"Sumpah demi apa nilai matematika gue 70! Sumpah?!" Jimin menatap tak percaya pada kertas ulangannya.Seokjin melirik, "impresip." Responnya.
"Jin, ini keren banget sumpah! Keren banget! Walaupun ya gue tetep remedial tapi nggak papa, demi alek gak papa!" Jimin masih heboh, seakan nilai itu adalah yang terbesar di kelas.
Yoongi mendelik, bagaimana jika nilainya sama dengan Yoongi? Akan seheboh apa manusia itu.
Yoongi saja yang mendapat nilai seratus dengan lambang plus di sebelahnya hanya duduk diam dengan tenang.
"Gi, masa gue 75 sih, kan gue nyontek ke lo!" Taehyung menyerahkan kertas ulangannya pada Yoongi.
Yoongi melihat jawaban yang berantakan itu, "ini lo salah tulis lambang, ini caranya bener jumlahnya salah, yang ini juga 2 sama 3 kebalik posisinya. Yang penting lu kagak remed jingan!" Yoongi menggeser kasar kertas itu.
"Yaudah sih ya, oke juga." Sahut Taehyung.
Tiba-tiba. Wali kelas mereka masuk. "Mana Yoongi sama Jimin? Sini, kalian berdua,"
Yoongi memutar bola mata, ini masih pagi dan ia sudah harus berurusan dengan Jimin? Sialan.
"Ada apa bu?"
"Ikut Ibu, yuk,"
Jimin memutar bola matanya, lama-lama ia jadi babu sekolah.
"Nah, ini kan ruangan baru. Ini rencananya mau dipake buat latihan olimpiade, mau buat kalian berdua saja atau gabung sama yang lain?"
"Gabung!" Jawab keduanya serempak.
"Tapi, kepala sekolah ngadain ini katanya cuma buat murid terpilih. Dan ibu pengen Yoongi sama Jimin aja yang ambil tempat ini." Keluh wali kelasnya.
"Gini Bu, kalo cuma saya dan orang ini yang dapet, kasian pejuang olimpiade yang masih harus belajar dan tes di ruangan lama. Kan gak adil." Sahut Yoongi.
Jimin mendengus saat Yoongi benar-benar tak mau menyebut namanya sama sekali.
"Yaudah deh, nanti Ibu pikirin. Disana ada buku-buku baru. Matematika sama Bahasa Inggris, kalian boleh liat-liat dulu." Wali kelas itu melenggang pergi meninggalkan keduanya.
"Ck. Lo lagi lo lagi." Rutuk Jimin kesal sebelum melenggang pergi.
Yoongi mendengus dan tak mau meladeni Jimin. Ia melirik pintu, kuncinya tergantung disana lalu melirik Jimin yang mulai larut dalam bacaannya dan menghadap lemari.
Senyuman jahil terbit. Ia pun berjalan perlahan tanpa suara ke arah luar. Meraih kunci dan mengunci pintu dari luar.
Kekehan jahat dikeluarkannya, "mampus lo, Ji," Yoongi memutar-mutar kunci di tangannya.
Jimin terkunci di dalam, dan pasti sebentar lagi akan bertriak-teriak menohon. Sebelum itu terjadi, Yoongi memilih beranjak pergi.
••••
Rambut hitam legamnya di sisir hingga menampilkan dahi mulus dan maskulin. Tatapan tajam namun dalam itu seakan selalu mampu menjadi magnet untuk siapapun.
Siapa lagi jika bukan Min Yoongi yang sekarang sedang berjalan santai dengan senyuman menghiasi wajahnya.
"Sumpah Kak Yoongi kalo senyum damagenya nggak maen-maen!"
"Aduh, udah ganteng, senyum pula!"
"Lo tim yoongi atau tim jimin?"
"Nggak tau anjir. Gabisa milih. Ibarat kaya gini; Yoongi jadi suami lo atau Jimin jadi pendamping idup lo!"
KAMU SEDANG MEMBACA
it's okay to love your enemy
FanfictionJika ditanya perihal kuadrat, pangkat, akar dan kawan-kawannya maka Yoongi akan mengacungkan tangan di detik pertama gurunya bertanya. Tapi kalau ditanya "why you still single?" Yoongi pasti akan jawab. "Ngomong apa sih anjing, gue kagak ngarti baha...