9. GADIS POLOS

2.7K 423 21
                                    

Masih ancang-ancang dengan kudanya. Ara membenarkan letak topinya dengan perasaan gugup. Membuang dan menarik napas berkali-kali. Meski sudah terbiasa namun Ara masih merasa takut, apalagi ini kuda baru milik sekolah, kuda yang dia miliki juga sudah lama dijual untuk kebutuhan hidup, jadi Ara hanya bisa belajar berkuda di sekolah, demi prestasi dan tunjangan.

Di lapangan ini hanya ada tiga penunggang kuda, satu Ara, dan dua lainnya anak dari kelas sebelas. Kemungkinan memang kedua kakak kelasnya sudah senior namun bakat tidak mengenal usia.

Berbeda lagi dengan Arsen yang hebatnya otaknya masih dingin saat dihadapkan dengan beberapa soal kimia yang menurut orang pasti tidak sedikit, soal itu terdiri dari empat lembar. Namun Arsen masih diam tak mengeluh karena mengeluh hanya akan membuat semuanya semakin sulit. Semakin kurangi mengeluh, semakin cepat bekerja maka semakin cepat selesai! Begitulah yang ada di pikiran Arsen.

"Arsen, belum selesai?" tanya Pak Debat selaku guru pembimbing olimpiade Arsen sekaligus guru Kimia di kelasnya.

"Sebentar lagi pak." Arsen tersenyum tipis sebagai bentuk rasa hormat. Menelik jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya, 17.25 sudah sangat sore sebentar lagi pasti gelap namun saat Arsen mengolokkan kepala ke arah jendela, lapangan basket masih ramai, juga di koridor masih banyak siswa yang berlalu lalang.

SMA Achinodermata, tahun ini akan menjadi tuan rumah dari event besar di kalangan anak SMA di kota itu. Mengajukan berbagai lomba yang ada di setiap sekolah,seperti pertandingan basket, olimpiade matematika, fisika, kimia, paskibraka, pbb, pacuan kuda, pecak silat, dan drama. Juga beberapa lomba lainnya, mungkin ini menjadi event terbesar di tahun ini.

Arsen menggelengkan kepala mencoba fokus kembali kesoalnya. Dia harus cepat pulang, Lala pasti sudah menunggunya di rumah, papanya yang seorang pilot membuatnya jarang pulang kerumah, menjadikan Arsen tumpuan bagi urusan rumah untuk saat ini juga dari dulu, ditambah mamanya yang sedang sakit membuat Arsen kehilangan beberapa momen yang khas dengan anak remaja karena harus fokus ke keluarganya.

"Last." Arsen tersenyum simpul saat mencoret di bawah jawaban terakhirnya, akhirnya selesai.

Baru saja merentangkan tangannya Arsen menoleh saat mendengar gedoran di jendela dan bisikan namanya, di jendela terlihat wajah Kimi yang tersenyum lebar padanya. Perempuan itu ikut lomba di bagian dramamusikal, sangat pantas dengan hidupnya yang kebanyakan ngedrama.

Kimi menggoyang-goyangkan botol minum yang dia bawa agar Arsen tergoda dengan air dingin di tangannya, namun yang dilakukan Arsen malah mengadu ke guru, persis bocah tk.

"Pak guru, Kimi gangguin saya," adu Arsen. Pak Debat yang sedari tadi membolak-balik beberapa materi pun mengangkat kepalanya menatap Arsen di depannya lalu beralih ke jendela. Menemukan Kimi disana.

Aduh mati gue! batin Kimi saat Pak Debat berjalan kearahnya.

Guru itu membuka pintu. Menemukan Kimi berdiri di samping jendela. "Kenapa kamu. Mau ikut pelajaran tambahan kimia juga, biar sama kayak nama kamu?" tanya Pak Debat sambil melipat tangannya. Menatap Kimi dengan horor membuat Kimi diam tak berkutik.

Benarkan yang dikatan Eka dan Atan, guru itu tidak membentak atau apapun, hanya bertanya dengan nada pelan dan menatap Kimi tanpa melakukan apapun. Tapi menyeramkan malah lebih menyeramkan dari pada galaknya guru bk. Guru ini persis seperti cogan wattpad yang dingin, namun bedanya Pak Debat sudah tua.

ARASEN [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang