Hari minggu kali ini, Jimin tak perlu memakasa-maksa Jungkook untuk pergi bersamanya untuk menghabiskan akhir pekan. Karna tentu saja ia memiliki Yoongi untuk dijdikan supir kemana pun ia ingin pergi."Lo aja sini ke rumah gue, Mami nggak ada, lagi ke Bali."
"Ck. yaudah deh."
Jimin pun menutup sambungan telepon lalu beranjak keluar dari kamarnya, berpapasan dengan Papanya yang juga libur bekerja.
"Eh Pa! Ji mau ngomong sesuatu." Jimin menyeret lengan Ayahnya untuk duduk di ruang tamu.
"Ada apa, sayang?"
Jimin menghela napas pelan untuk menetralkan detak jantungnya. "Kalau.. Ji suka.. sama seseorang,"
"Cie udah besar anak Papa, udah suka-sukaan gitu."
"Tapi seseorang itu sama-sama cowok, apa Papa marah? Papa jijik nggak sama Ji?" Tanya Jimin, agak takut juga sebenarnya bertanya begitu.
Hening. Lalu Papanya tersenyum. "Ji boleh suka sama siapa aja, as long as orang itu bukan kriminal, mau cowok atau cewek juga itu hak kamu. Hidup kamu, kamu yang nentuin, Papa nggak bisa atur kamu harus suka sama cewek kalo emang kamu nggak suka sama mereka. Dan nggak, Papa sama sekali enggak jijik sama kamu, Papa senang kamu jujur. Sini Papa peluk."
----
"YOONGI!" Teriak Jimin dari luar pintu rumah.
"Siang Mas, Mas Yoonginya ada di kamarnya." Seorang asisten rumah tangga perempuan itu tersenyum.
Jimin tersenyum kaku lalu masuk dan menuju kamar lelaki itu. "Gi?" Jimin mengetuk-ngetuk pintu kamar pacarnya itu.
"Yoongi?"
"Masuk aja, Mas, kayanya tidur lagi." Orang tadi berujar lagi.
Astaga, kenapa Jimin merasa gugup dan canggung. Ia sudah pernah masuk ke rumah ini, ke kamar ini, bahkan berdiam di disini, tapi kali ini rasanya beda. Ia membuka pintu kamar berbahan kayu kokoh itu, lalu menemukan gundukan di tengah kasur ber-sprei hitam.
Oh, pantas saja tak ingin di ajak keluar, sedang bercinta dengan kasur rupanya. Jimin pun menutup pintu dan berjalan mendekat ke arah kasur. Wangi khas citrus menguar dari sprei Yoongi, apa spreinya juga ia parfumi?
"Gi bangun..." Jimin mengguncang pundak Yoongi.
Tak ada reaksi apapun, Jimin menyibak selimut dan melihat Yoongi duduk meringkuk seperti kucing. ia terkekeh, mengambil ponsel lalu memotretnya. "Title doang top, bobok kaya anak kucing."
"Gi bangun ih!" Jimin mengguncang kuat tubuh kekasihnya itu.
"Lima menit lagi," gumam Yoongi sembari kembali menaikan selimut hingga pundak.
"Udah jam sepuluh, ih!" Jimin kembali menarik selimutnya.
Yoongi menggeram kecil, sebelum menarik pinggang Jimin untuk ia dekap, membuat Jimin mau tak mau jatuh ke pelukan Yoongi yang kini mendekapnya seperti guling.
"Agh lepasin! Lepas!" Jimin meronta dalam pelukan hangat itu.
"Diem, lo anget, enak." Gumam Yoongi.
"Enak-enak pala lo gue geleng!" Jimin tetap memberontak namun akhirnya diam juga kala Yoongi mengeratkan pelukannya pada pinggangnya dan mendengar napas teratur manusia itu.
Jimin diam ia perlu mencerna hal ini, ia perlu bernapas dan ia perlu memperbaiki detak jantungnya yang kian menggila sekarang. Bisa-bisanya Yoongi memeluknya seperti ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
it's okay to love your enemy
FanfictionJika ditanya perihal kuadrat, pangkat, akar dan kawan-kawannya maka Yoongi akan mengacungkan tangan di detik pertama gurunya bertanya. Tapi kalau ditanya "why you still single?" Yoongi pasti akan jawab. "Ngomong apa sih anjing, gue kagak ngarti baha...