16. ALFA

1.8K 376 32
                                    

Happy 6k gyus. Makasih untuk semuanya, aku ucapin makasih banget, lope-lope buat kalian pembaca setia I'm Nolep❤

Ramein kuy!

Pagi ini menjadi pagi yang bersejarah bagi Arsen maupun Ara. Membantu orang melahirkan di mobil ambulan bukanlah cita-cita keduanya, bahkan Ara dan Arsen membolos untuk satu hari ini begitupun Lala yang ikut tak masuk sekolah.

Setelah dari rumah sakit Arsen dan Lala mengantar Ara untuk mengemasi barang-barangnya untuk dibawa ke rumah Arsen menggunakan taksi yang dipesan Arsen, karena tidak mungkin mereka pulang menggunakan ambulan.

"Udah?" tanya Arsen pada Ara yang barh saja keluar dari kamarnya dengan membawa tas.

"Udah kak." Ara tersenyum lalu meletakkan tasnya di kursi. Perhatian Ara teralih pada Lala yang terlihat mengantuk di pangkuan Arsen.

"Lala sama kak Ara aja yuk," ujar Ara hendak mengambil Lala dari pangkuan Arsen.

"Gak usah. Lala berat biar sama gue aja." Arsen menghentikan tangan Ara yang akan mengambil Lala. Sejak tadi Ara sudah menggendong Lala kesana-kesini, pasti Ara lelah.

Ara lebih memilih mengalah dan mengambil tas yang berisi pakaian dan peralatan lainnya.

"Yaudah ayo pulang, mama di rumah sendirian." Ada sirat khawatir dari raut wajah Arsen saat mengatakannya. Ara hanya mengangguk untuk mempersingkat waktu.

***

Arsen membuka pintu rumahnya. Sepi. Di rumah sebesar ini tidak ada suara apapun di dalamnya. Setelah menaruh Ara di kamarnya karena Ara tertidur di taksi, Arsen menuntun Ara ke sebuah kamar di bagian rumah belakang.

Rumah Arsen seperti lorong sekolahan di bagian belakang yang langsung menuju taman belakang rumah, biasanya di pakai untuk pembantu rumah Arsen.

"Ini kamar lo, nanti yang satu itu kamarnya kakak iparnya bi Safi." Arsen menunjuk kamar di samping kamar Ara.

"Makasih kak," ujar Ara tersenyum tulus.

Arsen ikut tersenyum. Tangannya terangkat untuk mengelus kepala Ara sesaat. Hanya sesaat, setelah itu Arsen menutup matanya saat bayangan kemarin di parkiran muncul lagi, tak berbeda juga yang dirasakan Ara. Gadis itu menunduk menutupi pipinya yang merah. Setiap kali kotak fisik dengan Arsen hal seperti ini selalu terjadi, bahkan tadi malam Ara tak bisa tidur sampai jam dua pagi akibat pelukan Arsen.

"KAKAK!" teriakan Lala membuyarkan suasana canggung dari keduanya. Arsen menolehkan kepala lalu tatapannya tertuju pada rumah depan.

Ara membanting tasnya setelah Arsen pergi menuju adiknya. Ara mengikuti Arsen dari belakang. Laki-laki itu berjalan tergesa-gesa menaiki tangga untuk mencapai adiknya.

"Kenapa bangun?" tanya Arsen mengusap pipi Lala.

"Mama," ujar Lala. Tangis anak itu membuat degup jantung Arsen berpacu cepat, dia pikir Lala menangis hanya karena bangun tidur, sebab Lala selalu menangis saat bangun namun anak itu menyebut mamanya artinya ada sesuatu.

Arsen membuka pintu kamar mamanya yang berada di belakang Lala tadi dengan kasar, kekhawatirannya benar terjadi saat mata Arsen menangkap ibunya di lantai.

"MA!" pekik Arsen menghampiri mamanya.

Ara di belakang dan menggendong Lala yang juga diliputi rasa khawatir.

"Ma," Arsen memanggil mamanya, namun tidak ada gerakan apapun dari sang ibu membuat Arsen kelimpungan.

Arsen mengangkat ibunya ke atas kasur, dia duduk di pinggiran dan memegang erat tangan ibunya yang terasa dingin.

ARASEN [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang