32. BERANGKAT

1.3K 234 30
                                    

Sebelum baca aku ingetin buat vote biar gak lupa oke⭐

Happy reading🍂

Ara demam. Hal yang membuat Arsen uring-uringan sejak tadi bahkan adiknya yang sedang main game lewat ponsel Arsen pun merasa jengkel dengan kakaknya yang tidak mau diam sejak tadi. Lala menggeser dudukny mendekati Atan dan Eka. Mia, Ria dan Arca pun ikut ke rumah Arsen, meski awalnya mereka kaget karena Ara serumah dengan Arsen namun akhirnya mereka mengetahui semuanya lewat Atan san Eka.

"Kenapa gak tidur sih?! Udah tau cuaca dingin. Gak bersahabat malah ditambahin kurang tidur!" Bukannya bersikap lembut pada pacarnya Arsen malah terus memarahi Ara.

"Maaf." Ara bergumam dengan menatap Arsen yang berdiri di sampingnya. Dirinya tengah berbaring di atas kasur kamarnya. Karena setelah sadar dari pingsan Ara langsung dibawa pulang oleh Arsen dan teman-temannya. Sekolahan juga jam kosong sejak istirahat pertama jadi mereka diperbolehkan ikut Ara pulang.

Arsen mendengus kasar. Masalahnya besok mereka sudah harus berangkat untuk lomba. Seharusnya malam ini Ara dan Arsen mempersiapkan barang-barang yang akan dibawa, tapi Ara malah demam.

"Geo kemana ya? Di sekolah gak kelihatan," tanya Arca kepada teman-temannya.

"Patah hati kali. Sukurin! Biar tau rasa. Biar tau gimana rasanya sakit hati!" ucap Mia menggebu-gebu. Meski menginginkan Geo bahagia tapi dihati Mia juga terselip sedikit kebahagian saat Geo tidak mendapatkan cintanya.

"Karma selalu datang. Tunggu aja tanggal mainnya!" Mia melipat kedua tanganya di depan dada membuat Eka dan Atan bergidik ngeri. Namun perkataan Mia barusan tanpa sadar menyinggung hati Ria yang selalu menola dengan kasar perasaan Eka.

Atan menutupi mata Lala dengan kedua tangannya agar gadis kecil itu tidak melihat adegan kakaknya yang sedang mesra-mesraan dengan Ara. Atan hanya takut otak polos adik Arsen terkontaminasi oleh Arsen sendiri, dan ujungnya Arsen hanya bisa marah-marah. Atan mengambil ponselnya yang berdering lalau menjauh dari sana untuk mengangkat telvonnya.

"Gue balik duluan ya." Cowok itu kembali kepada teman-temannya dan mengambil barang-barangnya dengan tergesa-gesa.

"Emang ada apa?"

"Mau kemana?"

Atan tersenyum kikuk pada Arsen dan Eka. Cowok itu mengenakan jaketnya.

"Ada. Gue duluan," pamitnya lalu berlari keluar dari kamar Ara.

"Kak Atan sakit ya? Mukanya pucet." Lala yang sejak tadi diam akhirnya bersuara. Anak itu sempat menempel pada Atan dengan bermain ponsel Arsen. Diam-diam Lala mengamati satu hal. Atan terkadang meringia seperti menahan rasa sakit.

"Gak tau. Mungkin lupa bedakan," jawab Arsen pada adiknya.

"Gimana? Kamu mau sembuh kapan? Besok kita harus berangkat loh. Kalau kamu demam, gimana mau lomba?" tanya Arsen beruntun pada Ara sambil mengompres dahi perempuan itu.

Ara mengambil sebelah tangan Arsen yang berada di dahinya. "Aku bakal cepet sembuh kok. Asal'kan Kak Arsen gak marah-marah terus," ujarnya.

Arsen menghela napasnya kasar. Harus sabar. Pacarnya sedang sakit, tidak boleh dibentak-bentak. Nanti serangan jantung kan bahaya.

"Jangan panggil Kak dong. Masak manggil pacarnya sendiri Kak, panggil aku-kamu aja." Arsen tersenyum lembut pada Ara mengusap pucuk kepala gadis itu dengan sayang berharap agar cepat menurunkan suhu tubuh Ara.

Plak!

Semua orang terkesiap saat mendengar suara tamparan.

"Sakit bego!" bentak Eka kepada Ria yang sedang memberengut kesal padanya.

ARASEN [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang