8. CnH2n+2

3.1K 477 42
                                    

Arsen menghembuskan nafasnya berkali-kali setelah mendengar kabar bahwa hari ini akan di mulai bimbingan olimpiade Kimia untuknya. Artinya dia tidak bisa mengantar Ara pulang, juga tak bisa pulang cepat untuk menemui adiknya atau menemani mamanya.

Beda lagi dengan Atan yang menelungkupkan wajahnya di atas meja. Baru saja lima menit lalu guru Kimia keluar dari kelasnya dengan membawa lembar jawaban para murid yang stres akibat ulangan dadakan di hari ini.

"Kantin yok," ajak Eka kepada Arsen dan Atan.

"Enghh," erang Atan masih frustasi dengan setumpuk soal yang sama sekali tidak dia mengerti.

"Otak gue seketika isinya CH, CH, CH, semua, gila!" ujar Eka yang tak kalah frustasi.

"Jus jeruk enak nih biar adem," ujar Arsen mencoba mengembalikan mood temannya yang hancur.

"Lo kok gak ngasih gue contekan sih, Sen?" tanya Eka pada Arsen setelah mengangkat wajahnya.

"Mana bisa geblek. Lo gak lihat selama ulangan berlangsung tuh guru melototin gue, seakan gue tersangka utama?!" tanya Arsen nadanya agak meninggi.

"Tu guru diem sih diem tapi nakutin, serem, sok dingin!" ujar Atan emosi. Masalah kimia dia paling nol. Atan masuk kelas Ipa hanya mengandalkan matematika.

Arsen diam. Memang benar yang di bilang Atan, gurunya sih diam, tapi entah kenapa diamnya bisa buat seluruh murid mati kutu. seakan punya aura yang berbeda.

"Masak guru kimia namanya pak Debat, kek pelajaran bahasa Indonesia." Atan tertawa mendengar penuturan Eka. benar juga Debat adalah salah satu materi di pelajaran bahasa indonesia bukan kimia. Sepertinya guru ini salah jurusan kayaknya.

"Udah ayo ke kantin," ajak Arsen.

Akhirnya ketiganya keluar kelas secara bersamaan. baru sampai di depan pintu kelas, Atan dan Eka kembali menyandarkan punggung mereka ke samping pintu, melihat satu-persatu orang yang lalu lalang.

"Ayo," ajak Arsen. cacing yang ada di perutnya sudah mulai demo tak terkendali di dalam sana.

"Bentar," jawab Atan pendek.

Atan dan Eka tersenyum cerah saat Mia,Ria, dan Arca akan melewati kelas mereka. Berbeda dengan Arsen yang langsung membuang muka.

"Mia," sapa Eka. Senyum yang sangat lebar terlihat sangat dipaksakan itu membuat Mia memutar bola matanya jengah.

Atan si setiaboy, tapi kalau jomblo jadi fukboy, memiringkan kepala meneliti wajah ayu Arca, yang terlihat berbeda. Wajah Arca memang cantik di tambah dia terlihat dewasa.

"Nama lo siapa?" tanya Atan pada Arca.

Celingak-celinguk. Arca mengedarkan pandangannya siapa tau orang lain bukan dirinya, sampai Ria harus menyikut lengan Arca baru Arca percaya bahwa yang diajak bicara Atan adalah dirinya.

"Gue kak?" tanya Arca pada Atan.

"Iya, elo."

"Gue, Arca. Kak," ujar Arca sambil tersenyum. Cewek itu melihat sekilas kearah Arsen yang merengut sebal. t
Terlihat lucu di mata Arca. Kalau boleh berharap kenapa bukan Arsen yang menanyai namanya.

Arca menghembuskan nafas sekali, dia tidak boleh banyak berharap dengan pangerannya Archinodermata. Dimana dia hanya sampah tidak ada buntutnya, dan Arsen adalah berlian kebanggaan sekolah.

"Duluan kak," ujar Arca menarik Mia dan Ria.

"Ara dimana?" tanya Arsen tiba-tiba kepada tiga perempuan adek kelasnya itu.

"Ara di kelas," jawab Mia. Arsen melirik sekilas kearah Ria yang tadi pagi dia sembur, mungkin cewek itu masih kesal padanya.

"Ouwh," jawab Arsen enteng.

ARASEN [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang