DAY 18

3.8K 526 95
                                    


"Lo nggak mau cari tau gitu siapa yang kirim menfessnya?" Jimin bertanya sembari mencatat materi di papan.

"Gue udah tau."

Tangan Jimin berhenti mencatat lalu menoleh, "siapa? Dan lo nggak mau nuntut dia gitu?"

Yoongi menggeleng kecil dan tak mau melanjutkan percakapan. Ia tak mau Jimin turut menjadi pusat perhatian dalam ranah negatif karna berada di sisinya ataupun berinteraksi di dengannya.

Jimin juga penasaran, siapa orang itu hingga bisa-bisanya berbuat demikian.

••••

"Malem ini ikut lah? Okay?" Jimin membereskan jurnalnya sehabis kembali mengerjakan tugas dengan Yoongi.

"Gak. Gue nggak mau pergi ke sana lagi." Jawab Yoongi.

"Apa karna lo pernah keciduk disana? Yaelah Gi, cemen amat nyali lo." Ledek Jimin.

Yoongi mendongak, oh tentu saja harga dirinya terluka. "Okay. Gue dateng."

Jimin tersenyum menang, "okay, see you, Min Yoongi."

Yoongi mau tak mau mendelik melihat wajah rupawan itu yang kini semakin menjauh darinya. Bersyukur Jimin kali ini meminta jemput pada supirnya hingga ia tak perlu menahan debaran di hatinya karna menyaksikan lelaki itu tertidur di dekatnya.

Setelah beberes dan memastikan tak ada yang tertinggal, Yoongi pun beranjak menuju halte bus. Dan duduk di sana, kali ini sendirian.

Ia melirik jam di perelangan tangannya, menunjukan pukul lima sore. Keadaan halte sepi, karna kebanyakan siswa sekarang membawa kendaraannya sendiri. Dan Yoongi behenti melakukan itu sejak beberapa hari yang lalu.

Hatinya kadang merasakan sakit juga, maksudnya, manusia bisa sebegitu jahatnya jika sudah menyangkut kesalahan manusia lainnya.

Helaan napas membuat ia semakin merutuk kenapa tak membawa motor saja?

••••

Gedung megah dan mewah ini terlihat seperti biasanya, banyak orang secara berpasangan sembari mengobrol. Yoongi melihat sekitar, mencoba menemukan Jimin.

"Nyariin gue pasti." Ujar Jimin dari belakang membuat Yoongi berbalik.

Oh tidak, ini bukan Park Jimin. Melainkan masa depannya. Eh?

"L-lo jelek pake baju itu." Ucap Yoongi sembari memalingkan wajah.

Jimin merengutkan wajah, "masa sih? Ini bagus tau, dasar gatau style! Katro!"

Yoongi menoleh ke arah Jimin. "Ya emang bajunya bagus, lo nya yang jelek!"

Padahal Jimin yakin, kemeja putih dengan motif floral di bagian punggung itu cocok dengan celana kain panjang yang membalut kakinya, disertai pantofel yang mengkilat.

"Lo juga jelek!" Jimin menunjuk Yoongi, walaupun ya sebenarnya tidak begitu sih.

Yoongi cocok disandingkan dengan para pria tampan terkenal dengan pakaian ala boyfriend material yang sering Jimin temui di laman pinterestnya.

"Bodo amat, gue ganteng gue diem." Jawab Yoongi.

"Jimin!" Jimin menoleh melihat Hoseok yang berjalan ke arahnya.

"Loh? Gi? Dateng?" Hoseok terlihat khawatir mengetahui apa yang menimpa sepupunya itu.

"Loh? Kenal?" Jimin menunjuk keduanya bergantian.

"Iya kenal lah, di sepupu gue yang gue ceritain." Jawab Hoseok.

"Lah? Dia juga orang paling nyebelin yang pernah gue ceritain!" Ucap Jimin menggebu.

it's okay to love your enemyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang