Epilog

5.3K 496 163
                                    




Please be patient. It will be a long chap(4700 words) with lil bit of drama. Siapin diri aja. Nggak juga sih, gatau lah pusink gwe.








Kembali ke masa dimana Yoonji merasa dirinya tak lagi mengingat rasa sakit yang membuatnya sakit jiwa. Ia telah pahami bahwa kakak kembarnya sudah mati meninggalkan begitu banyak luka yang besar.

Hari ini dokter bilang ia pulih, bisa melakukan terapi diri sendiri dengan mulai mengatur emosi dan berbaur. Tak apa, Yoonji selalu punya Yoongi. Dan Jimin. Mungkin?

Perempuan itu duduk di lobi dekat resepsionis, menunggu Dokter pembimbingnya selama ini, juga meminta bantuan dokter wanita itu untuk menelpon Yoongi dan menjemputnya. Mereka bisa pulang ke rumah tua milik nenek, setidaknya mereka masih punya tempat persembunyian.

"Yoonginya nggak angkat nih, gimana ya?"

Yoonji mendesah kesal, pasti kembaranya itu tengah nongkrong atau bahkan mungkin tidur.

"Yaudah, saya tunnggu aja sampe besok deh, dia janji mau kesini." Yoonji pun akhirnya memilih itu, dan kembali masuk kedalam kamar yang sudah hampir dua tahun ia huni.

Lucu juga, seharusnya Yoongi yang medekam disini, tekanan sana-sini, luka sana-sini tapi ternyata lelaki itu masih mampu bertahan di atas luka yang semesta berikan padanya. Dan malah, lelaki itu masih bisa tertawa, masih bisa berusaha membelikannya komik, masih bisa tersenyum dan berkata baik-baik saja.

Satu butir air mata jatuh, dan hatinya tiba-tiba merasa sakit, bukan, bukan tentang masa lalunya, melainkan sakit yang ia pun tak tahu apa alasannya. Bahkan sejak siang tadi, hatinya sudah gusar tak karuan, khawatir tanpa alasan, juga jantungnya berdetak dengan cepat.

Ia pun meraih cangkir berisi air putih, sebelum sempat menenggaknya, cangkir itu jatuh dan  pecah berserakan, lalu tangannya gemetar tanpa alasan yang jelas.

"Yoonji, saya boleh masuk?"

Yoonji menatap pintu yang diketuk tiga kali dengan tak sabaran.

"Iya dok."

"Saya antar kamu ke rumah sakit sekarang ya, Yoongi kecelakaan."

---

TKP begitu ricuh, darah dimana-mana, dengan lampu kendaraan disekitar yang begitu membuat jantung berdetak cepat. Bahkan banyak saksi disana yang kini ikut mengerubuni dua tubuh tergeletak mengenaskan.

Tatapan Yoongi mengabur, rasa sakit di seluruh tubuhnya seakan membuat dirinya beku. Namun ia tak mengindahkan itu, lebih memilih terseok menggapai Jimin yang sedikit lebih jauh darinya, kepala lelaki itu berdarah. Dan tak sadarkan diri.

Napas Yoongi terpatah-patah, bahkan tatapannya kini hanya bisa mengenali lampu-lampu kendaraan yang berhenti. Namun tetap, ia masih perlu  meraih jemari Jimin dan menggennggamnya, berpikir jika mungkin itu adalah terakhir kalinya ia bisa melakukan hal ini. Lalu semuanya gelap. Dan sakit.

Beruntung ponsel Yoongi hanya terlempar dan lecet, tidak memakai password hingga para orang disana bisa mencoba menghubungi nomor Yang terakhir Yoongi panggil. Yaitu nomor Jimin dan Dokter pribadi Yoonji.

Pada saat mereka menekan nomor ponsel Jimin, yang berdering malah ponsel korban lainnya. Maka nama dokter itulah yang mereka pilih sebagai pemberitahuan pertama.

it's okay to love your enemyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang