41. MASIH SAMA

1K 193 17
                                    


Ria dan Eka duduk di tepi lapangan. Keduanya terdiam tanpa suara. Eka hanya memainkan jari-jarinya di samping gelas kaca yang kosong. Padahal biasanya cowok itu suka sekali berbicara bahkan pembicaraan yang tidak penting.

"Yang, kamu kenapa,sih?" tanya Eka membuat Ria bergidik ngeri.

"Yang, yang palamu!" caci Ria pada pacarnya sendiri. Ria menolehkan kepalanya ke samping, mendapati kembarannya dan Arca yang sedang bersenang-senang bersama teman-temannya.

"Ih! Kok gitu. Kamu kenapa kenapa,sih? Sariawan, atau mulut kamu jamuran?" tanya Eka membuat Ria menggeram.

Cewek itu menormalkan emosinya sebelum dia keblabasan melayangkan tinju pada pacarnya. "Haus. Minumannya dua gelas lo habisin semua!" bentak Ria sambil menunjukkan dua gelas yang isinya sudah ditegak habis oleh Eka.

"Ambilin," ujar Ria manja. Meski dia pacaran dengan Eka terpaksa tapi dia tetap berhak meminta seuatu pada Eka kan?

Eka mengambil gelas yang Ria sodorkan padanya. Cowok itu tersenyum bahagia. Setidaknya dengan begini dia berguna bagi pacarnya. Dengan semangat Eka berjalan menuju tempat minuman tersedia.

Saking semangatnya cowok itu selalu menoleh ke belakang. Melihat sekilas Ria yang setia menatapnya yang sedang berjalan.

Dia udah mulai suka?

Atau malah udah cinta.

Eka gituloh.

Tadinya gak mau.

Tapi lama-lama mau juga.

Cewek mah gitu, sok-sok'an doang yang gak mau.

Karena sibuk dengan pemikirannya. Cowok dengan jaz hitam tersebut tidak memperhatikan jalannya. Bahkan Eka tidak mengetahui ada selokan di depannya. Cowok itu tetap berjalan sambil cengar-cengir lalu menoleh kembali untuk melihat pacarnya dari kejauhan.

"YANG!" teriak Eka sebelum dirinya tersungkur di lapangan karena kakinya masuk ke dalam selokan. Gelas yang dibawa Eka jatuh hingga pecah.

Dalam beberapa detik cowok itu masih terkejut dengan mulut menganga lalu menolehkan kepalanya untuk melihat Ria.

"Mampus," gumamnya saat Ria berjalan mendekat ke arahnya dengan wajah garang.

***

Arsen tidak melepaskan genggaman tangannya dari tangan Ara. Keduanya pulang lebih dulu karena permintaan Arsen. Jaz cowok itu sudah beralih fungsi untuk menutupi pundak Ara yang terekspos.

Sedangkan Ara masih diam dengan rasa malunya. Mengingat kejadian beberapa menit lalu, dimana dia malah menyambut Arsen atas kelakuan Arsen padanya membuatnya ingin menghilang dari bumi. Ara menggentok kepalanya sekali untuk mengusir bayangan jahat tersebut.

"Kenapa, Ra kepala lo sakit?" tanya Arsen. Tangan cowok itu terulur untuk menyentuh kepala Ara yang tadi digetok.

"Eh! Eng--enggak Kak. Aku gak apa-apa," ucap Ara sambil tersenyum kikuk.

Arsen menatap perempuan itu sebentar lalu mengembalikan badannya menghadap ke depan lagi. Berjalan beriringan dengan Ara di trotoar dengan mengenakan pakaian pesta cukup membuat mereka berdua jadi sorotan bagi pengguna jalan.

"Malu ya Ra? Gue juga," ujar Arsen pelan tanpa melihat ke arah Ara.

Ara menolehkan keplanya ke Arsen. Menatap laki-laki yang jauh lebih tinggi darinya. "Malu yang kaya gimana?" tanya Ara.

"Yang di rooftop tadi," ucap Arsen membuat Ara memalingkan wajahnya ke arah lain.

Sudah tahu malu malah diperjelas. Ara tidak tahu apa isi pikiran Arsen. Dari pada membuatnya tenang, Arsen selalu melakukan hal diluar akalnya, membuat Ara susah menebak tentang cowok itu.

ARASEN [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang