya?" Rutuk Yoongi.

"Gue tanya tar pulang sekolah pergi karoke jadi, kan?" 

Taehyung menggeleng, "gak dulu, gue mau jalan sama Irene." Taehyung menampilkan wajah pongah.

"Cewek mulu dalem otak lo, anjir. Bisa-bisanya lo menyisihkan gue demi cewe." Protes Yoongi.

"Makanaya cari pacar, bukan cewek satu sekolah lo tolakin satu-satu," cibir Taehyung.

Yoongi mendelik, malas berdebat perihal itu dengan Taehyung.

"Min Yoongi! Park Jimin! Ikut saya ke ruang BK sekarang juga!" Guru dengan postur sintal dan kerudung warna baju mencolok itu bertolak pinggang  di depan pintu kelas mereka.

Jantung Yoongi sudah tak karuan mengingat tadi pagi ia melakukan keharaman dengan menyogok satpam sekolah. Ah, bisa-bisa ia kena omel sampai jam pulang sekolah nanti. 

Yoongi danJimin mau tak mau menghampiri guru Bk itu dan langsung dihadihi jeweran di telinga, "Kalian pikir Saya nggak tau tentang apa yang terjadi tadi pagi?! Bisa-bisanya kalian menyogok satpam untuk masuk. Saya tau kalian berdua tajir melintir, tapi nggak bisa dibenarkan  untuk hal penyogokan untuk membuka gerbang!"


----


"Gara-gara lo!" Bentak Jimin sembari menggenggam sapu dengan kuat.

Yoongi menoleh, "kesurupan, lo?" Tanyanya santai.

"Gila ni orang. Kalo bukan gara-gara lo yag nyuruh gue kasih duit seratus, gue nggak akan beresin ni gudang bau tai cicak!" Jimin masih dengan nada membentaknya.

"Kalo bukan gara-gara gue, lo nggak akan bisa masuk dan nggak kan bisa ikut ulangan harian pelajaran kesukaan lo itu! Lo kali-kali tau diri kek." Yoongi meraih sapu dan mulai menyapu debu-debu tebal di lantai.

"Ah sialan, gue deket lo kena sial mulu. Dasar jelek!" Jimin menghentakan kaki dan mulai menyapu malas-malasan.

"Kalo gue jelek terus lo apa, Ji? Buruk rupa?" Tanya Yoongi kesal. 

"Lah? Gue ganteng, lo buluk."

"Ganteng darimananya woy? Lo kek anak TK tau gak," Cibir Yoongi.

"Gue tempeleng pala lo pake kampak loh ya!" 

"Nye nye nye nye!" Ledek Yoongi.


-----


Ni bahagia terus kayanya ya, kack hehe..




it's okay to love your enemyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang