Seokjin menatap Jimin yang kini baru datang, sebenarnya ia tak menyukai lelaki ini, terlebih melihat kedelatannya dengan Yoongi. Namun, apa boleh buat? Pada kenyataannya Jimin telah banyak membantunya.
Namun disisi lain juga Seokjin ingin egois perihal cintanya. Ia juga tak tahu ada hubungan apa antara Yoongi dan Jimin, namun mereka sekarang terlihat akrab. Padahal dulu, pasti saja cekcok.
"Oy, Jin? Ngelamun lo?" Tanya Jimin.
Seokjin menggeleng. "Haha enggak, ngantuk aja gue."
Taehyung menoleh lalu mendengus pelan. Masih tak habis pikir dengan jalan cinta teman-temannya.
Taehyung memang berpikir jika menyukai sesama jenis itu menjijikan, namun bukan itu alasan tepatnya kenapa ia menjauhi Yoongi dalam kurun waktu selama itu padahal mereka berteman sejak SMP.
Ia hanya bingung, dan perlu menempatkan prioritas utama dalam hidupnya. Karna sebenarnya Taehyung tak peduli dengan seksual orientasi Yoongi selama Yoongi tak menyukainya. Karna mau bagaimana pun, Yoongi adalah teman dekatnya, tempatnua berbagi keluh kesah.
"Kalo lo bisa jauhin Yoongi, tanggungan rumah sakit Ibu lo gue bayar."
Dan ya, sorry to say, Taehyung memilih Ibunya dan bekerja sama dengan orang itu juga Seokjin. Setidaknya Yoongi terlihat baik-baik saja selama ini?
"Lo juga kenapa, Tae? Lu pada kenapa sih? Pada punya utang?" Tanya Jimin bingung.
"Utang pala lo."
••••
"Gi, gue di depan rumah lo." Jimin menempelkan ponsel pada telinga.
"Masuk aja Ji, gue di dapur."
Jimin bergumam iya lalu masuk kedalam rumah itu, masih sedingin kemarin, masih sesunyi kemarin.
"Yoongi." Jimin menyembulkan kepala di pintu dapur lalu masuk. Sudah berganti baju memakai baju sehari-hari.
"Mau makan?" Yoongi menyimpan mangkuk bekas makannya ke bak cuci piring.
Jimin menggeleng, "nggak. Udah makan sama ayam geprek, di traktir Seokjin." Jimin berjalan mendekat dan duduk di sebelah Yoongi yang kini mengunyah apel.
"Seokjin?" Yoongi bertanya ulang.
"Iya. Kok kaya kaget gitu, dia temen deket gue kalo lo lupa." Jimin meraih apel dari tangan Yoongi dan melanjutkan gigitannya.
"Inget kok, tumben."
"Kok tumben? Seokjin emang lumayan sering traktir."
Lo nggak tau, Ji.
"Iya udah lah kenapa jadi bahas Seokjin, lo ngapain kesini?"
Jimin berdecih. "Ya pengen aja kali, aneh lo."
Yoongi terkekeh, "ngapain bawa buku matematika?" Telunjuknya menunjuk ke arah buku tulis Jimin.
Jimin meringis, mencoba tersenyum semanis mungkin, "bantuin ya? Ya? Ya?"
"Yaudah mana pensilnya."
Jimin menggeleng, "nggak bawa."
••••
"Mami pulang!" Wanita itu menyeret koper merah mudahnya dengan berisik.
Yoongi dan Jimin yang sedang duduk santai di ruang tamu itu terlonjak, sial, kenapa harus datang hari ini?
"Yoongi sayang, oh ada temannya lagi ya?"
Jimin tersenyum sopan pada wanita itu.
"Yoongi, ke kamar yuk?" Wanita itu menarik tangan Yoongi.
KAMU SEDANG MEMBACA
it's okay to love your enemy
FanfictionJika ditanya perihal kuadrat, pangkat, akar dan kawan-kawannya maka Yoongi akan mengacungkan tangan di detik pertama gurunya bertanya. Tapi kalau ditanya "why you still single?" Yoongi pasti akan jawab. "Ngomong apa sih anjing, gue kagak ngarti baha...