Jimin merutuk di kamarnya sendiri. Tadi saat ia pulang diantar Yoongi, semuanya berubah canggung akibat pelukan itu. Kenapa pula ia harus melakukan hal itu yang mana akan membuat keduanya canggung di hari-hari berikutnya.
"Tolo, tolol, tolol," Jimin masih senantiasa bergelung di atas kasur sembari mengumpat.
Apalagi barusan ia malah menelpon Yoongi, apa-apaan! Sumpah, Jimin sepatutnya sadar bahwa Min Yoongi masih musuhnya; dimanapun dan kapanpun. Mereka masih perlu bersaing.
Ponselnya berdering membuat ia terlonjak kaget. Tarikan napas ia lakukan agar suaranya tak terdengar panik atau terdengar terlalu bersemangat.
"Tadi mau apa telepon?"
"Apasih! kan udah dibilang enggak ada apa-apa!" Sahut Jimin kesal.
"Cepet mau bilang apa, gue tungguin."
Jimin mengigit bibir, ia berdebar sialan. "Ng-nggak ada apa-apa."
"Yaudah matiin."
"Ya lo aja yang matiin."
"Lo aja, cepet gue mau tidur."
"Kan lo yang telepon, ya lo y-yang matiin lah!"
"Ayo cepet Ji, gue ngantuk." Suara berat dari sebrang sana membuat Jimin memejamkan mata dengan salah tingah.
"I-ya!"
Jimin mematikan sambungan telepon dan menyimpan ponselnya di dada. "Yoongi, gila lo, gila anjing bangsat gila pokonya gila!"
Jimin mencoba mengatur napasnya dan menetralkan degupan jantungnya. Ponselnya berdering sekali lagi dengan nama kontak yang sama dari sebelumnya. "Apaan lagi sih!"
"Gue jadi nggak ngantuk lagi, anjir."
"Terus itu salah gue gitu?"
"Ya enggak juga sih, cuman suara lo di telepon lucu, jadi gue telepon aja deh."
"Apaan sih anjing, gue nggak lucu ya. Gue gentleman."
Yoongi tertawa. "Gentleman gimana anjir, bokong lo gemes, remes boleh?"
"BANGSAT LO! BAJINGAN! SETAN! LO PUK-PUK PANTAT GUE LAGI GUE GIBENG LO!" Jimin mematikan sambungan telepon sepihak lalu melempar ponselnya kasar dan memilih tertidur untuk meredam amarah.
----
"Diliat-liat, lo makin deket sama dia." Ujar Seokjin saat Jimin hendak melahap makananya.
"Dia saha?"
"Ck, temen sebangku lo." Lanjur Taehyung.
"Dia punya nama kali, Yoongi, Min Yoongi kalo lupa." Jawab Jimin.
"Gak sudi anjir manggil namanya."Rutuk Taaehyung.
Jimin mendelik dan menatap Jungkook yang kini menatap Taehyung dengan sembunyi-sembunyi.
"Gue nggak deket sama dia, itu kan cuma gara-gara tugas."
Seokjin mengangkat alis, "tapi lo satu-satunya orang yang mau ngomong sama dia, Ji, serem tau gak."
Jimin tertawa, "serem sebelah mananya anjir."
"Ya serem, gimana kalo dia suka sama lo? Gimana kalo lo juga ketularan?" Tanya Seokjin agak heboh.
"Emang penyakit, kali." Rutuk Jimin.
"Tapi serius Ji, pelaku lgbt itu kan serem, ngelanggar norma sama HAM, nggak boleh dibiarin. Dia harusnya sering-sering main ama cewek biar lurus lagi." Ujar Taehyung.
KAMU SEDANG MEMBACA
it's okay to love your enemy
FanfictionJika ditanya perihal kuadrat, pangkat, akar dan kawan-kawannya maka Yoongi akan mengacungkan tangan di detik pertama gurunya bertanya. Tapi kalau ditanya "why you still single?" Yoongi pasti akan jawab. "Ngomong apa sih anjing, gue kagak ngarti baha...