5. ARSEN UWU

3.1K 519 32
                                    

"Lo kenapa? ada masalah? Kalau ada, lo bisa cerita sama gue, lo gak sendiri," ujar Arsen, tatapannya teduh membuat hati Ara menghangat.

"Senyum dong kak," ujar Lala menampilkan deretan giginya kepada Ara, agar Ara mau mengikutinya.

Ara tersenyum meski singkat namun membuat Lala menghambur kepelukannya.

"Makasih Kak Arsen, tapi aku gak apa-apa," ujar Ara kepada Arsen setelah melepaskan pelukan Lala.

"Gak apa-apa kok nangis," cibir Arsen.

Ara hanya menunduk. Kalau diceritakan mau diceritakan dari mana? Dan apa Arsen mau menemaninya bercerita setelah tau ayah Ara adalah seorang pencuri.

"Pulang yuk gue anterin, tapi jalan kakai," ajak Arsen menawarkan diri. Tak baik membiarkan Ara sendiri dengan keadaan yang tidak baik seperti saat ini.

Ara menggeleng. "Gak usah kak, rumah aku jauh, nanti aku pulang sendiri aja." Ara hampir berdiri meninggalkan Arsen, namun terhenti saat Arsen menarik tangannya.

"Jangan, nanti lo nangis di tengah jalan lagi, ayo gue anterin." Arsen menggendong Lala dan berjalan dengan menggandeng sebelah tangan Ara, satu tangannya menggendong Lala dan satu tangannya menggadeng Ara.

Ara hanya bisa menunduk, gugup. Itulah yang dirasakan Ara. Selama bertahun-tahun, baru kali ini tangan Ara di gandeng oleh seorang lelaki, terlebih itu Arsen, kakak kelasnya yang cukup terkenal di sekolahan.

"Ke rumah gue dulu ya, ambil motor habis itu gue anterin lo pulang," ujar Arsen. Ara hanya mengangguk menolak pun rasanya susah.

***

Ara dan Arsen sampai di sebuah rumah mewah bertingkat dua, dulu Ara juga pernah punya rumah seperti ini waktu kecil tapi itu semua tinggal masalalu.

"Ayo masuk," ajak Arsen karena Ara malah berhenti di depan pintu.

Lala memandang Ara dan Arsen secara bergantian, dimulai dari Ara yang hanya diam dan Arsen yang menatap Ara bingung, Lala juga ikutan bingung.

"Ngapain dah kakak?" tanya Lala pada Arsen dan Ara.

Ara menoleh ke arah Lala lalu tersenyum, begitupun Arsen yang kemudian mencubit hidung adik manis nya.

"Bocil dilarang kepo," ujar Arsen.

"Aku harus ikut masuk kak?" tanya Ara. Rasanya gugup sekali harus bertemu orang rumah Arsen.

"Iyalah gue mau nge cek mama dulu, terus kita makan dulu baru gue anterin lo pulang," ujar Arsen tenang.

Ara sebenarnya ingin menolak tapi tak sempat karena Arsen menyeretnya untuk ikut masuk. Sampai di dalam Ara takjub dengan isi rumah Arsen yang di dominasi dengan pernak-pernik tumbuhan sangat asri.

Lala lompat dari gendongan Arsen dan menuju pojokan rumah. Disana tempat mainannya di simpan.

"Kakak suka alam ya?" tanya Ara pada Arsen.

"Hem." Arsen hanya berdehem sebagai jawaban.

Seorang wanita paruh baya yang baru keluar dari dapur menghampiri mereka berdua dengan tergopoh-gopoh.

"Eh! ada tamu, mau minum apa non," tanya wanita itu pada Ara. Sepertinya dia asisten rumahnya Arsen.

"Gak usah bik," tolak Ara sopan.

"Siapin makanan aja bik," ujar Arsen. Wanita paruh baya itu menangguk dan kembali ke dapur.

"Ayo duduk," ajak Arsen pada Ara. "Lala ayo makan dulu," ajak Arsen kepada adiknya yang sedang menyisiri rambut Barbie.

ARASEN [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang