7. CELAAN

2.8K 477 42
                                    

Ara menghentikan tangisnya, bunuh diri bukan solusi yang tepat! Dia tidak akan bertindak sebodoh itu.

"Aku gak mau bunuh diri, nanti masuk neraka. Mending sengsaranya di dunia aja," ujar Ara sambil menghapus air matanya.

"Yaudah." Geo berdiri lalu mengulurkan tangannya pada Ara. "Ayo ke kelas bentar lagi bel," ujarnya mengajak Ara untuk beridiri.

Ara menggelengkan kepala, menolak uluran tangan Geo karena merasa belum terlalu kenal cowok tersebut.

"Gak usah takut, dari pada lo sendiri nanti lo dicaci maki lagi. Nangis lagi," cibir Geo seakan kerjaan Ara hanya menangis.

"Gausah, kamu duluan aja." Ara tetap kekeuh menolak uluran tangan Geo.

Geo memejamkan matanya. Demi apa? dia ditolak oleh seorang cewek yang bahkan tidak punya apa-apa.

"Lo mau bolos?" tanya Geo. "Kalau iya. Gue ikut," ujarnya lagi mencoba meredam emosi.

"Nanti ke kelas ih, gak mau bolos," ujar Ara polos.

Geo yang sudah tidak sabar. Menarik pergelangan tangan Ara, menyeretnya menuju kelas. Kelakuan Geo tentu mengundang banyak argumen dari para siswa. Banyak yang memuji Geo, tapi banyak yang menghujat Ara.

"Tadi sama kak Arsen, sekarang sama Geo. Murahan!"

"Gak tau dan gue gak mau tau, tu anak nyebelin."

"Jiah kang pansos, cari simpati mulu."

Ara memejamkan matanya. Tidak berani menatap orang di sekitarnya. Dalam diamnya dia berdoa, semua ini akan berlalu diganti hari yang ceria dan bahagia di suatu saat nanti. Bukankah semua indah pada waktunya?

Untuk saat ini, yang bisa Ara lakukan hanya berdoa, mencoba kuat dalam diamnya, mencoba sabar dalam masalahnya. Melawan  juga Ara tak sanggup. Dia sudah cukup menderita, dia tidak ingin menambah sengsara dengan mempunyai banyak musuh.

"Jangan didengarin, mereka gila!" ujar Geo sarkas. sengaja dikencangkan suaranya agar semua orang di koridor mendengar.

Arsen memalingkan mukanya. Memang benar dari awal dia hanya kasihan pada Ara, tapi melihat Ara digandeng orang lain membuat Arsen tak mau memandangnya. Ketika Arsen capek-capek mencari keberadaan Ara, ternyata cewek itu sedang bersama cowok lain.

"Gue bodoh," gumamnya lalu pergi menuju kelas.

Sampai kelas Arsen hanya mencak-mencak seperti orang kesurupan. Kedua temannya juga sudah berada di tempatnya masing-masing. Atan yang duduk di samping Arsen menyodorkan buku Arsen yang baru saja selesai ia salin.

"NGAPAIN?" bentak Arsen pada Atan. Atan terlonjak kaget, setelahnya dia mengusap dadanya sendiri akibat jantungnya yang tidak siap terkena bentakan Arsen di pagi yang cerah ini.

"Sans dong Sen, lo kenapa? Kerasukan jin mana?" tanya Atan kepo. Tidak habis pikir dengan emosi temannya yang mudah sekali terpancing.

Arsen mencebikkan bibirnya. "Mana ada jin bisa merasuki gue, gue terlalu ganteng untuk dirasuki," ujar Arsen percaya diri.

Demi apapun Eka ingin kentut rasanya. Perkataan Arsen begitu mengelitiki perutnya. "Hahaahaha!" tawa Eka menggelegar.

Arsen menoleh ke belakang dimana Eka tertawa puas bahkan sampai memukuli mejanya.

"Haha, lo_haha," ujar Eka tidak jelas.

"Apaansih?!" tanya Arsen sewot.

"Lo kenapa sih?" tanya Atan. Arsen ini pagi-pagi tapi mukanya sudah tegang, sekarang muring-muring sendiri, mirip orang gila.

ARASEN [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang