38. KABARNYA

1.1K 214 18
                                    

Kabarnya aku pernah jatuh hati sebelum aku sakit hati.
_Arasen_


Ara memasuki rumah lamanya. Berdebu dan tak terurus, dia sudah cukup lama meninggalkan rumah ini untuk ikut bersama Arsen. Ara masih mematung di depan rumahnya. Kilasan peristiwa dimana ayahnya ditangkap polisi, lalu Arsen menjemputnya untuk dibawa ke rumah cowok itu hingga keduanya menemukan rasa yang berbeda. Rasa yang manis indah namun berakhir miris.

Ara meletakkan tasnya di kursi ruang tamu. Kemudian mulai membereskan rumahnya, mulai dari menyapu lalu mengepel. Ara beranjak ke kamarnya dan kamar ayahnya untuk dibersihkan juga.

Rumah Ara terlihat seperti rumah kosong yang tidak ditinggali bertahun-tahun. Hal itu terlihat risih untuk Ara yang suka bersih-bersih.

Tok ... tok .. tok.

"Assalamualaikum." Ara membalikkan badannya. Kedua sudut bibir cewek itu terangkat namun matanya berair.

"AYAH!" Ara berhambur ke dalam pelukan ayahnya, seseorang yang sangat dia rindukan. Orang yang rela bertahan dipenjara demi dirinya. "Ara kangen," ujar Ara setelah melepaskan pelukannya dari ayahnya.

"Ayah juga kangen," ujar Sandi pada putrinya. Saat memasuki rumah, semuanya terlihat baik-baik saja membuat Sandi tidak curiga kalau selama ini Ara tidak menempatinya.

"Kamu tinggal sendirian selama ini?" tanya Sandi pada Ara.

Ara menggeleng lalu berjalan mendekati ayahnya. "Ara tinggal di rumah Kak Arsen buat jagain ibunya tapi kemarin ibunya Kak Arsen udah meninggal," jelas Ara pada ayahnya.

"Kok bisa pas sama Ayah yang keluar dari penjara?" tanya Sandi curiga. Setelah Ara tidak bisa tinggal disana dia langsung dibebaskan dari penjara. Bukannya ini ganjal?

"Iya, yang ngebebasin Ayah itu papanya kak Arsen." Ara mendudukan dirinya di kursi, masih bingung dengan keputusan Arsen yang tiba-tiba membencinya.

"Satu keluarga baik semua ya. Ayah jadi pengen ketemu buat ngucapin trimakasih sama bela sungkawa," ujar Sandi membuat Ara langsung menoleh padanya.

"Gak usah. Em ... maksud Ara, Ayah gak usah mikirin hal yang kaya gitu biar Ara aja yang ngucapin terimakasihnya Ayah buat kak Arsen," ucap Ara. Arsen saja sudah tidak mau melihatnya, tidak memperbolehkannya untuk bertemu Lala dan menginjakkan kaki di rumah itu lagi. Bagaimana caranya membuat ayahnya mengerti bahwa keadaan sudah tidak sama lagi.

"Tapi ..."

"Papanya kak Arsen sibuk. Kak Arsen juga selalu sibuk, Ara takut kedatangan kita ganggu aja. Gitu Yah," ujar Ara meyakinkan ayahnya.

Sandi memincingkan matanya, gelagat Ara sangat mencurigakan namun Sandi tetap mengangguk. Aranya sudah besar, Sandi yakin selama dua bulan ini Ara sudah belajar mandiri untuk menghadapi masalah.

"Ngomong-ngomong, Arsen itu siapa? Kelihatannya dia perduli banget sama kamu." Sandi dapat melihat perbedaan raut wajah Ara yang duduk di sebelahnya. Anaknya memancarkan raut wajah sedih ketika ditanya tentang hubungannya dengan Arsen.

Mantan. jawab Ara dalam hati.

"Dia kakak kelas Ara di SMA," jawab Ara seraya tersenyum meyakinkan pada ayahnya. "Ara masuk kamar dulu ya Yah," pamit Ara lalu berjalan menuju kamarnya.

Ara menjatuhkan dirinya di atas kasur. Menyentuh kalung kupu-kupu yang pernah Arsen berikan padanya. Banyak hal yang tertinggal, bahkan rasa yang sama masih tersimpan rapi di sana. Di lubuk hati Ara yang masih menginginkan Arsen menjadi miliknya.

***

"Kak Alsen bilang, Kak Ala cuma pelgi sebental, kenapa belum pulang?" tanya Lala kepada Kakaknya. Lala, Arsen dan Gamma sedang makan malam bersama di meja makan, sejak tadi sore Lala terus mempertanyakan Ara yang tidak terlihat sama sekali di rumahnya.

ARASEN [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang