21. PUTUS ASA

1.8K 328 45
                                    

"Ara, udah gak ada," ujar Arca yang membuat semua orang disana menutup mulutnya.

"MAKSUD LO APA?!" tanya Geo yang baru datang. Laki-laki itu memberikan jaketnya untuk membungkus tubuh Ara yang dingin.

"Itu, Ara udah gak bernafas," jawab Arca sesegukkan.

Arsen meraih tengkuk Ara untuk memindahkan Ara kepangkuannya dari pangkuan Arca. Lelaki itu menggenggam erat telapak tangan Ara yang dingin. Di rabanya bagian urat nadi, Arsen menghela nafas saat urat nadi Ara masih berdetak

"Ra," panggil Arsen lembut. Tangan yang satunya menyingkirkan rambut basah Ara. Arsen menundukkan kepalanya agar sejajar dengan kepala Ara. Samar-samar masih ada sedikit napas yang terdengar di telinga Arsen.

"Ara masih hidup," ujar Arsen membuat orang-orang menghela napas lega. Begitupun Arsen yang sedikit merasa lega meski tak mengurangi ketakutannya.

"Sini." Geo ingin merebut Ara dari Arsen namun tangannya langsung ditepis oleh Arsen dengan kasar.

"Diem dulu!" bentak Arsen pada Geo. Arsen mengeratkan jaket yang membungkus tubuh Ara. Meski terlihat tenang di luar nyatanya tidak di dalam sana. Ada hati yang takut kehilangan. Pikiran Arsen kosong setiap kali dia dilanda kepanikan.

"Lo tenang dulu. kita cari solusinya," ujar Atan membisik di telinga Arsen.

"Mana yang tenggelam?" tanya Pak Arto, disusul Ria dan Eka yang baru memasuki area kolam renang.

"Pertolongan pertama dulu, biar Bapak telvon ambulan dulu," tambahnya. Guru olah raga itu kembali keluar dari kolam renang untuk menghindari keramaian.

Ria mengambil Ara dari Arsen. Menidurkan Ara di lantai yang basah. Menekan dada Ara tiga puluh kali, namun tidak ada perkembangan.

Arsen semakin panik saat Ara tak kunjung mengeluarkan air dan tetap tak sadarkan diri. Arsen mencoba mengingat-ngingat apa yang harus dilakukan saat ada korban tenggelam dan hampir kehabisan napas.

"Sini." Arsen kembali mengambil Ara. Menidurkan Ara di pangkuannya. Lelaki itu menghembuskan napas sekali.

Tidak ada yang menyangka perbuatan Arsen. Saat seseorang yang dikenal kebanggaan sekolah. Pangeran matematika, menempelkan bibirnya ke bibir seorang perempuan di depan orang banyak yang jelas di saksikan banyak orang pula.

Arsen memberi napas buatan untuk Ara. setau Arsen ini adalah salah satu cara untuk menyelamatkan orang yang hampir kehilangan napasnya.

Eka menutupi mata Ria agar mata perempuan yang dia sayang tidak ternodai, namun dirinya sendiri tak berkedip melihat aksi nekat Arsen.

"Apa-apaan lo?!" tanya Geo menarik Arsen dengan kasar agar menghentikan aksinya.

"Uhuk ... uhuk." Ara mengeluarkan air dari perutnya. Mata perempuan itu mulai mengerjap.

"Ara," panggil Geo cemas.

Ara mencoba mengembalikan kesadaran sepenuhnya. Hal pertama yang dia tangkap adalah Arsen yang menatapnya dengan teduh. Mata Ara kembali berkaca-kaca mengingat tamparan-tamparan yang dia dapat tadi.

"Hey," panggil Arsen ketika tanpa aba-aba Ara memeluknya erat. Menumpahkan semua tangisnya di sana.

Ara mencengkram seragam Arsen. Mencari perlindungan dari laki-laki yang selalu ada utuknya. Seseorang yang mampu menguapkan rasa kesendiriannya.

"Hey, aku disini." Arsen menyingkirkan anak rambut yang menutupi wajah Ara dan membalas pelukan perempuan yang sedang menangis di dekapannya.

Geo memalingkan wajahnya kesamping saat hatinya kembali diolok-olok dengan menunjukan betapa dekatnya Arsen dan Ara. Kejadian ini cukup menamparnya untuk sadar, bahwa Ara tidak tercipta untuknya.

ARASEN [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang