44. KEPUTUSAN

2.6K 235 133
                                    


Ending berada di Novel ya

Pernah menjadi yang paling cemas sebelum dipaksa untuk ikhlas.
_
_
_

"Mau apa lo ketemu gue?" tanya Atlantik baru saja sampai di depan Arsen.

Arsen masih duduk di motornya, di salah satu taman kota. Arsen melirik perempuan yang dibonceng Atlantik, mungkin tunangannya. Sebagai laki-laki normal Arsen mengakui kalau cewek di belakang Atlantik itu sangat cantik tapi dalam hati Arsen sudah dipenuhi Ara jadi tidak ada tempat untuk perempuan lain.

"Tutup mata lo!" bentak Atlantik pada Arsen.

Arsen mendelik pada Atlantik. "Cih, posessive," ledek Arsen menatap sengit pada Atlantik.

"Mau--"

"Mau tanya tentang cewek korban buli itu?" tanya Atlantik tepat sasaran. Arsen mengangguk sebagai jawaban.

"Dia cewek yang lo taksir waktu kelas delapan SMP, waktu itu lo lagi deket sama anak kelas tujuh namanya Mega tapi lo malah suka sama orang lain waktu pandang pertama. Dia banyak yang benci karena cantik dan banyak temen. Mungkin iri, cewek itu makin dibenci waktu orang tuanya bangkrut," jelas Atlantik panjang lebar.

"Waw, Atlantik bisa ngomong panjang juga ternyata!" pekik perempuan yang berada di jok belakang Atlantik.

"Brisik!" ketus Atlantik pada perempuan itu.

"Apa salahnya. Aku kan pengen denger suara merdu tunangan sendiri," ujar perempuan itu membuka Arsen terkekeh melihat pasangan di depannya.

"Terus kenapa gue gak tau tentang pembulian itu?" tanya Arsen serius.

"Dia dibuli waktu lo olimpiade ke Yogyakarta, saat lo balik dia udah pindah," jawab Atlantik. Atlantik adalah orang yang tidak suka basa-basi, dia lebih suka menjawab langsung tanpa bertele-tele.

"Udah,kan? Gue cabut dulu," ujar Atlantik yang diangguki Arsen.

"Thanks." Arsen baru saja akan menyalami tangan Atlantik namun cowok itu sudah menjalankan motornya tanpa mengatakan apapun membuat tangan Arse hanya melayang di udara.

***

Ara berjalan menuju kantin bersama ketiga temannya. Perempuan itu masih merenung tentang hubungannya dengan Arsen. Sejak pagi Ara belum melihat Arsen di sekitar sekolahan.

Ketika memasuki kantin dapat Ara lihat Arsen dan kedua temannya duduk di salah satu kursi yang tersedia disana. Mata mereka sempat bertemu namun Arsen dengan cepat memutuskan kontak matanya.

"Duduk disana yuk," ajak Mia sambil menarik tangan Arca dan Ria. Perempuan itu mengajak Ara duduk di kursi yang sama dengan Arsen.

Ara sengaja tidak memberi tahu kedua temannya mengenai chat yang kemarin Arsen kirimkan. Ara sendiri juga belum mendengar alasan dari keputusan Arsen. Cowok itu selalu melakukan sesuatu semaunya tanpa memikirkan perasaan Ara.

Ara terus menatap Arsen yang duduk di sampingnya. Cowok itu masih bersikap seolah-olah Ara tidak ada disana. Ara menipiskan bibirnya, Arsen benar-benar tidak perduli padanya.

"Kak," panggil Ara namun Arsen tak menyahut sedikit pun. Bahkan Arsen tidak mau menolehkan kepalanya untuk menatap Ara sebentar saja.

"Sen, dipanggil Ara tuh." Atan yang duduk di depan Arsen melirik Ara sekilas. Tidak tega dengan perempuan itu yang menaruh harapan pada Arsen walau Atan tahu alasan apa dibalik perubahan sikap Arsen pada Ara.

ARASEN [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang