33. PERLOMBAAN

1.3K 248 94
                                    

Jalan kita, kaki kita, mata kita, langkah kita. Bahan cibiran untuk mereka!

Masih di stand Ara dan Arsen atau udah berpaling?

Happy reading🍂

"Ngapain sih dandan cantik-cantik gini? Mau caper ke siapa?" Arsen mengelap tisu basah yang dia bawa dari tendanya untuk menghapus jejak make'up di wajah pacarnya.

"Ih. Ini Mia yang ngajarin, katanya biar cantik," ujar Ara cemberut karena Arsen dengan tidak sabar membersihkan riasan di wajahnya.

"Dih! Cantik apa? Malah kaya ondel-ondel." Arsen mendengus kesal. Bukan karena Ara tidak cantik. Malah Ara kelihatan sangat cantik, hanya saja Arsen tidak suka Ara jadi pusat perhatian. Terlebih yang memperhatikan adalah laki-laki dengan tatapan minat. Berbahaya bagi Arsen.

"Tapi kata Mia aku cantik." Cewek itu menjatuhkan dirinya ingin sekali memukul Arsen dengan botol aqua yang dia bawa.

Arsen mengeluarkan ponselnya. Secara tiba-tiba, cowok itu memotret Ara. Lalu kembali membersihkan wajah Ara. Kali ini dengan lembut bukan memaksa seperti tadi.

"Iya kamu cantik. Banget malah. Makanya mereka ngelihatin kamu terus, kan aku gak suka," aku Arsen membuat Ara menyipitkan matanya.

"Kamu juga sering diliatin banyak orang, tapi aku gak pernah hapus wajah kamu," ujar Ara mengadu.

"Aku cuma ngilangin make'up kamu. Nih lipstik kamu yang blingir kek darah ini. Bedak kamu yang tebelnya lima puluh centi ini. Kalau kamu mau ngilangin wajah aku, nanti wajah aku datar gak ada mata, hidung, mulut. Datar semua, kan serem." Arsen ikut mendudukan dirinya di kursi kayu.

Cowok itu merapatkan duduknya dengan Ara. Arsen mengeluarkan obat dari saku celananya lalu merebut botol minum yang Ara bawa. Cowok itu membuka tutup botol tersebut, menyodorkan obat pada Ara.

Ara mengangkat alisnya, belum tau apa maksud Arsen membuat cowok di depannya berdecak.

"Ini makan obatnya biar bada kamu vit. Pertandingannya sore nanti. Cepet minum aku harus cepet ke lapangan buat babak final." Arsen menyuapi Ara obat tersebut lalu membantu Ara meminum airnya.

Ara mengangguk. Senyum terbit di bibirnya. Dia sudah dengar dari Atan dan Eka kalau kemarin Arsen lolos babak pertama olimpiade kimia dan hari ini akan berlangsung babak final untuk Arsen dan keempat sekolahan lain yang nuga masuk final.

"Cepet sembuh ya." Arsen mengacak rambut Ara gemas. Tersenyum lembut pada Ara, Arsen menyingkirkan rambut Ara ke belakang telinganya lalu merapikan poni Ara yang sedikit berantakan.

Tanpa ragu Ara menggeser tubuhnya lalu menyandarkan kepalanya ke pundak Arsen. Tangannya melingkari sebelah tangan Arsen yang berada di depannya. Pusingnya sudah hilang, hanya saja Ara masih sedikit lelah.

Arsen membenarkan rambut Ara yang berantakan karena ulahnya tadi yang mengacak-acak rambut Ara. Membiarkan Ara tetap dalam posisi setengah memelukanya. Arsen menikmati sensasi ini, saat jantungnya berdebar dan hatinya menghangat tiap kali memiliki kedekatan lebih dengan Ara.

"Semangat ya. Aku nanti pasti nonton, kamu nanti harus menang buat banggain aku, tante Dhila, lala, dan ... papanya Kak Arsen." Ara mengangkat pandangannya. Dagunya menempel pada lengan atas Arsen.

ARASEN [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang