DAY 9

3.7K 484 57
                                    

Jungkook mengetuk-ngetuk sepatunya menunggu Jimin di depan rumah mewah lelaki itu.

"Nunggu lama lo?"

Jungkook mengangguk, "lumayan."

"Beneran lo mau anterin gue? Nggak ikut sama Seokjin ketemu tante-tante?"

Jungkook terkekeh, "goblok. Nggak lah, mendingan gue ikut ke toko buku. Sukur-sukur pinter lo nular ke gue."

Jimin tertawa, "yaudah oke lah."

••••

"Soal cetek gini, ini juga gue udah punya, ini pernah baca, ini pernah dibahas." Yoongi menelusuri buku-buku soal matematika yang terpajang di rak buku besar milik Gramedia.

"Ini keren juga." Diraihnya satu buku di rak tertinggi, bersampul hijau muda.

Katanya soal-soal terbaru.

Yoongi menggedik dan mengambil buku itu. Ia tidak suka membaca, tidak juga berminat mampir ke rak lain selain jajaran buku matematika disini. Paling akan mampir ke jajaran komik.

"So pinter lo mampir ke rak ini!" Jungkook terkekeh dengan bercanda.

"Kali-kali kan ada setan yang pinter matematika terus— lah, ini dia setannya." Jimin menunjuk wajah Yoongi yang kebetulan berada di depannya.

Begitu tampan dan keren.

Denim jacket, kaus hitam, ripped jeans dan juga snap back yang sudah cukup untuk membuat beberapa gadis disana memekik tertahan.

Yoongi itu tampan hingga hampir menyentuh titik sempurna. Dan Jimin benci untuk mengakui bahwa ia jauh di bawahnya.

"Ngapain lo disini?" Tanya Yoongi sangsi.

"Lah? Lo pikir ni Gramedia punya nenek lo?" Jimin mengangkat alis.

"Kalo iya kenapa?"

Jungkook menghela napas dan menggeleng, "dahlah anying. Gak di sekolah, gak di luar, gelud terus. Kawin sono lu bedua!" Jungkook pun melenggang pergi dengan kesal.

"Ew. Gue normal kali." Desis Jimin lalu berjalan menubruk Yoongi.

"Eh Ji, ini jatuh!" Yoongi memanggil Jimin, tentu saja yang di panggil langsung menoleh.

"Apa? Mana?"

"Harga diri lo. HAHAHHA!"

"Setan."

••••

"Sayang," Yoongi sudah menghela napas mendengarnya.

Ia baru saja pulang untuk mempearut waktu dan ia akan pulan tengah malam saat Ibunya tidur.

"Kamu mau bantuin Mami?"

Yoongi memejamkan mata, "aku capek Mi, aku mau tidur." Yoongi mencoba lepas dari Ibunya.

"Gak papa Mami aja yang kerja, kamu diem aja."

Yoongi menggeleng, "nanti lagi ya, Mi,"

"Ayodong sayang, kamu nggak sayang sama–"

"Iya. Oke." Yoongi menyimpan keresek berisi bukunya dan juga kunci motor di sofa lalu membiarkan tangannya di tarik oleh Ibunya.

"Kamu ganteng banget Nak, kalo aja kamu bukan anak Mami." Ibunya mengelus wajah Yoongi dengan sayang, dipandangi pahatan rupawan anaknya yang memang bukan main tampannya.

Yoongi diam. Selalu diam jika sudah dalam posisi begini. Mau apa lagi? Mau bagaimana lagi?

Kecupan-kecupan kecil dibubuhkan pada bibir Yoongi, membuat Ibunya tersenyum puas saat bisa menyecap bibir anaknya.

it's okay to love your enemyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang