36. DUKA

1.2K 215 122
                                    

Arsen dan Eka tengah duduk di rerumputan sambil memantau Lala yang bermain bersama teman-temannya. Arsen yang mengajak Eka untuk duduk disini, karena Arsen rasa Ara butuh waktu berdua bersama Ria.

"Atan gimana?" tanya Eka pada Arsen. Arsen menoleh pada Eka, menampilkan wajah gusar.

"Orang tua Atan kemana,sih?" tanya Arsen heran. "Kemarin malam, sepupunya yang jemput. Waktu gue tawarin mau ikut nganter Atan nolak. Sikap dia belakangan ini juga aneh," ujar Arsen membuat Eka mengerutkan keningnya.

"Gue juga gak tau, yang gue tau Atan emang sering di rumah sendirian," jawab Eka ikut bingung. "Tapi Atan,kan udah aneh dari dulu." Eka tertawa ringan. Memangnya Atan pernah waras?

"Lo lebih aneh kali!" Arsen dan Eka menoleh kesumber suara. Atan berdiri di depan mereka dengan kaos hitam dan celana abu-abu. Cowok itu terlihat santai dan menawan.

"Weh! Lo udah sembuh bro." Eka pura-pura menepuk pundak Atan sambil memperlihatkan cengiran andalannya.

"Mata lo buta? Ini pundak gue retak bego!" sentak Atan pada Eka.

Eka hanya nyengir tak berdosa lalu ketiganya duduk bersama di atas rerumputan. Arsen memandangi kedua temannya. Sudah lama sejak mereka sibuk dengan urusannya masing-masing, Arsen kehilangan banyak waktu bersama teman-temannya.

"Udah lama ya. Kita gak main bareng," ujar Arsen pelan. Hal itu membuat Atan dan Eka memperhatikan Arsen dengan lekat.

Arsen yang diperhatikan lekat oleh kedua temannya mendadak salah tingkah. Arsen mencoba menatap balik kedua temannya dengan tatapan tajam namun tidak sanggup. Dia tetap salah tingkah.

"Jangan ngelihatin gue terus!" tegas Arsen namun Eka dan Atan sama sekali tak terpengaruh bahkan tak berkedip.

"Hahaha! Muka lo gitu amat Sen." Atan dan Eka tertawa ngakak melihat wajah salting Arsen.

Arsen mendengus. Menatap malas kepada dua temannya yang suka sekali menggodanya. Arsen menolehkan kepalanya, melihat Ara yang sedang berbincang dengan Ria lalu keadiknya yang sedang bermain bersama temannya.

"Kak Alsen." Lala menghampiri Arsen dengan berlari. Tinggal beberapa langkah lagi Lala sampai pada Arsen, gadis kecil itu tersandung hingga terjatuh.

"Aduh!" pekiknya sambil menahan air matanya. Arsen buru-buru menghampiri Lala disusul Atan dan Eka.

"Lala gak papa?" tanya Arsen khawatir namun Lala menggeleng.

"Gak papa. Lala udah gede," jawab anak tersebut lalu menyembunyikan wajahnya di ceruk leher kakaknya. Arsen bisa melihat luka di lutut Lala namun Lala kenapa Lala bilang tidak kenapa-napa. Padahal biasanya anak itu suka sekali merengek.

"Kenapa bisa jatuh?" Ara dan Ria juga menyusul mereka saat melihat Lala jatuh. Ara langsung membawa Lala kepangkuaanya, hendak mengobati lukanya.

Lala menggeleng. Entahlah, padahal biasanya dia lebih suka bersama Ara dari pada Arsen tapi kali ini Lala turun dari pangkuan Ara. Anak itu kembali ke pangkuan Arsen dan menangis disana. Arsen mengelus rembut adik kesayangannya. Lala jarang terlihat murung begini. Anak itu dikenal ceria, apalagi kalau sudah melihat Eka dan Atan. Perasaan Arsen jadi tidak tenang.

"La. Jangan nangis. Sini sama Kak Atan." Eka langsung menepuk kepala Atan. Bagaimana mau gendong Lala kalau tangan Atan sendiri digendong begitu.

Arsen menundukkan kepalanya. Mengecup sekilas pucuk kepala adiknya. Cowok itu mencoba tersenyum meski hatinya berdenyut entah kenapa. Perasaanya mendadak tidak tenang, bahkan napasnya memburu padahal Arsen sedang dalam keadaan baik-baik saja.

Dret ... dret ... dret.

"Kak Arsen. Hp kamu bunyi," ujar Ara menyadarkan Arsen yang sedang melamun.

ARASEN [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang